cursed conversion

0 komentar Thursday, December 27, 2012
Nahh kaaan penyakitku dari zaman purba keluar lagi. Di saat paling sibuk ngurusin anak, di saat harus baca ebook, journal dan slide yang buanyaaaaak itu, malah nafsu banget  untuk menulis di dunia maya dan meneliti blog orang satu demi satu. Ga penting banget. KONVERSI maaak.. Dulu koass juga begini, asal ga belajar, ngga papa nyikat kamar mandi juga dehh.. Jadi masa blog ku paling produktif sebenarnya bukan saat senggang. Tapi malah saat harusnya ngga boleh ngeblog. /floor 


Read On

Ikhwan Sok Laris

0 komentar Wednesday, December 26, 2012


Ibu-ibu mau ngomel dulu ahhh...

Setelah sebelumnya comeback dengan efek euforia karena become a new mommy yang bikin rasanya pengen ngepost tentang motherhood teruuuuss.. ehh kejadian juga ketemu sesuatu yang menggerakkan hati untuk cecericiw tentang hal lain.

Seperti kata mba miund, let's break from baby talk, shall we? 

Ceritanya nih kemarin blog wandering kesana-sini, dan bertemu sebuah blog yang ditulis seorang ikhwan (ikhwan at the "term"). Pengunjung blognya rame, ga kaya blog sayah hehe...* a sigh /no
dia menulis tentang banyak hal, dan tema yang termasuk banyak komentarnya adalah tentang pengalaman "cinta"nya. Uwooow.. Penasaan dong yaaa, gimana nih sejarah cinta ikhwan aktivis yang sepertinya tersohor ini. Lebih lagi, penasaran, siapa yang dicintainya. Saya juga ikut ngintip dong ahhh...

Tulisannya diawali dengan sedikit pengantar tentang prinsip dia yang anti pacaran lah, tak penah jatuh cinta lah dan sebagainya yang saya sudah prediksi sebelumnya. Tapi yang mengagetkan uwooow  isi postingannya ternyata hanya memuat list wanita-wanita yang sudah berhasil ditolaknya gituuuhh.. /blur 
Memang siiih dia masih punya hati ga nyampe nyebut nama atau mention akun twitter akhowat-akhowatnya, tapi dari cara mendeskripsikan, aihhhh..... segitu jelasnya.

Well, pada poin menjaga diri dari zina dia mungkin dapet nilai seratus, tapi dari segi akhlak menutup aib dan memuliakan perempuan..dia minus sejuta! 

Saya sih yakin, dia tak membual, memang ikhwan ini sepertinya tergolong ikhwan favorit, dan tak sedikit yang ingin menjodohkan atau datang langsung menyatakan keinginan. Dia sih mengaku bingung mengapa banyak yang suka padahal katanya dia "segini-gini" aja. HELLO... mau merendah kok mbok ya terdengarnya lebih ke bangga gitu.

Dulu juga saya pernah punya teman ikhwan yang "ditembak" seorang akhowat. Si ikhwan menolak dengan blah-blah alesan. Akhowatnya sudah menerima dengan lapang hati. Tapi yang tersesali adalah, si ikhwan membongkar cerita ini kemana-mana. Jadilah si akhowat tak bisa lagi mengutarakan niatnya ke ikhwan lain.
Sudahlah pedihnya ditolak, diceritakan pada orang lain, dibingkai dalam koleksi "wanita-wanita yang pernah ditolak", ditulis di blog pula, ditambah dijauhi ikhwan lain. Hedeeeeh.

Yang bilang wanita mudah ge er itu perlu dikoreksi loh, ternyata laki-laki jauh lebih mudah Ge ER yak.. Untuk hal-hal penting ga sesnsitif, tapi kalo sudah tentang perempuan: KEPEDEAN. Situ yakin perempuan itu cuma menyatakan sama situ? You're not that cool anyway. Ga impossible kan you're only an option? /wahaha

Trus apa bedanya ya ikhwan dengan laki-laki "umum" yang berkoar-koar tentang jumlah mantan, mantan mereka si anu si atu...? INDEED. Ngga ada bedanya. Pada dasarnya laki-laki sama. Bukan sejenis lirik lagi dangdut ini mah, tapi saya bicara masalah psikologis tauuu. Laki-laki sangat mencintai diri mereka sendiri. Makanya mereka tidak diamanahi menjadi seorang ibu. (opo thoo..).
Mereka sangat suka dikagumi, dan lebih-lebih, ketika orang banyak tahu bahwa mereka dikagumi. Jadi yaa.. hanya yang istimewalah yang bisa menghormati kita, perempuan. Walau ia tak suka.

Tidak, saya tidak kasihan dengan wanita-wanita yang mereka semena-menakan itu, karena selama caranya Syar'i, tujuannya lurus, tak perlu malu mengajak laki-laki menikah. Toh, mengajak pada kebaikan dan perjuangan bukan? Bukan pada maksiat yang keji. Tapi saya memang harus bilang, setelah tau ini, akhowat  harus siap dengan 'kesongongan" mereka. At least, jangan pilih ikhwan yang punya blog lah. haha. 

Dan, saya berdo'a...sikap ikhwan seperti ini membuktikan bahwa akhowat-akhowat tersebut  itu terlalu baik untuknya, mereka lebih berhak mendapat ikhwan yang lebih memuliakannya. Aaamiin.


*like they said : laki-laki itu tak pernah bertambah tua, mereka hanya bertambah gendut /dignose
Read On

senandung cinta

0 komentar


        
            Kau adalah gemerlap bintang di langit malam
Bukan!, kau lebih dari itu
Kau adalah pendar rembulan di angkasa sana,
Bukan!, kau lebih dari itu,
Kau adalah benderang matahari di tiap waktu,
Bukan!, kau lebih dari itu
Kau adalah Sinopsis semesta.

Credit to : penulisnya
Read On

Mengapa tidak bekerja?

0 komentar Saturday, December 22, 2012


Mengapa saya tidak bekerja? Bukankah saya dokter? Memang. Dan sangat mungkin saya bekerja waktu itu. Namun saya fikir : Buat apa uang tambahan dan kepuasan batin yang barangkali cukup banyak itu jika akhirnya diberikan pada seorang perawat pengasuh anak bergaji tinggi dengan risiko kami kehilangan kedekatan pada anak sendiri? 

Apa artinya tambahan uang dan kepuasan profesional jika akhirnya anak saya tidak dapat saya timang sendiri, saya bentuk pribadinya sendiri? Anak saya akan tidak memiliki ibu. 
Seimbangkah anak kehilangan ibu bapak, seimbangkah orangtua kehilangan anak dengan uang dan kepuasan pribadi tambahan karena bekerja? Itulah sebabnya saya memutuskan menerima hidup pas-pasan. Bertahun-tahun kami bertiga hidup begitu."  (Ainun Habibie)




I'm very just fine with "homy mommy' alias ibu rumah tangga. Walaupun dia sudah sekolah tinggi, bergelar sarjana lah bleh bloh de es be, saya bisa memaklumi kalau mereka memilih mengurus keluarga saja. Karena menurut saya, seorang ibu harus pinter, cerdas, mandiri  walau ia tidak bekerja di luar rumah, sebaliknya juga tidak perlu bekerja walau ia sudah duduk di sekolah formal yang tinggi. TAPI, tidak untuk gelar dokter. Seorang dokter,  mau tidak mau, harus bekerja untuk membayar perjuangannya yang berpayah-payah untuk membantu orang lain. Karena selain ia, nobody can do it. It's about people's need. Dan dengan terbatasnya jumlah dokter, apalagi di daerah, menemukan pekerjaan untuk dokter tidaklah terlalu sulit. It's unfair menyia-nyiakan ilmu dan  hanya di rumah saja.

ITU DULU. Sebelum saya benar benar jobbing and doing as a doctor.  Ternyata menjadi dokter tidak hanya menjadi pembagi ilmu semampu dan semau dia, dokter (pns sekalipun) jam kerjanya countless, liburless dan cutiless.  More unfortunately, di Indonesia penghargaan dan dukungan yang diberikan negara tak setimpal dengan harga materiil dan moriil (apasik) yang telah dihabiskan untuk sekolah dan peran seorang dokter. Apalagi setelah punya anak, for me as a mom, When i see his eyes, i know.. Everything else means nothing.

Setelah membaca kutipan dari Almarhumah ibu Hasri Ainun Habibie di atas, i kind of more understand. Jadi lebih mengerti perasaan beliau. Dan perasaan saya. IT IS. IT VERY IS.  Mungkin dan semoga saya salah, masih banyak dokter yang bekerja semata untuk uang dan kepuasan profesional. Tidak lebih. 

Namun, saya menyimpan banyak kekaguman pada TS-TS yang masih bisa survive bekerja seharian dengan segala seluk beluknya, sementara punya beberapa anak yang masih balita. We have to admit, pasti banyak kedekatan yang dikorbankan. Dan semakin lama, kemungkinan membenci pekerjaan ini yang memisahkan dengan keluarga akan menyeruak. It's a mini hell to have a job that we hate, right?

Dan saya hanya berdo'a untuk mereka semoga pengorbanan itu cukup berharga untuk diberikan.
Bila tidak, semoga diberikan jalan yang lebih baik olehNya.
Sunggguh, ini juga do'a untuk saya. 
 

Allahumma inni astakhiruka bi ‘ilmika, wa astaqdiruka bi qudratika, wa as-aluka min fadhlika, fa innaka taqdiru wa laa aqdiru, wa ta’lamu wa laa a’lamu, wa anta ‘allaamul ghuyub. Allahumma fa-in kunta ta’lamu hadzal amro (sebut nama urusan tersebut) khoiron lii fii ‘aajili amrii wa aajilih (aw fii diinii wa ma’aasyi wa ‘aqibati amrii) faqdur lii, wa yassirhu lii, tsumma baarik lii fiihi. Allahumma in kunta ta’lamu annahu syarrun lii fii diini wa ma’aasyi wa ‘aqibati amrii (fii ‘aajili amri wa aajilih) fash-rifnii ‘anhu, waqdur liil khoiro haitsu kaana tsumma rodh-dhinii bih.
Ya Allah, sesungguhnya aku beristikharah pada-Mu dengan ilmu-Mu, aku memohon kepada-Mu kekuatan dengan kekuatan-Mu, aku meminta kepada-Mu dengan kemuliaan-Mu. Sesungguhnya Engkau yang menakdirkan dan aku tidaklah mampu melakukannya. Engkau yang Maha Tahu, sedangkan aku tidak tahu. Engkaulah yang mengetahui perkara yang gaib. Ya Allah, jika Engkau mengetahui bahwa perkara ini baik bagiku dalam urusanku di dunia dan di akhirat, (atau baik bagi agama, kehidupan, dan akhir urusanku), maka takdirkanlah hal tersebut untukku, mudahkanlah untukku dan berkahilah ia untukku. Ya Allah, jika Engkau mengetahui bahwa perkara tersebut jelek bagi agama, kehidupan, dan akhir urusanku (atau baik bagiku dalam urusanku di dunia dan akhirat), maka palingkanlah ia dariku, dan palingkanlah aku darinya, dan takdirkanlah yang terbaik untukku apapun keadaannya dan jadikanlah aku ridha dengannya. Kemudian dia menyebut keinginanya” (HR. Ahmad, Al-Bukhari, Ibn Hibban, Al-Baihaqi dan yang lainnya).


*Tulisan buru-buru di sela-sela tangisan my baby boy
Read On

A Letter From Mom and Dad

0 komentar Friday, December 21, 2012


My child,
When i get old,
I hope you understand 
And have patience with me...

In case i break a plate
Or spill soup on the table 
Because I’m loosing my eyesight,
I hope you don’t yell at me
Older people are sensitive
...Always having selfpity when you yell

When my hearing gets worse
And i can’t hear what you’re saying,
I hope you don’t call me “Deaf!”
Please repeat what you said or write it down..

I”m sorry, my child... 
I’m getting older
When my knees get weaker,
I hope you have the patience to help me get up
Like how i used to help you while you were a little
Learning how to walk..

Please bear with me
When i keep repeating myself
Like a broken record
I hope you just keep listening to me
Please don’t make a fun of me
Or get sick of listening to me
Do you remember when you were little
And you wanted a balloon
You repeated yourself over and over
Until you got what you wanted

...please also pardon my smell
I smell like an old person
Please don’t force me to shower
My body is weak
Old people get sick easily when they are cold
I hope i don’t gross you out
Do you remember when you were a little
I used to chase you around
Because you didn’t want to shower

I hope you can be patient with me
When i’m always cranky
It’s a part of getting old
You’ll understand when you’re older...

And if you have spare time,
I hope we can talk
Even for a few minutes
I’m always all by myself all the time
And have no one to talk to...
I know you’re busy with work
Even if you’re not interested in my stories,
Please have time for me
Do you remember when you were  alittle
I used to listen to your stories
About your teddy bear


When the time comes, 
and i get ill and bedridden,
I hope you have the patience to take care of me.
I’m sorryIf i accidentally wet the bed or make a mess

I hope you have the patience to take care of me during the last few moments of my life
I’m not going to last much longer anyway...

When the time of my death comes,
I hope you hold my hand
And give me the strength to face death

And don’t worry
When i finally meet our Creator
I will whisper in His ear
...to BLESS you

Because you loved your mom and dad

Thank you so much for your care
We love you.

With much love,
Mom and dad




*a breath holder and tears dropper poet
Mianhae, maaf, please forgive me,Mom.
It’s always about the stupid me.

Happy mother’s Day. I love you.

source: you can see the video here 
Read On

when you thought i wasn't looking...

0 komentar




When you thought i wasn't looking, 
i saw you hang my first painting on the refrigerator, and i immediately wanted to paint another one.



When you thought i wasn't looking,

i saw you feed a stray cat, and i learned that it was good to be kind to animals.



When you thought i wasn't looking

i saw you make my favorite cake for me and i learned that the little things can be the special things in life.



When you thought i wasn't looking
i heard you say a prayer and knew there is a god i could always talk to and i learned to trust god.

When you thought i wasn't looking
i saw you make a meal and take it to a friend who was sick, and i learned that we all have to help take care of each other.

When you thought i wasn't looking,
i saw you give of your time and money to help people who had nothing and i learned that those who have something should give to those who don't..

When you thought i wasn't looking
i felt you kiss me good night and i felt loved and safe.

When you thought i wasn't looking
i saw you take care of our house and everyone in it and i learned we have to take care of what we are given.

When you thought i wasn't looking
i saw how youhandled your responsibilities, even when you didn't feel good and i learned that i would have to be responsible when i grow up.

When you thought i wasn't looking
i saw tears come from your eyes and i learned that sometimes things hurt, but it's alright to cry.

When you thought i wasn't looking
i learned most of life's lessons that i need to know to be a good and productive person when i grow up.

When you thought i wasn't looking
i looked at you and wanted to say, thanks for all the things i saw, when you thought i wasn't looking.





*kind of touching, ain't it?/please
source: somewhere, can't remember 
Read On

welcome, my lil" man

0 komentar Wednesday, December 19, 2012


I watched a little face sleeping, 
Eyelashes fluttering so, 
I wondered of the dream you were having, 
and if Angels were playing there.


I watched a little face sleeping, 
and as I prayed to myself, 

I thank God for letting me watch a little face sleeping. 


Our lullaby son, 

Your life was ours, which is with you. 
Go on your journey. We go too. 



*2012.12.3. 
May he become a flourishing beautiful garden , 
has wiser thought than what his eyes could see, 
and trustable person facing this doubtful world.

Like our secret wish in his name. 
"Lujna Elfathan Amin"
Read On

10 HAL YANG KUBENCI DARI HELVY

3 komentar Tuesday, March 30, 2010

1.    Aku benci namanya. 
Sekali waktu, aku pernah mengetik nama sendiri di mesin pencari Google. Sedikit ingin menguji kepopuleran diri. Dan hasilnya seperti kuduga: Sangat mengecewakan. Yang muncul hanyalah akunku di jejaring sosial atau blog yang sama sekali tidak mencerminkan prestasi. Paling hebat hanyalah tentang tulisanku di koran lokal. Itupun sudah kira-kira beberapa abad yang lalu. Bandingkanlah dengannya. “Helvy adalah salah satu dari 10 perempuan penulis paling terkenal menurut survey Metro TV 2009 dan merupakan satu 15 tokoh muslim Indonesia yang terpilih sebagai 500 muslim paling berpengaruh di dunia”. Dia bahkan sudah ada di Wikipedia! Coba ketik nama depannya saja “Helvy”. Maka dia ada di deretan paling atas.  Ya, Helvy ini lah yang dikenal dunia. Bukan Helvy-Helvy yang lain. Sedang ketika kuketik nama depanku, aku harus berselancar berhalaman-halaman dulu untuk menemukan diriku.  Oh Tuhan, Mengapa bukan aku yang bernama “Helvy Tiana Rosa”?

2.    Aku benci buku-bukunya.
Karena setiap aku ke toko buku paling terkenal di kotaku, aku harus berkeliling ke seluruh penjuru dulu untuk mengendus jejak bukunya. Entah apa yang salah, rupanya buku-bukunya dikalahkan sejumlah novel pembunuhan atau psikopat yang bertengger di deretan buku laris itu. Dunia memang kadang tidak adil. Maksudku, apa bagusnya buku yang membuatku takut ke toilet? Bahkan ia dikalahkan oleh buku bermacam jenis dodol-dodolan yang selalu sangat mudah didapatkan. Bukannya tak suka, tapi menurutku dunia ini sudah penuh dengan dodol.

Jangan dilarang orang yang melayang pandang ke sabilillah:
 Ia sudah tahu resah nyata semesta seringai malam bumi kita
Jangan ditahan orang yang ingin melempar diri ke sabilillah:
Ia sudah tahu ramuan cinta yang firdaus juga jeram rintangan itu
Jangan dinanti orang-orang yang pergi ke sabilillah:
Ia sudah tahu ke mana harus menjual nyawa
(Helvy Tiana Rosa, Pelangi nurani)
 
Kau lihat? Aku benci kalimat sehebat ini harus tersembunyi di dalam buku yang kadang terjepit di sela-sela buku masak-memasak.

3.        Aku benci keberuntungannya
Pagi 3 Mei 1998 Helvy diundang mengisi seminar IAIN Sunan Gunung Djati Bandung. Dia bertemu dengan seorang pembicara lain, yaitu Mimin Aminah. Seorang wanita ramah, aktif dan memiliki ‘keunikan’ yaitu sepasang kaki lemah dan kecil sehingga memaksanya memakai tongkat penyangga.
Mimin berkata “Saya diuji Allah dengan cacat kaki ini seumur hidup saya. Mungkin banyak orang akan pesimis menghadapinya, tetapi sejak kecil saya berdoa agar saat orang lain melihat saya, tak ada yang diingat dan disebutnya kecuali Allah”.
Mimin terdiam sesaat. Lalu dia meneruskan “Lalu saat saya hamil dan melahirkan, semua orang melihat saya dan mereka mengingat Allah. Allahu Akbar! Allah memang MahaAdil kata mereka berulang-ulang. Dan saya tahu, do’a saya telah terkabul”.
Helvy bilang bahwa saat itu ia ingin sekali turun dari tempat duduknya sebagai pembicara dan pertama kalinya dalam hidupnya, dia menahan air mata di podium. Helvy membatin dengan mata basah, “Bisakah orang ingat pada Allah saat memandang saya seperti saat mereka memandang Mimin?”.
Bukankah  kita akan sangat  beruntung bertemu dengan orang-orang istimewa yang dengan cara tak terlupakan mengingatkan tentang kebaikan? Aku benci atau lebih tepatnya iri menyaksikan Helvy dengan keberuntungannya. Juga iri dengan kepekaan hatinya untuk menyadari keberadaan orang-orang itu.

4.        Aku benci kemampuannya membaca fikiranku
“Ketika kau masih bertemu pagi, Helvy
Dan kau putuskan untuk berdiri menghadapi
Berjuang dengan hati di jalan Illahi
Bukan demi dirimu sendiri
Maka saat itu, Helvy
Kau telah mengakhiri hari
Dengan kemenangan sejati

Puisi itu tak sengaja kutemukan saat aku menjalani hari-hari pendidikan beratku di fakultas kedokteran dan rumah sakit. Bagaimana dia bisa tahu bahwa tiap pagi, aku tak ingin membuka kelopak mata? Bagaimana kau tahu bahwa tiap hari aku ingin selalu kalah? Mungkin lebih mudah bagiku bila aku lari saja. Atau diam saja.
Aku benci sekali puisi ini yang membuatku tetap bangkit dan tetap harus memberi senyum ke pasien-pasien renta yang bawel itu. Tetap berseru selembut mungkin pada pasien anak yang rewel. Tetap bertahan saat dimaki-maki para senior. Tetap memicingkan kesadaran sekeras mungkin walau badanku remuk redam. Tanpa dibayar. Tetap bersyukur dengan makanan  yang lebih pantas jadi makanan kucing.
Tapi puisi ini berhasil menohokku. Bahwa ternyata Allah membaca fikiranku. Mungkin  DIA memang menginginkanku menjadi dokter seperti sekarang.

5.                  Aku benci caranya menyiksaku
Ketika Mas Gagah Pergi, Sebuah tulisan “bersejarah” dari Helvy itu menyadarkanku bahwa aku punya pilihan jalan lain. Bahwa di luar semestaku selama ini, ternyata ada yang namanya Nasyid, ada yang namanya pakaian muslimah, ada kesederhanaan Islam yang indah, ada perjuangan mencari jati diri, ada penantian manis di ujung jalan yang berbeda. Ketika Mas Gagah Pergi, dia meninggalkan kecamuk hebat dalam hatiku yang teramat hebat. Dilema antara apakah tetap tinggal dalam kejahiliyahanku yang nyaman atau berusaha berusaha berubah, berbalik mengikuti punggung Mas Gagah.
Helvy, mengapa Kau memaksaku dengan cara begini? Mungkin lebih baik kalau kau berteriak-teriak di telingaku, karena aku pasti akan lebih mudah untuk tak akan mendengarkanmu. Tapi cara licik seperti ini berhasil menyelusup ke titik kesadaranku. Sulit untuk membantah hati nuraniku sendiri.
 
6.        Aku benci saat dia berbohong
Dalam satu dialog publik, dia pernah mengatakan “Dalam menulis itu, yang penting tekad dan latihan”. Katanya lagi, “Dari sekotak teh Sosro saja, bisa menjelma jadi trilyunan kata”
Ini yang kuputar-putar terus dalam sirkulus otakku tiap saat ingin menulis. Dan sekarang aku memandangi lekat Teh kotak di depanku yang diam tak bergeming. Menungguku bercerita banyak tentangnya. Ah, ternyata kau bohong Helvy. BOHONG! Alih-alih menjelma trilyunan, satu kalimat saja tak kelihatan batang hidungnya. Jangan tanyakan berapa keras usahaku. Tetap saja hasilnya tak memuaskan. Aku bahkan masih tidak suka tulisanku sendiri.  
Bolehkah aku menyimpulkan, bahwa kemampuan kita adalah pada akhirnya “Given”. Dan menjadi apa kita adalah “Chosen”. Diberikan dan dipilihkan Tuhan. Apa yang kita usahakan, apa yang kita cita-citakan belum tentu menjadi jalan hidup kita. Tetapi aku bersyukur, dari sekian banyak orang di dunia ini, kau yang terpilih menjadi sumber inspirasi.

7.    Aku benci saat dia membuatku tertawa
    Tak lupa aku tentang cerita lucu Helvy pertemuan pertamanya dengan kak Seto, 28 tahun yang lalu. Saat di acara Aneka Ria Anak, tubuh kurus kecil Helvy dengan bando jeleknya harus kalah berebutan melawan teman-teman lain yang gemuk dan tinggi untuk berdekatan dengan kak Seto. Helvy mengenangnya “Akhirnya saya cuma kebagian berdiri di pojok di belakang. Padahal saya ingin sekali bertemu Kak Seto. Saya bahkan harus berjinjit untuk meyakinkan bahwa saya benar-benar bisa masuk kotak televisi”. Bagaimana hal sesederhana itu menjadi “sesuatu” di jarimu, Helvy?

8.        Yang lebih buruk, dia membuatku menangis.
Helvy melanjutkan ceritanya tentang Kak Seto “Tanpa saya duga, entah mengapa, Kak Seto memangil saya ke tengah, dekat mereka. Kak Seto memintanya bernyanyi dan berkata “Kamu manis sekali pakai bando itu. Apalagi kalau sambil senyum ya, dik”.
“Sampai sekarang”, kata Helvy. Apa yang dilakukan Kak seto mengesankannya. Dia, -anak kecil dengan bando jelek yang pegal berdiri di pojok- merasa sangat dihargai saat itu. Dan sekali lagi ceritamu membuatku menitikkan air mata.
Sebenarnya aku senang tertawa. Dan aku suka juga menangis. Tapi Helvy, bisakah kau tidak membuatku melakukan keduanya dalam satu waktu?

9.        Aku benci kisah cintanya
Tomi: “Kemarin ketika sholat di masjid, ustadz yang berceramah menyampaikan tentang bidadari-bidadari yang akan diberikan Allah, yang akan menjadi istri para lelaki beriman di surga nanti. Bunda tahu, aku berharap aku tak mendapatkan para bidadari itu. Aku hanya ingin bersama bunda menjadi suamimu di dunia dan di surga nanti”.

Faiz: “Bunda, kucintai kau seperti aku mencintai surga”

Berhentilah Helvy, berhenti Tomi, berhentilah Faiz. Aku benci ini. Kisah ini terlalu indah hingga ku tak bisa menolak untuk tiba-tiba rindu suamiku.

10.         Aku membencimu karena kau tidak tahu bahwa aku mencintaimu.
Nah. Semoga sekarang kau tahu. Aku menulis ini agar tersampaikan padamu bahwa dari cinta yang kau sebarkan selama 40 tahun ini, tak ada satupun yg hilang. Cinta itu bersemayam di derak dan gerak pembaca tulisan dan aktivitasmu, dan suatu saat akan kembali padamu berlipat-lipat.
Read On