untuk orang-orang yang berhasil menyakitiku

0 komentar Thursday, January 4, 2007
Ketika menyerah adalah jalan yang termudah,
Maka kemarahan ini akan selalu ada.
Mungkin memaafkan tidak akan membuat semuanya kembali
Tapi setidaknya aku dapat meneruskan hidupku lagi
Terimakasih untuk mengajari banyak hal.
Read On

if i'm in love

0 komentar
YA ALLAH…..Jika aku jatuh cinta, cintakanlah aku pada seseorang yang melabuhkan cintanya pada-Mu agar bertambah kekuatanku untuk mencintai-Mu

YA MUHAIMIN…Jika aku jatuh cinta, jagalah cintaku padanya agar tidak melebihi cintaku pada-Mu

YA ALLAH….Jika aku jatuh hati, ijinkanlah aku menyentuh hati seseorang yang hatinya tertaut pada-Mu agar tidak terjatuh aku dalam jurang cinta semu

YA RABBANA….Jika aku jatuh hati, jagalah hatiku padanya agar tidak berpaling dari hati-Mu

YA RABBUL IZZATI…Jika aku rindu, rindukanlah aku pada seseorang yang merindui syahid di jalan-Mu

YA ALLAH….Jika aku rindu, jagalah rinduku padanya agar tidak lalai aku merindukan syurga-Mu

YA ALLAH…Jika aku menikmati cinta kekasih-Mu, jagalah kenikmatan itu agar tidak melebihi kenikmatan indahnya bermunajat di sepertiga malam terakhir-Mu

YA ALLAH… Jika aku jatuh hati pada kekasih-Mu, jangan biarkan aku tertatih dan terjatuh dalam perjalanan panjang menyeru manusia kepada-Mu

YA ALLAH….Jika Kau halalkan aku merindui kekasih-Mu, jangan biarkan aku melampaui batas sehingga melupakan aku pada cinta hakiki dan rindu abadi hanya kepada-Mu

YA ALLAH…Engkau mengetahui bahwa hati-hati ini telah terhimpun dalam cinta pada-Mu, telah berjumpa dalam taat pada-Mu, telah bersatu dalam dakwah pada-MU dan telah terpadu dalam Membela syariat-Mu. Penuhilah hati-hati inid engan nur-Mu yang tiada pernah pudar. Lapangkanlah dada-dada kami dengan limpahan keimanan.Amin..Ya Rabbal ‘Alamin
Read On

sampaikan...

0 komentar
Sampaikan
Tangisku pada kurus tulang-tulang
Sedihku untuk sinar wajah redup kehilangan matahari
Maafku untuk cekung iris mata yang berenang-renang kolam darah.
Perih.
Maafkan aku hanya bisa melewatinya
Gesa
Katakan sesalku pada ranting-ranting patah –kering-
Sebab aku hanya bisa menadah tetes demi tetes air langit
Air wudhu terakhirmu nan sendu tak perlu kuseka
Biarkan ia menjadi basahnya jiwa
Dari lorong- lorong pucat rumah sakit:
Infus, karsinoma dan ketabahan
Read On

Aca ca fighting

0 komentar
ACA CA FIGHTING!

:Martina Rahmi:

Tak ada manusia yang bisa menahan laju umurnya. Dikehendaki atau tidak, kehidupan terus berlangsung menambah beban hari dalam perjalanannya. Bayi menjadi anak kecil, anak kecil menjadi remaja, remaja menjadi dewasa, dewasa menjadi tua dan seterusnya.
Juga ketika harus menyandang gelar manusia bergolongan pemuda, itu juga bukan pilihan. Suatu saat tiba-tiba saja kita tersadar bahwa kita sudah menjadi pemuda. Dan menjadi pemuda adalah suatu yang berat bila dapat difahami bahwa pemuda tidak hanya berdefinisi umur sekian sampai sekian, namun terutama adalah karena tugas-tugas di bahunya.
Ada yang sudah dari jauh hari menyiapkan diri untuk menyambut kedatangannya. Mereka dari dini sudah menambah ilmu dan informasi, mengikuti kajian-kajian, belajar mengambil tanggung jawab dan mulai memberanikan diri keluar dari “comfort zone” atau Zona nyaman mereka selama ini. Mereka sudah bersiap-siap hidup bukan untuk kesenangan pribadi mereka semata. Jenis pemuda seperti ini tidak akan terkejut banyak lagi setelah menapaki usia pemuda sesungguhnya. Sebaliknya, mereka bahkan sudah matang untuk berdaya guna bagi diri mereka sendiri dan orang lain.
Namun tidak bisa dinafikan, begitu banyak yang menanggung nama pemuda tanpa diiringi kesiapan melaksanakan konsekuensinya. Usia mereka mendahului kedewasaan mereka, atau lebih tepatnya kedewasaan mereka jauh tertinggal di belakang usia mereka. Jiwa dan sikapnya masih dicoraki dominan oleh kemanjaan anak kecil walau dalam bentuk yang berbeda. Masih saja menuntut hak tanpa ingat kewajiban, masih saja suka mengutuki keadaan tanpa ada usaha mengubahnya, masih terlena oleh kemudahan-kemudahan yang diberikan oleh orang lain, tidak ada kreatifitas dan inovasi berdikari, masih ingin selalu dibenarkan alasan-alasan pembenaran dirinya dan masih berfikiran bahwa segala hal yang tidak menyangkut kepentingan pribadinya adalah sama sekali bukan urusannya. Pemuda seperti ini adalah jenis pemuda yang akan menarik selimut cepat-cepat dan menutupkan bantal kuat-kuat ke telinga ketika mendengar berita masalah-masalah di sekitarnya. Mereka ingin hidup tenang dengan ketidaktahuan dan ketidakperdulian itu. Maka bagaimanakan tugas pemuda sebagai agent of change (agen perubah) dilaksanakan bila pengembannya adalah manusia yang tidak mau tahu dan tak pernah merasa ada yang perlu diubah? Dan duhai, bangsa kita memiliki banyak mereka.
Sesungguhnya, negara ini merindukan kaum pemuda yang cemas. Pemuda-pemuda yang cemas hatinya ketika menyaksikan arus keterbelakangan, kemiskinan, kenestapaan dan kerusakan sosial bangsanya. Sehingga, terpecut fikirannya untuk segera mencari konsep, jalan terbaik dan secepatnya bergerak menuju pintu keluar, sekecil apapun langkah yang bisa ia tempuh.
Pemuda. Begitu banyak yang dimilikinya. Sigapnya jasad, segarnya otak, hormon-hormon yang masih bekerja aktif dan dinamitas yang dikaruniakan Allah adalah modal besar untuk pemuda. Namun sayang, tidak banyak yang bisa menggunakannya secara benar, apalagi optimal. Seperti narkoba dan free sex, begitu banyaknya yang berasal dari rasa keingintahuan. Tawuran dan perkelahian, begitu juga. Ia sering bentuk ekspresi dari keloyalan dan keaktifan. Sungguh, suatu potensi yang andai dikelola dengan benar, akan bisa menjadi kekuatan besar.
Karakter seperti ini sebenarnya tidak terbentuk karena faktor pemuda sendiri saja. Namun lingkungan juga memiliki porsi besar dalam mewarnainya. Masyarakat masih sering berbicara bahwa “pemuda sukses adalah pemuda yang kaya” sehingga tidak sengaja tujuan hidup pemuda terarahkan kepada lembaran-lembaran uang semata. Minat ingin mengetahui, meneliti dan memberi tertutupi oleh kebutuhan-kebutuhan materi, sehingga ide-ide itu tersimpan mengeriput di ujung hati saja. Media massa juga adalah bagian khusus dari lingkungan yang ikut membantu kampanye sikap statis ini. Mereka lebih sering menceritakan keputusasaan akan masalah bangsa dan lebih suka menayangkan gambaran hidup penuh kesenangan yang sebenarnya hanya dimiliki segelintir orang. Sangat jarang sekali ditampilkan misalnya, tentang penghargaan bagi perjuangan seseorang yang begitu tabah dan tangguh dalam memperjuangkan kebaikan untuk masyarakat. Dan pemuda kita semakin meringkuklah, menjadi penentu bangsa tampak sangat jauh dari genggaman karena merasa tidak punya apa-apa dan tidak tahu ke mana. Sehingga, dipilihlah pilihan yang paling mudah: Menjadi orang biasa-biasa saja.
Namun sejarah memperlihatkan ada pengecualian-pengecualian di setiap zaman. Al-Fatih Murad, seorang pemuda yang pada usianya baru 23 tahun telah dapat mewujudkan cita-cita bangsanya selama 8 abad: Pembebasan konstatinopel dari penjajahan Romawi. Imam Syahid Hasan Al-Banna, pada usia muda telah menjadi pembaharu yang begitu cemerlang di negaranya dan menjadi inspirasi bagi dunia. Dan dari negara kita sendiri, Jonathan, seorang pemuda yang mencengangkan tidak hanya bagi negara-negara lain, tapi bahkan bagi negaranya sendiri. Ia, seseorang yang berasal dari Negara penuh masalah, berhasil mendapat gelar tertinggi, The absolute winner Olimpiade Fisika yang diadakan di Singapura baru-baru ini.
Apa yang membedakan mereka? Semangat. Semangat yang ditumbuhkan harapan demi harapan. Harapan akan perbaikan, harapan akan cita-cita tinggi, harapan akan perubahan. Mungkin kebanyakan orang sudah menganggap keadaan adalah kodrat yang tak bisa diubah, namun pemuda unggulan tidak berfikir menurut orang kebanyakan. Baginya, haram untuk kalah sebelum berjuang, kunci perubahan ada di tangan manusia dan ia dengan sigap mengambil peran di dalamnya.
Dan sumber harapan dari segala harapan adalah Dia. Ya, dengan meyakini janji-janji-Nya, visi kehidupan akan menjadi jelas, lurus dan tidak gamang. Dia juga muara semangat yang airnya tak pernah habis. Karena ia tahu bahwa kewajibannya hanya berjuang, berhasil atau tidak, itu adalah sunatullah yang sama sekali bukan urusannya.
Mungkin semangat bukan segalanya, namun ia bagian penting dari perjuangan. Seperti saya misalnya dalam hal tulis menulis. Sebenarnya banyak cara dalam menyelesaikan tulisan dengan konsisten, tapi bagi saya, saya harus menentukan judul lebih dahulu sebagai motor semangat, sehingga saya diarahkan untuk terus menulis.
Tulisan ini terlalu muluk bila dibilang sebagai salah satu wacana solusi namun cukup bagi saya bila ada satu-dua hati tersentuh dan mulai berani menentukan “judul” perjuangannya masing-masing.
Dan mari kita berseru bersama-sama Ji En, tokoh utama di serial Full House itu yang berusaha bertahan dalam kisruh rumah tangganya dengan kalimat ini: A ca ca Fighting! Bersemangat!
----- fin.lomb.pen.kep.nas:)-----
Read On

sandaran hati

0 komentar
yakinkah ku berdiri
di hampa tanpa tepi
bolehkah aku
mendengarMu
terkubur dalam emosi
tanpa bisa bersembunyi
aku dan nafasku
merindukanMu
terpuruk ku di sini
terangi dia yang sepi
dan ku tahu pasti
Kau menemani
dalam hidupku
kesendirianku
teringat ku teringat
pada janjiMu ku terikat
hanya sekejap ku berdiri
kulakukan sepenuh hati
peduli ku peduli
siang dan malam yang berganti

pedihku ini tak ada arti
jika Kaulah sandaran hati

inikah yang Kau mau
benarkah ini jalanMu
hanyalah Engkau yang kutuju
pegang erat tanganku
bimbing langkah kakiku
aku hilang arahtanpa hadirMu
dalam gelapnya
malam hariku

(-letto lagi-Allah, i lie on You..)
Read On

ruang rindu

0 komentar
Dan aku mulai takut terbawa cinta
menghirup rindu yang sesakkan dada
kau datang dan pergi begitu saja
smua kutrima apa adanya,,
mata terpejam dan hati menggumam
di ruang rindu

Jalanku hampa dan kusentuh Dia
..............
terasa hangat di dalam hati

(letto,untuk ruang rindu itu)
Read On

afektif bipolar episode depresif

0 komentar
.......................
Biar aku menepi
.....................
Bila tak juga pasti
................................
...............................
Read On

the magical visitor

0 komentar
Tamu agungku akan datang
Ingin kumeretas senyum yang tersisa
Ingin kumemeluknya dengan airmata penuh cerita
Inginku menjamunya dengan manis kesturi surga

Cukup sudah perjalananku yang berdebu
Jejalkan sesak dan kerak
Membungkusi sampah dari hari ke hari
Berat sudah pahit ini
Wahai tamu, betapa engkau kurindu

Tapi akankah kau akhirnya kecewa
Menyaksikan penghuni rumah lebih banyak tertawa dan bersenda
Lembar-lembar tilawah tergilas di jalan
Sujudku tersapu gesa
Doaku yang hanya sebatas kata, itu pun tak seberapa

Kau mungkin tahu,
Dari purnama ke purnama,
Kau datang pada hamba –hamba yang tak tahu diri

Tapi, bukan Allah kalau pernah lelah
Bukan Dia bila tidak Maha Mencinta
Dia yang meyakinkanku
Dalam dunia yang sibuk ini
Aku masih bisa selalu berharap
Ada hening sesaat
Untuk menepi.

Maka, cicipilah hidanganku, tuan
Walau hanya sekelumit kurma yang pahit

Semoga Sang Pengutus izinkan
Dirimu datang tiap hari.


==Ramadlon, Akankah lagi sia-sia?==
Read On

the rain...

0 komentar
When you get caught in the rain
With nowhere to run
When you’re distraught And in pain
without anyone
When you keep crying out to be safe
but nobody comes
And you feel so far away
That you just can'tFind your way home
You can get there alone, it’s ok
Once you say
And if you keep falling down
Don’t you dare give in
You will arise safe and sound
So keep pressing on steadfastly
And you’ll find what you need to prevail
Once you say
I can make it through the rain
I can stand up once again
On my own and I knowThat I’m strong enough to mend
And every time I feel afraidI hold tighter to my faith
And I live one more day
And I make it through the rain
And when the wind blows
And shadows grow close
Don’t be afraid
There’s nothing you can’t face
And should they tell you
You’ll never pull through
Don’t hesitate
Stand tall and say
i can make through the rain
========================M.C,through the rain...
Diam dalam diam…
Kadang keterasingan membuat kita lebih mengenal Tuhan
Begitu sombongnya kah aku?
Untuk percaya
Hidup dan mati adalah...
Allah saja.
Read On

NEMBAK DULUAN? Jangan Takut!

2 komentar
“Yang pasti-pasti aja!”
Ingat slogan iklan TV ini? Bukan untuk mempromosikan minuman produk Amerika yang membantu kaum zionis Israel itu, tapi dalam kalimat ini, saya sependapat. Betapa banyak hal di dunia ini yang tidak pasti dan sangat rawan untuk terus difikirkan. Angan-angan berpanjangan bisa meluap dari situ. Baik, langsung saya spesifikkan, misalnya dalam mencari pasangan hidup.
Seorang perempuan yang sudah baligh sebenarnya adalah adalah kewajiban wali, orangtuanya lah untuk menikahkan dengan laki-laki yang sholeh. Alternatif lain, kumpulan orang-orang shaleh di sekitarnya bisa menggantikan peran itu. Tapi tidak selalu dua kondisi itu bisa digenapkan. Misalnya orangtua tidak bisa memutuskan mana laki-laki yang sholeh atau setelah sekian lama, belum ada ikhwan yang tergerak untuk melamarnya. Sedangkan urgensi menikah itu semakin kuat menelusup di celah di jiwa, kerinduan akan membangung keluarga Islami memuncak, ketakutan tergelincir pada kemaksiatan yang semakin membumbung atau kasus-kasus tertentu yang membuat pernikahan harus segera dilaksanakan. Kadang kata akhi Salim A fillah,dalam bukunya Agar Bidadari Cemburu Padamu, menawarkan diri bagi akhowat adalah pilihan yang agung.
Menawarkan diri pada lelaki yang pasti. Pasti agamanya, pasti kualitas akhlaknya. Di sini yang tak pasti cuma satu,diterima atau tidak. Dan ditolak bukanlah kehinaan, hanya ladang kesabaran yang insyaAllah menjadi taman-taman berbunga cantik pahala. Daripada menunggu yang tak pasti, tak pasti agamanya ,tak pasti akhlaknya. Bahkan tak pasti pula datangnya.
Memalukan! Tradisi mengajarkan kita demikian. Perempuan yang menawarkan diri untuk menikah pada laki-laki dianggap tidak tahu kesopanan. “Kaya ngga laku aja” atau “Kegatelan banget sih cewenya”. Komentar seperti itu sungguh kejam dan tidak adil. Apakah memalukan untuk menggenapkan setengah dien, separuh agama? Adakah dalam ingatan Anda, ibadah yang melebih setengah agama? Sementara perempuan yang berseliweran berboncengan, nonton berduaan, di café-cafe berpegangan tangan adalah hal yang dianggap hal biasa. Sudah jelas, kebenaran dan kemuliaan tidak terletak pada pendapat orang kebanyakan.
Ada juga yang mengemas pemikiran kuno itu dengan bentuk yang tampaknya lebih elegan “ Kalau imannya kuat, pasti dia akan sabar menunggu ikhwan datang melamarnya”
Hhh..saya hanya bisa menarik nafas panjang sambil menuturkan cerita ini.
Anas ibnu Malik, Radhiyallahu ‘Anhu berkata:
Ada seorang wanita yang datang kepada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam. Ia menawarkan dirinya kepada Rasulullah “Apakah engkau membutuhkan diriku?”. Anak perempuan Anas hadir dan mendengar kata-kata wanita itu, lalu berkata ”Alangkah memalukan dan betapa buruknya”. Mendengar itu, sang ayah (Anas ibnu Malik) menyahut ”Dia jauh lebih baik darimu nak. Wanita itu mencintai Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam dan menawarkan dirinya kepada beliau” (HR Al Bukhari).
Dengarlah, dia jauh lebih baik dari kamu!
Atau bahkan ada beberapa “oknum” ikhwan yang entah dari mana mendapat generalisir ini “Kami,para ikhwan, pada hakikatnya punya insting memburu, dan aneh sekali bila akhowat yang mendekati”
Coba tengok lagi cerita tadi, adakah Rasul berkata “wahai wanita, aku seorang laki-laki, tidak pantas bagimu menawarkan diri”?
Dan bisakah sekarang Anda menjawab, wahai lelaki, siapakah engkau dibanding Rasulullah??
Ohya, perlu sekali saya tekankan, saya tidak sedang bicara tentang “nembak” dengan senjara berlaras itu lho…Ngerti aja kan? Tapi juga bukan tentang “nembak” seperti yang muncul di reality show yang mengklaim dirinya reality show cinta pertama di Indonesia itu. Sungguh, bukan itu. Kalau nembak jenis itu sih, saya sangat berharap Anda sudah mengerti tentang ketidakbenarannya. Nembak yang mulia bukan aplikasi kreatif ketidaksabaran, kekonyolan dan maaf, agak tidak tahu malu terhadap pelanggaran perintah Allah seperti itu dan jauh sekali dengan ikatan suci pernikahan. Tapi sssttt, katanya rating acara itu selalu tinggi. Anda tidak termasuk salah satu yang menaikkannya kan?
Ohya (lagi), saat perempuan mengajukan diri untuk menikah, itu juga harus melalui pertimbangan dan cara-cara yang mulia. Ga mungkin dong, ketemu di perempatan lalu langsung minta dinikahi? Hehehe.. Bisa dengan minta diwakilkan orangtua, atau lewat orang-orang sholeh yang bisa dipercaya. Dan sudah seharusnya ada musyawarah sebelumnya dengan mereka dalam hal pemilihan calon agar sisi subjektif dapat dikendalikan. Misalnya karena dilihat cakep, sarjana, mapan kerjanya, kita menjadi lupa pada sisi akhlaknya yang pas-pasan. Tidak salah sih bila menginginkan ikhwan ganteng, pinter dan sebagainya tapi pertimbangan agama dan akhlaknya haruslah yang utama.
Hasan bin Ali berkata “ Nikahkan puterimu dengan orang yang bertakwa. Sebab bila ia mencintainya pasti akan menghormati dan memuliakannya dan bila ia tidak mencintainya pasti ia tidak akan menzhaliminya”
Sambil berikhtiar, jangan lupa sholat Istikhoroh berulang kali. Petunjuk Allah adalah kemestian yang mesti dimohon selalu. Agar kita tidak menjadi hamba yang disindir Allah lewat ayat ini.
…boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu padahal itu baik bagimu dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu padahal itu tidak baik bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui (Al Baqarah :216)
Kadang sebenarnya, bukan karena ketidaktahuan yang membuat para ikhwan melambatkan pernikahan. Tapi semata karena ketidakpedean terutama masalah mahar dan ma’isyah. Nah, akhowat yang seyogyanya juga ikut meyakinkan mereka bahwa Anda berani untuk menanggung bersama. Berani menjalani proses kehidupan apapun bentuknya. Kegembiraan, apalagi kesusahan. Anda berani, bukan?
Ya, karena kadang ikhwan-ikhwan itu perlu dipecut agar tidak lagi menjadi pengecut. Agar mereka bertambah kuat iman kepada rezeki Robbnya dan tambah kreativitasnya. Pernikahan terbukti adalah salah satu bentuk media percepatan diri yang sangat efektif.
Lalu, biarkan Allah membantu.
Sudah ya, kita tutup dulu pembahasan ini. Sekarang waktunya menajamkan usaha memperbaiki diri dan memperkokoh niat. Memang perlu perjuangan untuk mengubah masyarakat dengan tradisi-tradisinya. Tapi setidaknya Anda tahu bahwa tradisi itu harus diubah. Dan Anda bisa memulainya lebih dahulu.
Dalam suatu pertemuan, ada seorang teman berseloroh “ Jodoh itu di tangan Tuhan, tapi kalau tidak diambil-ambil, ya akan di tangan Tuhan terus”
Hal itu tidak urun memancing tertawa teman-teman yang lain, termasuk saya juga. Tapi untuk anda, wahai perempuan, semoga kelakar tadi semakin menguatkan.
****untuk murobbiyahku tercinta..."ini utang tulisannya mba...kisah kemarin sudah ada endingnya, bukan sad atau happy ending, tapi insyaAllah it's the best ending...^_^ jazakillah untuk semua dukungannya ya mba sayank..."
Read On

surat cinta (cerpen)

0 komentar
Perhatian!Perhatian!
INI CUMA FIKTIF BELAKA
BILA ADA KESAMAAN NAMA,TEMPAT ATAU RASA INSYAALLAH TIDAK DISENGAJA.
DON’T TRY THIS AT HOME..HEHE..


SURAT CINTA

7 April, 1996.
Untuk Bon-bon di kelas 2-C
Hai, apa kabar?
Sebelumnya aku minta maaf karena mengganggumu dengan suratku ini. Pertama dulu, kenalkan namaku Arini kelas 2-A. Mungkin kamu pernah melihatku tapi ngga tahu namaku. Hmmm…Hmmm..to the point aja ya.. lewat surat ini aku mau bilang…aku mau bilang…bahwa…(maaf, kaya orang gagu aja soalnya aku gugup setengah mati nih) bahwa… you are my first love! (fiuh…akhirnya kukatakan juga).
Sejak pertama kali melihatmu, aku langsung suka. Kau tahu di mana pertama kali aku melihatmu (Atau pertama kali aku mulai terkesan sama kamu)?. He…he… sebenarnya bukan tempat yang terlalu menyenangkan sih soalnya saat itu kita lagi punya nasib sama: dijemur di tengah lapangan! Ingat ngga waktu kemarin waktu kita terlambat upacara bendera itu lho… Aku juga masih inget dengan jelas bayangan kamu dijewer pak Rianto (Maaf ya harus membuka luka lamaJ).
Tapi pasti kamu ngga ingat aku. Mana ada yang inget sama cewe kaya ini. Ngga cantik, nggak kaya juga pinter. Biasanya kan cowo suka sama standar-standar gitu.
Tapi ngga pa-palah, aku terima aja. Bukan salahmu kok.
Nah, kalau kamu tanya kenapa aku suka kamu, sebenarnya aku juga bingung. Kenapa ya? Pokoknys tiba-tiba di matsku, kamu menjelma jadi cowo yang paling “sweet” deh. Taylor Hanson aja kalah deh sama kamu (doo..jangan ge-er yah). Kemarin-kemarin mah aku cuek banget sama yang namanya cowo sampai teman-temanku menggelariku “the most cuexx girl” .Tapi sekarang segalanya berubah…
Trus aku mau nanya nih.. mau ngga kamu jadi temenku? Kupikir akan sangat menyenangkan bisa berbagi sesuatu denganmu… Curhat bareng, ke kantin bareng..deesbe. Itu namanya pacaran ngga ya? Ngga tahu deh, pokoknya aku cuma mau kenal lebih dekat denganmu.
Tapi kalau kamu ngga mau, aku juga ngga bisa memaksa. Itu kan hak semua orang. Aku berhak untuk menyukaimu, kamu juga berhak untuk ngga. Ya kan? (deeh..sok dewasa betul!). Kamu bisa jawab pake surat juga. Titipin aja sama Memet, yang keriwil-keriwil di kelasmu itu loh.. Dia temenku yang paling dekat.
Ohya, kamu ngga usah bilang ini ke siapa-siapa yah.. only you and me deh… Kalau ada yang tau, pasti satu es-em-pe bakal heboh! ntar kamu juga yang malu..
Tapi aku percaya, orang yang kusuka ngga bakal menghinaku dengan cara itu. Benar kan?
Da..dah…
Salam dari boneka tazmaniaku…
n.b Terus tersenyum yah,
Kamu manis sekali dengan lesung pipitmu itu
Persis kaya permen bon-bon hehe…
***
2 Maret 1999
Every time I see your face, my heart does begin to race
One half wants me to go, one half wants me to stay
I just get so all confused.
I’m so scared to fall in love (Every time, Janet Jackson)
Dear Eko…
Mungkin ini surat dari cewe yang ke sekian kamu terima. Tapi entahlah, kenapa saja aku masih berbaik sangka kamu punya satu ruang untuk memperhatikan suratku ini.
Surat ini tak akan pernah kutulis andai saja kamu tidak pernah didatangkan Tuhan di depanku. Dan juga pasti sekarang duniaku baik-baik saja. Aku tidak harus rusuh begini. Dan juga bodoh. Kamu ngga pernah tahu kan aku pernah makan banyak bakwan yang sama sekali ngga kusuka hanya karena ingin duduk di sampingmu. Saat itu piring bakwan itu ada di dekatmu waktu kita di kantin Bu santoso itu. Atau ketika aku ngga mau makan seharian hanya karena meliat kamu boncengan di depan SMU sama anak cewe kelas lain? Kamu ngga tau kan? Dan kamu juga ngga tau kan itu sangat menyakitkan?
Aku sampai bertanya pada Tuhan mengapa bisa cinta yang seharusnya menyenangkan menjadi sangat menyengsarakan ketika bertemu dengan kata “ingin memiliki”?
Tapi sayangnya, aku rela membeli semua penderitaan itu hanya dengan kebahagiaan sebentar melihat wajahmu. Very silly, isn’t it?
Eko, aku ingin nanya, apakah kamu pernah merasakan sakit ini? Menyukai seseorang yang terlalu jauh. Kau ingin terbang meraihnya tapi kamu harus sadar bahwa kau sama sekali tidak punya sayap. Kau menyayangi seseroang tapi kau terlalu takut untuk mengakuinya karena kau sadar kau akan sangat terluka. Kau menyayangi seseorang yang sama sekali tidak tahu bahwa kau ada di dunia ini? KAlau pernah, kenapa kau membiarkan aku merasakannya? Dengan pesonamu itu…
Kenapa aku harus mengagumimu dengan cara ini?
By the way. Aku tetap berterimaksih dengan rasa ini.
Aku tahu , dengan ini aku bisa belajar lebih tegar .
And I know, tomorrow, I will get better.
***
9 Mei 2002
Assalamu’alaikum, akhi Rizki…
Apakah gadis berjilbab tidak boleh jatuh cinta? Pertanyaan naïf, kurasa karena hanya si buta yang menganggap kami adalah malaikat berwujud manusia.
Pun ketika kini, ketika umurku sudah berkepala dua dan sudah jadi mahasiswa tingkat enam. I can feel it, too. Karena bukankah itu memang fitrah dari Allah yang sia-sia sekali untuk disangkal?
Tapi tidak, sama sekali aku bukan manusia yang pantas untuk menghalalkan aktivitas hubungan dua jenis berbeda tanpa ikatan menikah yang dibenci Allah. Semoga aku tidak sesombong itu.
Aku hanya ingin bilang bahwa tindak-tandukmu, akhi… membuat akhwat-akhwat sangat berpotensi untuk jatuh. Belum lagi harus kusebut wajahmu yang manis, bersih putih, kepintaranmu yang di atas rata-rata dan penampilanmu yang berkharisma. Kuakui, You’ve got something inside!!
Dan aku, Astaghfrullah salah satu yang terperangkap di dalamnya.
Do’a-do’aku di pertengahan malam mulai terisi namamu. Bahkan dengan agak sedikit ’memaksa”, aku ingin Allah menjadikan kamu jodohku. Betapa bersemangatnya aku datang ke syuro bila kamu jadi ketuanya… Semoga Allah mengampuniku.
Kadang aku senyum-senyum sendiri bila mengingat ketika kamu memanggilku ukhti…walau aku tahu yang akhwat lain juga kamu panggil begitu. Tapi Ah, ada saja bedanya terasa. Apalagi senyum yang mungkin dengan ikhlas kamu kembangkan, membuatku merasa jadi sarden beku. Terpaku.
Ada apa ini, akhi? Apakah syaitan sedang bermain-main denganku? Mengapa dia berhasil?
Tolong akhi, bantu aku melupakanmu. Aku ingin hari-hari damai kembali lagi. Hari-hari yang hanya ada aku dan Allah, tanpa ada satu nama pun terselip di antaranya
Tolong jangan terlalu banyak muncul di depan gerombolan-gerombolan akhwat atau menebar senyum ke semua orang atau dengan sengaja me miscallku walau itu hanya untuk membangunkan sholat malam. Terlalu berat akhi, menjaga hati dalam keadaan hati berbunga-bunga diharumi nafsu.
Baiklah, kuakhiri saja surat ini dan kuakhiri segalanya. Sungguh, ini bukan hal yang mudah untuk bangkit lagi setelah terperosok terlalu jauh. Tapi aku tidak ingin kalah darimu. Kau selalu punya izzah itu, masa aku akhwat yang harusnya punya malu lebih besar, malah menurunkan harkat diri sendiri?
Semoga kamu tetap terjaga dari rasa-rasa yang menyesatkan ini.
Aku yakin, Allah menyayangimu.
Salam.

***
Kulirik jam berbingkai coklat di dinding kamar. Sudah jam 11 malam. Tapi Mas Yos tampaknya tidak menunjukkan tanda-tanda akan mengakhiri kerjaannya mengetik laporan kegiatan seminar Islam di kampus Ahad tadi. Siluet wajahnya sangat menyenangkan untuk dipandang. Wajah hitam manis yang bersih. Kacamata kecil berbingkai hitam bertengger di batang hidung yang lurus dan mata bening bergerak-gerak di dalamnya mengikuti langkah kursor. Ah, Mas Yos. Masku yang sholeh, Mas yang cerdas dan sopan, Mas yang selalu bersemangat untuk perbaikan umat, Mas yang tak pernah ada di dalam hatiku sebelum ia datang dengan kebulatan tekad mengkhitbahku.
Degan senyum dikulum, kulipat kembali surat-surat itu. Surat yang tak pernah kukirimkan kepada siapapun. Nama-nama itu pun tersimpan rapi di dalamnya. Aku hanya mempercayakannya pada Allah. Dan aku tahu sekarang, Allah telah membalasnya dengan cara yang lebih indah.
***
Banjarmasin, 15 Mei 2006
Di tengah hening, mentertawakan “kenekatan”ku sendiri
Sambil menangis.
Allah, kumohon..dengarlah…
Read On

Nama Gue Dian Sastro (cerpen)

0 komentar
Melihat animo masyarakat dan banyaknya permintaan untuk mempublishnya, maka akhirnya direlakanlah cerpen ini ditampilkan di blog. Tapi mohon maaf, bila ada yang muntah-muntah setelah membaca karena saking hancur cerpennya, itu di luar tanggung jawab penulis lhoo ya……:D

Nama Gue Dian Sastro


Hai…eh, Assalamu’alaikum. Nama gue Dian Sastro. Tapi maap mengecewakan hadirin sekalian, gue bukan Dian Sastrowardoyo yang di tipi–tipi itu. Nama lengkap gue Dian Sastro Purnomo. Nama belakang gue Purnomo karena gue dilahirin pas bulan purnama, bukan bulan wardaya hehe…
Untuk lebih menjelaskan perbedaan gue dan Dian Sastro supaya tidak ada kekisruhan berlarut-larut yang bisa menghancurkan integritas dan moral bangsa, izinkan gue mendeskripsikan perawakan gue. Tubuh gue subur gemah ripah loh jinawi alias tambun agak-agak masak (apaan sih?), mata gue lebar tapi ngga belo, pipi gue super big size, terus hidung gue hampir gede lubangnya daripada batangnya. Kulit gue? Warna kulit gue sawo matang deket-deket busuk. Untuk memperindahnya adalah bertaburannya bintik-bintik merah lucu alias jerawat yang laksana bintang kejora di gelapnya malam. Nah, tampak jelas kan perbedaan gue as Dian Sastro dengan Dian Santro as Dian Sastro?(?????) Kalo ketemu gue, elo-elo bakal yakin lagi bahwa gue sama Dian Sastro ngga ada kaitan sama sekali. Bahkan tetap ngga ada kaitan walau ditarik tujuh turunan ke atas sekalipun.
Kata orang, eh okay…okay...gue benerin, kata orang-orang-orang-orang-orang (maksudnya, orangnya banyak betul, gitu loh), nama gue emang mirip sama Dian Sastro, tapi menyesal sekali Dian Sastro hidup dengan 230 kali lebih kaya dan terancam kurang lebih 3 juta kali lebih cantik daripada gue.
Tapi bukannya gue membela diri nih, gue rasa parameter cantik itu berbeda-beda. Kalo banyak orang, -well, okay-orang sedunia mikir bahwa cantik itu adalah bermata bagus, hidung mancung, bibir kecil dan merah, ngga jerawatan , tubuh tinggi semampai, bukan berarti itu penilaian yang paling benar kan? Dan mereka ngga bisa maksa gue memandang dengan cara yang sama. Eh, ada juga lo di suatu suku di Kalimantan yang menganggap cewe paling cakep adalah cewe-cewe yang paling gede lubang telinganya. Nah lo?? So gue sok tenang wae lah… karena Allah, Tuhan gue bilang Dia ngga ngeliat hambaNya dari bentuk dan rupanya. Yang penting cantik imannya. Doo…gue kaya yang jadi berasa cakep iman aja ya? Ngga juga coy, berterimakasih sama Dia dan do the best as Allah wish kan hak setiap manusia. Aduuhhhh nyokap gue bakalan terharu dan nangis Bombay Calcutta India deh kalau tahu anaknya bisa ngomong sepinter ini.
***
Gue paling tersiksa kalau film Dian Sastro baru keluar. Soalnya temen-temen kelas gue mempunyai kesepakatan yang telah dilegalkan oleh dewan kelas dan sangat disahkan semua penghuni SMA Pelita Bangsa lainnya untuk menemukan pasangan buat gue. Dari zaman AADC, dengan zalimnya gue dijodoh-dijodohin sama Rico, yang mirip sama Nicolas Saputra namanya doing.. Penampakannya? Weleh..weleh..silahkan pemirsa bayangkan sendiri. Dia juga kesenengan dan cenderung ngga tahu malu ketika dinobatkan dan diganti nama menjadi Rico Sapu Ijuk. Rambut yang lurus kaya jalan tol itu dimirip-miripin sama Nico dan kabarnya perut gendutnya itu dipakein korset. Dengan begitu, muncullah di hadapan kita seorang Nicolas Saputra yang kayanya ngga makan lima hari, sedang diare dan baru kesetrum listrik. Idih!!
Gue jadi bulan-bulanan diledekin ma Rico mulai di kelas, di kantin, di atap sekolah (apa coba?) bahkan saat gue kebelet pipis pun mereka masih menyempatkan diri menjadi cheerleaders yang kompak bersorak “Cie… yang janjian di WC, Cinta ngga tahan lagi ya ?? Hu Huu….Huuuu……..
Temen-temen tercinta gue itu terus istiqomah sampai sekarang, saat film Ungu Violetnya Dian Sastro sedang rame-reme diputar. Tapi gue kaget banget kali ini karena yang dijadiin pasangan gue “sangat beres” dibandingkan sebelum-belumnya. Ozan, anak 3 IPA 4 itu emang mirip banget sama Rizky Hanggono, lawan main Dian Sastro di film itu. Tinggi, tegap, putih, kelihatan cool dan cara tertawanya…..O Ow… barulah gue sadar kenapa mereka dengan rela memasangkan gue dengan Ozan. Saat tertawa, nampaklah dua lubang gigi ompong di depannya. Bye bye Rizky Hanggono.
Pengalaman buruk gue terus berlanjut.
Hari itu hari Sabtu, gue baru pulang dari sekolah. Habis mentoring Agama Islam. Karena materi yang dikasih tentang ukhuwwah tadi masih fresh di otak, gue semangat banget pengen mengaplikasikannya secepat-cepatnya. Makanya ketika di dalam bis, gue langsung kenalan sama cewe di samping gue. Rencananya sih, mau melatih ta’aruf. Cewe itu pake T-shirt ngatung, jins ketat dan megang buku. Tipikal anak kuliahan.
“Assalamualaikum.. mau ke mana, Mba? Gue berusaha sopan.
“Mau kuliah” Ugh. Ketus juga.
“Boleh kenalan ngga. Nama Mba siapa?” Gue menjulurkan tangan.
“Intan” Jawabnya pendek.
“Gue Dian Sastro” Aku memperkenalkan diri walau dia ngga nanya.
Tiba-tiba dia menarik tangannya dari jabatan kami. Dahinya berkerenyit, mukanya memerah, sebelah biji matanya melotot... (iiihh gimana coba melotot cuma dengan sebelah mata?). Dan semerta-merta dia ngomelin gue:
“WAHAI DIKAU MANUSIA YANG DIMABUK PUJI DAN PUJA, JANGAN MEMBOHONGI DUNIA DENGAN DARAH BUSUK KESOMBONGANMU!.. DIAN SASTRO ADALAH DEWI DALAM BUKIT HATIKU, BULAN DI MALAMKU DAN BIDADARI DI MIMPIKU.. JANGAN HANCURKAN JIWAKUKU DENGAN KEHADIRANMU. DIKAU DAN DIAN SASTRO BAK PANTAI DENGAN UBUR-UBUR, SEPERTI PAKAIAN DENGAN JEPITAN JEMURAN DAN LAKSANA AWAN PUTIH DENGAN PETIR…..!!”
Hah? Gue megap-megap dengerin omelan fans Dian Sastro yang kayanya dedengkot sastra ini. Seumur-umur, gue ngga pernah membayangkan bakal dipermalukan di bis umum dan dibentak-bentak dengan bahasa planet asing seperti ini. Dan itu karena gue ngga melakukan apa-apa! Gue kan hanya ngenalin diri?
Bahkan ketika gue mo turun , kernek bis juga sempat berpantun:
“Buah kesturi, buah nangka, buah semangka, buah kedondong
Nyadar diri doooong……”
Gue manyun semanyun-manyunnya. Emang gue pasar buah?
Jangan kira gue ngga meminta pertanggungjawaban bokap nyokap sebagai orangtua yang tidak ada kreatifnya sama sekali memilih nama anaknya. Berkali-kali surat protes gue layangkan. Ortu gue bilang apa? Nyokap gue bilang “Mami ngga niru-niru kok. Tapi yah, kayanya nama itu kebagusan banget buat kamu. Mami kan ngga tahu gimana bentukmu pas udah besar. Kalo udah tahu begini kan lebih baik dikasih nama Didin Sosro aja kemarin..”
Tuuuuhhkann.. Engga membantu sama sekali..!
Bokap lain lagi. Beliau bilang supaya gue ngga usah kesal sama orang-orang yang ngeledekin. Belum tentu mereka ngerti tentang rumus algoritma. Apalagi Pilkada banyak ngga jujur, trus yang menang main catur di siskamling malam tadi siapa?
HA??? Apa hubungannya?!!
Hiks..hiks..Begitulah hidup gue.
***
Di siang bolong (apanya yang bolong ya?), telpon di ruang tengah berdering. Kukuruyukkkkk…. Eh itukan suara si Janggut, ayam Jago gue.
“Kring..kring…” Nah, ini nih baru bunyi standar telpon.
“Assalamu’alaikum”
“”Wa’alaikumsalam, eh, elo ngangkat telpon ke Singapur ya ? Lama banget!”
Suara khas yang ngga ada bagus-bagusnya sama sekali. Suara Boni.
“Yan, elo harus nonton Oprah winfrey show besok. Besok kan libur. Guru-guru rapat kan? Inget jam 10 teng. Lo harus nonton sampe habis”
“Ada apa emang?”
“Elo jangan banyak tanya. Pokoknya harus nonton, titik. Ngga pake koma en sambal tapi pake tanda seru seratus biji”
Tanpa menunggu tanggapan gue dan tanpa bernafas, Boni melanjutkan terornya..” Kalo elo ngga nonton, gue habisin bakwan di kantin!”
Waaah….ancaman serius nih kalo sudah menyinggung-nyinggung perut gue yang terdalam.
Sebelum kita menuju adegan berikutnya, biarkan gue jelasin siapa Boni. Boni adalaaah kisah cinta duaa duniaa… (Lohh..lo…? Isabella, maap ye..). Boni itu temen gue dari ucrit sampe mencret ha..ha... Maksud gue temen dari kecil sampai tua begini. Padahal gue en Boni beda banget karakternya. Gue yang lembut, manis ini (maap harus berkata jujur hehe..) kok bisa bersama-sama terus Boni yang kuat, galak dan judes. Preman perempatan aja keder sama dia. Ga tau ya, tapi mungkin kalian pernah merasakan “Klik” dengan seseorang tanpa tahu alasannya. Tapi di dalam kasus gue, persahabatan yang gue jaga ini tidak lain karena satu hal yang tak bisa diperselisihkan lagi: Boni banyak ngutang sama gue. Mulai dari duit, penghapus, pulpen, kerudung, sampe tali guling. Tak ada cara lain, dia harus gue untit sampe kemanapun. Iya duuung, dia kan investasi masa depan gue. Jadi begitulah kami. Selalu ke mana-mana berdua. Seperti mawar dengan tangkainya, bulan dengan langitnya, ikan mujair dengan airnya dan seperti hidung dengan upilnya hehe...
***
Karena gue baik hati, rajin belajar, rajin nabung, rajin nyiram kembang (??), maka di sinilah gue, rebahan di depan TV. Pantengin Oprah Show seperti suruhan Boni. Walo sejujurnya nih, untuk gue yang rada-rada lemot, acara Oprah Winfrey terlalu berat bagi gue. Dan ngga heran, ngga sampai lima menit, gue udah molor dengan suksesnya. Dalam molor itu sepoi-sepoi gue mendengar suara Boni. Boni Seram eui.. sampe ke mimpi gue didatengin juga. Demi itu, gue terbangun terus gosok gigi.. eh, maksudnya trus kucek-kucek mata. Terpampanglah di teve seseorang yang tidak pernah gue bayangin bakal muncul di sana. Hah? Ngapain Boni mejeng gigi di situ? Rupanya inilah acara yang dimaksud Boni. Sebuah sayembara cerita-cerita sahabat dan Boni pemenang minggu ini. SStt...Boni mo ngomong tuh. Gue punya perasaan kuat nama gue bakal disebut nih (GR banget..!Wee..biarin!).
“Gue punya sahabat dekat dari kecil sampai sekarang. Namanya Dian Sastro”
Tuuhhh bener kan? Gue mesem-mesem sendirian.
” Walo dia bukan Dian Sastro yang bintang film itu, bagi gue dia lebih berarti daripada Dian Sastro manapun. Orangnya manis, lembut dan baik hati. Walo gue lebih sering ribut sama dia, tapi gue akan merasa kehilangan banget kalo dia ngga ada. Dan asyiknya lagi, Dian itu ngga ragu-ragu untuk ngingetin gue sholat atau kalo gue salah. Top pisan lah pokoknya. Gue sayang dia”
Hiks..hiks.. Jadi terharu nih. Elo emang bestfren gue. Oh Boni...I love you!
“Yah, walau ada juga sih kekurangannya. Kaya ini nih, dia suka mencetin jerawat, suka ngiler kalo liat cowo cakep, suka cacingan, suka… “
Jeklek. TV langsung gue matiin. Boni Jelek!!!
***
Gimana ya sambutan temen-temen habis ngeliat Boni di TV dan menyebut-nyebut nama gue? Ngga sabar nih nunggu Senin. Sekarang gue bisa tertawa lebar Ho…ho…ho…pada mereka yang ngejek gue. Sekarang mereka tahu gue yang sebenarnya. Hmm..mungkin juga ada yang mulai ngefans sama gue. Gue kan patut dijadiin panutan? Atau mungkin ada produser yang tertarik sama pribadi gue, dan menawari gue main sinetron,nyanyi atau apalah.. Thanks to Boni deh. Gue ga bakalan lupain dia kalo gue terkenal nanti.
Mumpung hari minggu dan Boni dapat hadiah, gue todong Boni traktiran makan-makan di mall. Tumben, dia ngga nolak. Bisanya kan dia pelit? Benar persangkaan Anda, dia mau mentraktir hanya karena gue ancem ngelaporin dia ke polisi karena telah memberi keterangan palsu pada publik dan perbuatan tidak menyenangkan. Siapa suruh bohong di depan TV bahwa gue suka ngiler liat cowo cakep? Itu kan sejenis pembunuhan karakter. Gue ngga ngiler kok. Palingan dua-tiga tetes aja kalo Ridwan, ketua umum Rohis sekolah yang cakep banget itu lewat. Atau yah setetes lah kalo yang lewat Fauzi, sekretarisnya. Tapi pokokna ketu lah,..akhirnya dia mengalah juga.
Lagi asyik-asyiknya ngiter-ngiter cari tempat makan,”Yan, gue mau ke toilet dulu” Boni berkata dengan tampang kebelet.
“Elo Bon...pengendalian diri kok lemah banget. Iya deh, tapi jangan lama-lama ya!”
Beberapa saat nunggu Boni, segerombolan cewe ABG berlari-lari ke arah gue sambil berteriak-teriak..DIAN SASTRO…DIAN SASTRO…SERBU!!! Ya Allah.. gue ngga nyangka secepat ini gue terkenal. Terus terang,gue belum siap mental. Gerombolan itu makin mendekat dan gue ngeri banget meliat muka mupeng-mupeng mereka. Gue jadi ikutan lari. Hosh…hosh.. Tapi mereka kenceng banget larinya dan sekarang tinggal satu meter jarak tertinggal antara kami. Gue pasrah deh. Gue ambil keputusan untuk menghadapi mereka. Mudah-mudahan mereka cuma minta tandatangan dan foto bareng, ngga minta yang lain-lain. Tapi…lo? Kenapa gue dilewatin? Masa gue yang besar begini ngga keliatan? Apalagi kerudung, baju dan rok gue dari atas ke bawah warna orange jreng-jreng bo.?.
Kok mereka ngga… O…OW! Gue tau jawabnya. Di ujung sana lah sumber malapetaka ini. Berdiri seorang sosok yang begitu dekat dengan gue, yang baru saja membuat gue GR setengah jongkok. Yup, Anda benar, Dian Sastrowardoyo! Dia tampak cantik sekali di antara gerombolan cewe-cewe itu di sekelilingnya. Gue ngerasa terhempas ke lubang semut. Ga punya semangat lagi..Hik..hik..
“Yan, elo kemana aja, tega lo ya ninggalin gue…. Eh, kenapa lo?” Boni ngga jadi melanjutkan semprotannya demi melihat muka prihatin gue.
“Sekarang kita pulang aja nyok. Gue ngga laper lagi”
“Ada apa sih lo? Eh…Yan, ada artis siapa tuh banyak banget yang ngerubungi..” Boni nunjuk gerombolan tadi yang sekarang makin banyak orangnya.
“Dian Sastro” Gue jawab lemah.
“ Hah, Dian Sastro??Beneran?? Gue mau minta foto bareng ah… lo tungguin di sini dulu ye.. ato elo pulang sendiri sono gih..” Boni berlalu dengan tampang muka tidak bersalahnya.
AARGGGHHHHH!!!
***
Banjarmasin,2005
Read On

shooting star

0 komentar
No one seems to think too much of me here
And they’re glad to tell it to my face
And they’re right I’m not supposed to be here
I’m completely out of place
Somehow there has got to be a reason
Even as I try to think it through
There’s a bolt from the blue
And I see a shooting star
Set apart from all the rest
While the other stars are standing still
She’s on a quest
Every night this shooting star
Dart across the twilight sky
Cause she knows she doesn’t quite fit in
And she’s longing to know why
I feel so much better when it’s night time
That’s when I can sort of disappear
When the sun has set and it’s the right time
For pretending I’m not here…
Sometimes I just stare up to the heavens
Wondering if the answer is inside
That’s when I see the light
Of myself that shooting star
On her way who knows where
She’s the one like all the stars
She outshine up there
And the solitary star
Is an awful lot like me
On an endless search through time and space
For a place that won’t seem wrong*
(*sebuah nyanyian jiwa yang memimpikan jawaban.
di saat penyakit inferiority complex ku menyerang)
Read On

terimakasih

0 komentar
Terimakasih…
Telah mengajariku membedakan yang benar dan yang salah
Mendorongku untuk mempertahankan mimpi-mimpiku
Menunjukkan padaku untuk tidak terpengaruh oleh rintangan
Dan untuk mengubah kebingunganku menjadi senyuman
“Ada orang yang masuk ke dalam hidup kita dan berlalu dengan cepat.
Ada yang tinggal beberapa lama dan meninggalkan jejak dalam hati kita
Dan kita tahu,
Diri kita tidak akan pernah sama seperti sebelumnya”
Read On

Realita

0 komentar
Realita dakwah menggambarkan kenyataan yang kontra produktif terhadap sunnatullahnya. Seharusnya seorang yang aktif dan memiliki mobilitas dakwah yang dinamis, semakin menikmati kedekatannya dengan Allah SWT. Semakin lembut hatinya dan semakin kental ukhuwwahnya. Di lapangan, kondisi yang terjadi justru terbalik. Mobilitas dakwah yang kita punya mengurai jarak antara kita dengna ikhwah. Dinamika kita yang sedemikian pesat, menumpulkan hati dan perasaan dari getar kelembutan. Mata kita yang sering terjaga karena amanah, semakin kering dan tak mampu menangis lagi. Hal ini membuat kita harus mengevaluasi kembali, apakah dakwah yang sedang kita usung ini? Untuk siapakah semua ini kita korbankan? (Al izzah)
Read On

Prussian blue

0 komentar
Have u ever felt like you were inside a box
Made of sadness, tears and fake smiles?
Well, I have
I’ve all kind f feelings
When I woke up in the morning
I touched the wall but it hurts me so much
When I wanted to run through it
It bounced me back
When I saw the light in the darkness
I tried to reach it but it was simply faded away
When I heard the crowd in a world of beautiful, glittering colors
I was all alone in Prussian blue
Do you know how it feels?
Well, I do..
--kamar biruku, di tengah sepi—
Read On

untuk perempuan

0 komentar
Jangan mengejarnya…
Jangan mencarinya…
Dia yang kan menemukanmu
Dan mekar di hatinya..
Tidaklah mawar hampiri kumbang
Bukanlah cinta bila kau kejar
Tenanglah… tenang..
Dia kan datang
Dan memungutmu ke hatinya yang terdalam..
Dan bahkan dia takkan bertahan tanpamu..
Sibukkan harimu
Jangan fikirkannya
Takdir yang kan menuntunnya
Pulang kepadamu..
Di hari yang tepat..
(makasih banyak Sheila On7 untuk lagunya,
semoga menguatkanku dalam penantian yang indah ini…^_^)
Read On

Blue moon

0 komentar
Blue moon, you saw me standing alone
Without a love of my own
Blue moon, you knew just what I was there for
You heard me saying a prayer for
Someone I could care for
Read On

i'm still here..

0 komentar
I found the pieces in my hand..
They were always there
It just took some time to understand
You gave me words I just can’t say
So if nothing else
I’ll hold n while you drift away
Cause everything you wanted me to hide
Is everything that makes me feel alive
Cities grow, rivers flow
Where you are, I’ll never know
But I’m still here
If you were right and I was wrong
Why are you the one that’s gone
I’m still here..
Seeing the ashes in my hear
The smile, the widest
When I cry inside and my insides blow apart!
I tried to wear another face
Just to make you proud
Just to make you put in my place
But everything you wanted to take from me,
Is everything that I could never be
Maybe tonight
It’s gonna be alright
I will get better
Maybe today
It’s gonna be okay
I will remember
I held the pieces of my soul
I was shattered
And I wanted you to come and
Make me whole
When I saw you yesterday
But you didn’t noticed
And you just walked away
Cause everything you wanted me to hide
Is
Everything
That
Makes
Me
Feel
Alive!!
The lights go out,
The bridges burn
Once you’re gone, you can’t return
I’m still here
Remember how you used to stay
I’d be the one to runaway
But I’m still here…*
(*Lagunya Vertical Horizon..
Untuk kenangan yang harus kulupakan)
Read On