hold on...

0 komentar Saturday, October 31, 2009
kepaksa deh klinik yang baru dibuka,mesti ditinggal dulu bentar..
coz diri ini harus bertapa dulu sejenak...


tapi teteuupp, tungguin aku ya...

love you my invisible readers!
Read On

LOVE IS...

0 komentar Tuesday, October 27, 2009

1. "When my grandmother got arthritis, she couldn't bend over and paint her toenails anymore. So my grandfather does it for her all the time, even when his hands got arthritis too. That's love." - Rebecca - age 8

2. "When someone loves you, the way they say your name is different. You know that your name is safe in their mouth." - Billy - age 4

3. "Love is when a girl puts on perfume and a boy puts on shaving cologne and they go out and smell each other." - Karl - age 5

4. "Love is when you go out to eat and give somebody most of your French fries without making them give you any of theirs." - Chrissy - age 6

5. "Love is when someone hurts you. And you get so mad but you don't yell at them because you know it would hurt their feelings." - Samantha - age 6

6. "Love is what makes you smile when you're tired." - Terri- age 4

7. "Love is when my mommy makes coffee for my daddy and she takes a sip before giving it to him, to make sure the taste is OK." - Danny - age 7

8. "When you tell someone something bad about yourself and you're scared they won't love you anymore. But then you get surprised because not only do they still love you, they love you even more." - Matthew - age 7

9. "There are two kinds of love. Our love. God's love. But God makes both kinds of them." - Jenny - age 4

10. "Love is when you tell a guy you like his shirt, then he wears it everyday." - Noelle - age 7

11. "Love is like a little old woman and a little old man who are still friends even after they know each other so well." - Tommy - age 6

12. "During my piano recital, I was on a stage and scared. I looked at all the people watching me and saw my daddy waving and smiling. He was the only one doing that. I wasn't scared anymore." - Cindy - age 8

13. "My mommy loves me more than anybody. You don't see anyone else kissing me to sleep at night." - Clare - Age 5

14. "Love is when mommy gives daddy the best piece of chicken." - Elaine- age 5

15. "Love is when mommy sees daddy smelly and sweaty and still says he is handsomer than Richard Gere." - Chris - age 8

16. "I know my older sister loves me because she gives me all her old clothes and has to go out and buy new ones." - Lauren - age - 4

17. "I let my big sister pick on me because my Mom says she only picks on me because she loves me. So I pick on my baby sister because I love her." - Bethany - age 4

18. "You really shouldn't say 'I love you' unless you mean it. But if you mean it, you should say it a lot. People forget."- Jessica - age 8


[21 September, mengenang hari ketika do'a cinta ini melantun tak sendiri lagi. I love you Bi]


----P.S... baru tau, Cinta adalah kentang goreng??xixixi---

Read On

Aturan-aturan PRIA (understanding each other part two)

0 komentar
1. Belajarlah untuk bekerja dengan toilet. You're a big girl. Bila terbuka, tutuplah. kami memerlukannya terbuka, kamu memerlukannya tertutup. Kamu tidak akan mendengarku mengeluh kalau itu tertutup.

1. Kami kadang tidak memikirkanmu --> belajarlah hidup dengan itu

1. Hari minggu samadengan olahraga. Seperti Bulan purnama atau air lau pasang. Biarkan saja.

1.Jangan pernah memotong rambutmu. Rambut panjang selalu lebih menarik daripada rambut pendek. salah satu alasan pria takut menikah adalah karena wanita yg sudah menikah selalu memotong rambutnya dan pria harus terperangkap dalam itu.

1. Shopping bukanlah olahraga dan kami tidak akan pernah berfikir seperti itu.

1. Crying is blackmail [tangisan adalah pemerasan]

1. Minta apa yang kamu inginkan. Petunjuk samar tidak akan berhasil. Petunjuk kuat tidak akan berhasil. Petunjuk jelas tidak akan berhasil. Katakan saja!

1. Kami tidak mengingat tanggal-tanggal. Tidak menandai hari ulang tahun di kalender. ingatkan kami sering-sering sebelumnya

1. Kebanyakan laki-laki hanya punya 3 pasang sepatu. apa yg membuatmu berfikir kami akan pandai memilih, dibanding 30 pasang gaunmu?

1. YA dan TIDAK adalah jawaban sempurna yg bisa diterima utuk hampi semua pertanyaan.

1. Datang pada kami dengan masalahmu HANYA bila kamu ingin bantuan menyelesaikannya

1. Periksa oli mu. Tolong.

1. Apapun yang kami katakan 6 bulan yang lalu dilarang dimasukkan dalam argumen. faktanya, semua comment menjadi tidak ada dan tidak sah setelah 24 jam.

1. Bila kamu berfikir bahwa kamu gemu, kamu mungkin begitu. Jangan tanya kami. Kami menolak untuk menjawab.

1. Bila kami berkata sesuatu yang dapat diinterpretasikan dua makna, dan satu makna membuat kamu sedih atau marah, berarti yang kami maksudkan adalah makna satunya.

1. Kapanpun memungkinkan, tolong katakan apa yang harus kamu katakan selama iklan.

1. Christopher columbus tidak memerlukan penunjuk arah. Kami juga.

1. Kamu memiliki cukup pakaian

1. Kamu memiliki terlalu banyak sepatu

1. I'm in shape. Round is a shape

1. Ketika kami harus pergi ke suatu tempat, apapun yang kamu pakai adalah pantas. Sungguh.

1. Jangan tanyakan apa yang kami fikirkan jika kamu tidak siap untuk berdiskusi tentang topik seperti formasi shotgun dan monster truck.

1. Jangan gosok lampu bila kamu tidak ingin jin keluar

1. Kamu bisa meminta kami melakukan sesuatu ATAU katakan bagaimana sesuatu harus dilakukan --jangan keduanya.

1. Wanita yang memakai baju pendek dan terbuka kehilangan hak untuk protes tentang pandangan-pandangan nakal ke arahnya

1. Tiap pria hanya melihat 16 warna. seperti windoes default settings. Peach is a fruit. Not a color.

1. Pumpkin is also a fruit

1. Kami bukanlah pembaca fikiran dan kami tidak akan pernah. Kekurangan kami dalam membaca fikiran bukanlah bukti sedikitnya kami peduli tentangmu

1. Terimakasih untuk membaca ini. Dan ya, aku tahu aku harus tidur di sofa malam ini :)


--translated and edited from ejokes.net--



Read On

Aturan-aturan WANITA (understanding each other part one)

0 komentar
1. Wanita selalu membuat peraturan

2. Peraturan dapat berganti sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan lebih dulu

3. Tidak ada pria yang mungkin mengetahui semua peraturan-peraturan itu.

4. Bila wanita mencurigai bahwa pria mengetahui peraturan itu, dia pasti segera mengubah peraturannya.

5. Wanita tidak pernah salah

6. Bila wanita salah, itu karena kesalahfahaman yang merupakan akibat langsung dari perkataan atau perbuatan salah dari pria.

7. Bila peraturan 6 diterapkan, pria harus meminta maaf segera karena menyebabkan kesalahfahaman.

8. wanita dapat mengubah fikirannya setiap saat.

9. Pria tidak boleh mengubah fikiran tanpa persetujuan tertulis dari wanita.

10. Wanita punya hak untuk marah dan kesal kapanpun.

11. Pria harus tetap tenang tiap saat bila wanita tidak menginginkannya marah atau kesal

12. Setiap usaha laki-laki untuk mendokumentasikan peraturan ini dapat berakibat pada bahaya kekerasan fisik yang berat.

13. Bila wanita mendapat PMS, semua peraturan dianggap tidak ada dan tidak sah.



(translated and edited from ejokes.net)




Read On

Di sinilah ketenangan itu..

0 komentar
Totto Chan heran. Belum pernah dia mendengar ada orang berkata anak laki-laki harus menghargai anak perempuan. Setahunya anak laki-lakilah yang terpenting.

Dalam keluarga yang dia tahu anaknya banyak, anak laki-laki selalu dilayani lebih dahulu waktu makan dan saat minum teh sore. Kalau anak perempuan memprotes, ibu mereka akan berkata: “Anak perempuan hanya untuk dipandang, bukan untuk didengar!”

Keheranan Toto Chan dalam buku yang ditulis Tetsuko Kuroyanagi itu menggambarkan suasana riil Jepang pada 1940-an. Coretan sejarah di mana perempuan dimarginalkan dengan sangat parah.

Kiranya, trauma diskriminasi itu masih tertoreh di lembaran kekinian negara kita. Orang-orang berbicara mengenai menyatukan perempuan dalam pembangunan yang disebut dengan pendekatan perempuan di dalam pembangunan (women in development), yang bertujuan memenuhi kebutuhan perempuan dan menggunakan kemampuan dan keahlian tradisional perempuan untuk mencapai tujuan pembangunan.

Namun ditemukan bahwa kebijakan dan programnya sebatas tertuju kepada subordinasi dan area penindasan perempuan, tidak mempertanyakan pemikiran dan program pembangunan. Perencana mengasumsikan, bahwa program pembangunan secara otomatis akan menguntungkan semua anggota masyarakat. Tetapi asumsi itu tampak tidak valid hampir di setiap tempat.

Perempuan dianggap sebagai kaum terbelakang, kaum tertindas dan objek dari suatu pelaksanaan pembangunan. Perempuan lebih sering dijadikan sebagai pelengkap. Dengan demikian ketika terdapat subjek yang memang pas, cocok, maka tidak heran yang berstatus sebagai pelengkap tidak diperhitungkan eksistensinya.

“Sesungguhnya perempuan adalah belahan tak terpisahkan dari lelaki.” (HR Ahmad dan Al baihaqi)

Allah mengangkat dan menjadikan kaum perempuan setingkat kaum pria, karena itu keduanya memiliki identifikasi dalam kelahirannya. Adanya spesialisasi kodrat antara kaum perempuan dengan laki-laki, bukanlah sebentuk diskriminasi syariat Islam terhadap perempuan. Adanya perbedaan itulah, keduanya akan saling melengkapi dalam tanggung jawab mewujudkan tujuan luhurnya agar mereka rida terhadap apa yang telah ditetapkan Allah SWT. Sebagaimana firman Nya


“Janganlah kalian iri hati dengan apa yang dikaruniakan Allah kepada sebagian kalian lebih banyak dari sebagian yang lain, (karena) bagi laki-laki ada bagian yang mereka usahakan dan bagi perempuan pun ada bagian dari apa yang mereka usahakan.” (QS An Nisa:3).


Itulah kesetaraan terindah, kebersamaan paling tenang. Kebersamaan dalam kesalihan.

Siapakah yang menafikan itu? Apakah mereka yang menyanjung perempuan, mengangkatnya sampai langit, pujian tanpa makna sekadar untuk memanfaatkan kecenderungan perempuan yang perlu ungkapan mesra? Sungguh berkilau dan menyilaukan istilah yang mereka sebut feminisme itu. Tetapi bahkan Kartini, yang didaulat --entah oleh siapa-- sebagai ‘ratu emansipasi’ sadar dalam kecerdasannya bahwa ada yang perlu diluruskan seperti suratnya kepada Ny abendanon, 27 oktober 1902.

Surat itu menyatakan:
Sudah lewat masanya. Tadinya kami mengira bahwa masyarakat Eropa itu benar-benar satu-satunya yang paling baik, yang tiada taranya. Maafkan kami, tetapi apakah ibu sendiri menganggap masyarakat Eropa itu sempurna? Dapatkah ibu menyangkal bahwa di balik hal yang baik dan indah dalam masyarakat ibu terdapat banyak hal yang sama sekali tidak patut disebut peradaban?


Di manakah muslimah diperkenankan berkiprah? Perempuan bukan makhluk pingitan. Risalah Islam turun untuk meluruskan dua kutub ekstrem menyikapi perempuan. Menisbahkan perempuan sebagai sosok yang bisa dinikmati oleh pandangan syahwat lelaki di mana pun dan kapan pun, adalah kezaliman terhadap mereka. Sebagaimana memagari mereka di sudut ruangan yang sempit, tidak mengizinkannya keluar dan berpartisipasi dalam kehidupan publik sedikit pun. Itu juga kezaliman di sisi lain.

Deretan shahabiyah seperti Syifa binti Abdullah yang berperan sebagai dokter, Ummul Ala sebagai perawat, Ummu Mubasyisyir al Anshariyyah yang seorang petani sukses dengan kebun kurmanya yang luas, Khadijah binti Khuwailid, seorang niagawati internasional cukuplah bukti untuk kita dari belasan abad lalu bahwa perempuan mempunyai potensi yang tak layak diredam.

Ustad HM Anis Matta cukup utuh mendeskripsikan arti perempuan berikut:

Dalam pola kehidupan nomaden, perempuan adalah bunga di tengah hutan belantara. Tapi dalam pola kehidupan kota, perempuan adalah bunga di tengah taman. Peradaban kita menjadi indah ketika kita berempu pada perempuan. Sebab perempuan, seperti kata HAMKA adalah per-empu-an peradaban atau tempat bersandar. Perempuan seperti kata Alquran, adalah tempat kita menemukan ketenangan.


*Published in Banjarmasin Post, 4 september 2009



Read On

dokterku sayang : dokterku karang

0 komentar
Delayed…

Tapi tak seperti wajah-wajah kesal di sekelilingku, aku menghembuskan nafas lega. Aku jadi punya alasan untuk menunda sebentar penderitaan yang akan kuterima. Mereka yang marah akibat tertundanya keberangkatan pesawat ini, pasti punya alasan-alasan kuat untuk itu. Misalnya karena harus tertundanya perjumpaan dengan anak yang lama tak ditemuinya atau seorang cucu yang membawakan obat untuk neneknya yang sedang sekarat atau seseorang yang sedang dikejar-kejar debt collectors yang bercokol di bandara atau banyak alasan lainnya.


Tidak bagiku, karena aku harus akan menghadapi Pak Win lagi, tentu dalam momen yang tidak menyenangkan. Apalagi ketika kumengingat kumis sangarnya, kumis lebat hitam tak berjeda itu, dengan kerapian sempurna yang menggambarkan perfeksionisme pemiliknya, yang berjingat-jingat ekspresif saat mulutnya mengeluarkan semburan-semburan garangnya, tak bisa kupungkiri aku bersyukur dengan penundaan pesawat ini. Dan aku sangat berharap dalam waktu delay ini, pak Win mendapat kejutan yang mengharuskan dia pergi dari Jakarta misalnya tiba-tiba istrinya ngidam mau buang air kecil di gurun Sahara, atau tiba-tiba kumisnya tumbuh gondrong sehingga ia harus mengguntingnya satu persatu atau..apalah.. Hmm…bukan salahku target penjualan tak terpenuhi bulan ini. Bawahanku banyak yang direkrut dari divisi lain jadi mereka harus beradaptasi dengan keras lebih dulu. Tapi aku tahu, semua alasan dan tetek bengek itu itu tak akan dia ambil peduli. Bos divisiku di kantor pusat itu hanya menginginkan Seratus persen!..Seratus persen!
Sebenarnya aku lelah juga harus kerja di bawah target begini. Seperti dikejar hantu. Dan hantu itu menjelma tiap bulan menjadi lembaran-lembaran kumis Pak Win.


Sembari mengkhayalkan kejadian-kejadian aneh yang kuharapkan menimpa pak Win, kulirik seorang laki-laki berusia empat puluhan di sebelahku di deretan bangku ruang tunggu Bandara Djuanda ini. Tampangnya yang gagah kontradiktif dengan kesan letih yang dipancarkannya. Kacamata elegan tak berbingkainya mengesankan orang ini cukup cerdas.

“Mau ke mana Mas” Kusapa iseng.

“ Ke desa…. (aku lupa namanya) Tapi lewat Banjarmasin dulu” Dia menjawab agak pelan.
Aku berfikir dalam hati. Ke desa? Seorang petani atau pedagang terlalu rapi dengan dandanannya seperti ini. Baju kemeja Polo biru tua dengan celana kain berbahan bagus.

“Hmm..punya sawah di sana?” Aku memberanikan bertanya.

“Tidak..saya dokter” Dia menjawab sambil tersenyum kecil. Mungkin fikirnya aku konyol sekali mengira semua yang ada di desa hanya hamparan sawah. Dan itu memang konyol. Aku merutuk menyesal.

“Oh” selaku terperanjat

Aku lebih terperanjat lagi saat mengetahui untuk mencapai desa –apalah namanya- itu, si dokter harus naik bus lagi selama 10 jam dan kemudian memakai perahu bermotor selama 3 jam.. Jadi sekitar empat belas jam perjalanan dari Bandara melewati jalan berhutan belantara. Kemudian harus tinggal di desa tak berlistrik, jauh dari keluarga, jauh dari infotainment.

“Gajinya tak banyak, biasa saja” Seolah membaca fikiranku, dia bergumam. Ya, siapapun pasti akan menanyakan dibayar berapa dia sudi mencemplung ke dunia antah berantah itu?

“Benar dok, Dokter memang diperlukan banyak di desa-desa… jangan cuma mau cari duit di ibukota” Tapi aku tetap mencerocos sok tahu.
Dokter itu tersenyum kalem. Dan aku melanjutkan cerocosanku.

“Saya salut dokter mau pergi ke pelosok mengabdi. Saya malah ingat dengan seorang dokter oknum yang tidak mau menolong ibu saya. Waktu itu, asma ibu saya kambuh, dokter kejam itu tidak mau mau datang ke rumah saya. Kok ada ya yang bahkan dipanggil ke rumah saja tidak mau?” Raungku berapi-api.

“Saya juga tidak” sahut si dokter.

Penyataannya barusan jelas membuatku terperangah. Seolah-olah setelah asyik menggosipkan seseorang, ternyata seseorang itu melambai-lambaikan tangannya tepat di depan mata kita!

“Saya ceritakan sesuatu” Dokter itu tampaknya telah memaafkan kebodohanku. Dia bercerita dengan mata yang mengelam. Ceritanya ini tampak tidak pernah ia lupakan.


“Satu malam lewat dini hari, pintu rumah dinas saya digedor-gedor seseorang, yang ternyata utusan dari sebuah keluarga untuk menjemput saya. Dia bilang, ada kakak iparnya yang tiba-tiba meracau dan tak sadarkan diri. Walau dengan berat hati, karena saya sudah lelah seharian lebih bekerja, mau tak mau, atas tuntutan nama profesi dokter, saya berangkat juga.

Kami kemudian ke rumahnya yang di atas gunung dan berjarak sekitar satu jam perjalanan. Setelah saya periksa pasiennya, tampak tak ada kelainan selain terjadi gangguan kesadaran dan bau alkohol dari mulutnya. Lalu saya terangkan kepada keluarganya, bahwa dia tidak menderia penyakit apa-apa, hanya mabuk karena alkohol. Tampaknya mereka tidak bisa terima keterangan dari saya dan ,mereka memaksa saya memberi obat. Tetapi saya tidak mau dan berbalik ingin pulang. Belum sampai di pintu keluar, saya merasakan ada sensasi dingin, cepat dan perih yang teramat sangat di pinggang saya. Seseorang dari mereka ternyata telah menikamkan pisau ke belakang saya. Untunglah ada tetangga lain yang mendengarkan teriakan saya dan membawa kerumah sakit. Nyawa saya dapat terselamatkan, tapi tidak dengan ginjal kanan saya. Sekarang saya hidup hanya dengan satu ginjal”


“Jadi” sambungnya sambil menoleh ke arahku.
"Apakah kami , dokter, yang juga manusia, tidak boleh memikirkan keselamatan diri? Siapa yang bersedia melindungi kami saat berjalan ke sudut-sudut rumah yang penghuninya tak satupun kami kenal? Itulah risiko profesi dokter, kalian bilang. Padahal selama ini kami diajari bahwa risiko kami adalah menyelamatkan sebanyak-banyaknya nyawa. Saya tidak pernah tahu bahwa risiko pekerjaan kami ternyata termasuk dipaksa mengorbankan nyawa saya untuk satu nyawa orang lain".


Dia membetulkan kacamatanya dengan tegas sebelum berdiri dari bangku tunggu. “itu pesawat saya.. Saya harus pergi” Dia mengemasi barangnya.


Aku hanya bisa tertegun saat memandang langkahnya yang berat semakin menjauh. Memandang punggungnya yang lelah. Memandang empat belas jam perjalanannya yang akan sangat tidak mewah. Memandang pertempurannya ke depan dalam kehidupan tanpa film Transformer dua atau ke berapapun. Dan Segera kumis pak Win tidak menakutkan lagi.

***



* terinspirasi dari kisah nyata
* terimakasih untuk Abi-ku, dokter-ku, yang membuatkan mie goreng dan telur ceplok super enak saat aku menulis cerpen ini.



teruntuk dokter-dokter yang berhak dikagumi itu..




Read On

MONOLOG* DUA LAUT

0 komentar
Monolog nomor satu.


Salam…hoahhhmmm…alhamdulillah….indahnya pagi ini….tasbih kudengar dibisikkan dedaunan…mengalir ke derak langkah semut yang berjalan dalam diam kemudian diteruskan oleh jendela-jendela yang sudah mulai terbuka dan dipantulkan karang-karang kukuh..Mereka semua menyucikan nama Tuhannya. Mereka semua..Kecuali yang tidur tentu saja.


Perkenalkan, namaku Galilea. Tapi mugkin banyak dari kalian tidak perduli akan nama ini...Siapa sih yang mau memusingkan kepala dengan mengingat nama laut? Ya, aku seorang laut. Atau sebuah laut? Dari dulu aku tidak pernah bisa memutuskannya… Tapi nama sangat penting menurutku sebagai simbolisasi agar komunikasi kita semakin cantik.


Galilea sudah sangat menggambarkan diriku dan sinar kebahagiaan di sekitarku. Seperti bahagiaku memiliki seorang sahabat baik bernama Sungai Yordan… biar kuberitahu betapa tampannya dia: Airnya tenang, jernih dan begitu indah berkilauan. Dia suka tertawa kalau tertimpa sinar matahari. Hampir setiap sore dia mengunjungiku ditemani pengawalnya yang setia, Angin selatan. Kami sering menghabiskan senja yang indah sambil saling bercerita dan menyantap manisan arbei.


Walau sungai Yordan adalah teman terbaikku..tapi aku punya sahabat-sahabat lain. Seperti pohon-pohon arbei yang ranum buahnya, yang menyediakan berapa saja buah yang kami inginkan berjejer di dekat Yordan. Atau burung Ibis berkepala botak yang dulu dipuja firaun…Burung-burung botak lucu itu berkecipak tak ragu dan membangun sarang-sarangya di pohon-pohon kurma nan megah. Setiap malam dia membawa teman burung yang berbeda. Kadang yang tampak perkasa, si Golden Aagle ikut mengintip-intip tapi terlalu angkuh untuk ikut bermain. Pemandangai yang ramai. Orang-orang juga banyak membangun rumah di sekitarku…ada pemuda Ali..seorang pembuat perahu yang selalu tampak sehat dan ceria. Ada Bibi fatimah yang suka memandikan buah hatinya,Rajbi di tepian sungai Yordan. Nah itu mereka berlari-lari ke pantai putihku! Sudah dulu ya, aku mau bermain bersama mereka.


***

Monolog nomor dua


Huh! Siapa pagi-pagi ini yang membangunkanku?! Okey…okey… selamat pagi…atau selamat malam..

Siapa peduli? Kalau kau mau tahu siapa aku, (sayangnya) aku adalah laut.
Kau mau tahu namaku? Ah, itu sangat tidak penting. Kau juga mau tahu kehidupanku? Apa yang bisa kuceritakan dari kehidupanku yang bisa membosankan ini. Kehidupan membosankan sedunia dengan pekerjaan membosankan sedunia. Tiap hari hanya diam menunggu dan menunggu sesuatu yang bahkan tidak kuketahui apa itu. Kalau mau jujur, inilah yg kurasa: SEPI dengan huruf besar. Kurasa Aku adalah laut yang paling sendiri di seluruh bumi ini. Tak ada yang berkicauan di sekitarku, tak ada daun-daun hijau yang melambai, tak ada yang berkeriapan, tak ada tawaria anak-anak. Para pelancong sering memilih jalur pelayaran lain, kecuali kalau urusannya mendesak. Udara di atasku terasa berat dan hampa. Kelam dan hitam.


Sungai Yordan memang sering berkunjung ke kediaman dinginku.. tapi dia selalu datang dengan wajah tololnya itu..wajah yang paling kubenci : Wajah bahagia. Wajah yang selalu berhasil memberi eksistensi pada kesedihanku. Dia sering mengundangku untuk bertamu ke rumah-rumah di samping sungainya, ke ladang teman-temannya yang sedang kekeringan...Katanya mereka sangat memerlukan airku untuk panen kali ini. Tapi apa peduliku? Bukankah kita sudah masing-masing diberi jatah oleh Tuhan..Kalau energi yang diberi padaku lebih banyak, bukan salahku kan? Mereka hanya terlalu malas besusah-payah menimba sumur.


Lalu kuusir Sungai Yordan pelan-pelan…takut dia akan menghabiskan seluruh biskuitku. Yordan pun pergi dengan hanya mengedikkan bahu. Fiuhh..Sekarang saatnya menarik selimut lagi dan tidur dalam mimpi-mimpi indahku..Semoga tak ada yang mengetuk pintuku lagi.

***

Aku tertegun mendengar monolog dua laut Palestina itu. Sangat mengesankan tapi membingungkan. Terlalu absurd. Apa sebenarnya yang membuat perbedaan besar di antara ke dua laut yang berdekatan ini? Apakah sungai Yordan? Bukan, bukan sungai Yordan. Sungai Yordan mengalirkan air yang sama baiknya ke dalam ke dua laut ini. Tanah? bukan pula kurasa, bukan negara di mana kedua laut ini berada.


Inilah bedanya.. Laut Galilea menerima tetapi tidak menahan air dari Sungai Yordan. Untuk setiap tetes yang mengalir ke dalamnya, ada setetes yang mengalir ke luar darinya. Galile menerima..tapi juga memberi.. sedang Laut yang satunya lebih cerdik, menimbun pemasukannya dengan serakah. Laut ini takkan tergoda oleh dorongan untuk bermurah hati. Setiap tetes yang diterimanya, hanya ditahannya. Laut Galilea memberi dan hidup. Laut yang satunya tidak memberi apa-apa. Karena itulah kita sebut ia Laut Mati.


Ah,sebenarnya sangat jelas, jelas sekali…
Ada dua tipe manusia di dunia. Ada dua laut di palestina**.


***


*Monolog: suatu ilmu terapan yang mengajarkan tentang seni peran di mana hanya dibutuhkan satu orang atau dialog bisu untuk melakukan adegan

**Terinspirasi oleh salah satu tulisan di buku the 7 habits of highly effective teens, karya Sean Covey


published in Banjarmasin Post, Juli 2009


Read On

hmmm..wahai cerminku...

0 komentar
Pada kami, syaithan membisikkan

kalimat-kalimat pemisah

gemuruh bagai lebah

keakraban dibakar rasa, sergapan kecewa


tapi di saat seperti inilah

kami paksa hati untuk melawan

katakan tidak pada sang syaithan


setiap mukmin adalah cermin satu bagi yang lain

maka tiap aib adalah kaca diri

“maafkan saudaraku,

adalah rombeng imanku yang membuatmu diserbu gelombang pilu”


tapi di saat seperti inilah

kami paksa hati untuk melawan

jangan sampai satu sama lain

membantu syaithan membawakan jerumus


karena bahkan dalam segala ketakindahan hidupmu

kau masih hadirkan persaudaraan terindah untukku

karena dalam tiap prasangka di antara kita

masih tersimpan cinta


mari kita berjanji

hari ini, untuk kesekian kali

telah kita perbarui sebuah ikatan suci

dan izinkan aku

melihat kembali senyum itu

ruku’ yang lurus sempurna

kopiah putih bersahaja

dan mujahid mujahidah gigih yang melangkah gagah

merengkuh tanganku, menjemput syahid dalam padu

***
Read On

aku takut..

0 komentar

Siang ini....

membaca tulisan seorang kawan

dan aku ingat ibnul jauzy

***

“Andai seseorang berma’shiat”, kata beliau

“disebab syahwat aku masih punya harapan tinggi

bahwa Allah akan mengampuni tapi dia yang sombong dan keras kepala

berdosa dan merasa diri baik-baik saja

aku takut..”

***

“sebab adam dan hawa

berma’shiat karena syahwatnya

dan Allah mengampuni mereka

sebab iblis berdosa dan durhaka

karena sombongnya

dan ia dilaknat sepanjang masa.”

***

aku lalu menangis..

membaca ayatNya terasa begitu miris

“maukah kukabarkan padamu tentang ia yang paling merugi ‘amalnya?”

andai boleh ya Allah, aku tak ingin tahu

karena aku takut, aku termasuk di situ

tapi Engkau telah berfirman,

“yaitu orang yang telah sesat upayanya dalam kehidupan dunia,

lalu dia menyangka bahwa dia telah berbuat sebaik-baiknya.”

***

semoga tiap langkahku ya Allah

tidak sedang menyuruk ke sana

karena aku tahu

dalam tiap dosaku

tersimpan bahaya

saat aku memakluminya, menganggapnya biasa

***

^credit to salim a. fillah ^
Read On

victory plea

0 komentar
my plea..
ya Allah, berikan taqwa kepada jiwa-jiwa kami dan sucikan dia.
Engkaulah sebaik-baik yang mensucikannya
Engkau pencipta dan pelindungnya


ya Allah, perbaiki hubungan antar kami
Rukunkan antar hati kami
Tunjuki kami jalan keselamatan
Selamatkan kami dari kegelapan kepada terang
Jadikan kumpulan kami jama'ah orang muda yang menghormati orangtua
Dan jama'ah orang tua yang menyayangi orang muda
Jangan Engkau tanamkan di hati kami kesombongan dan kekasaran terhadap sesama hamba beriman
Bersihkan hati kami dari benih-benih perpecahan, pengkhianatan dan kedengkian


ya Allah, wahai yang memudahkan segala yang sukar
Wahai yang menyambung segala yang patah
Wahai yang menemani semua yang tersendiri
Wahai pengaman segala yang takut
Wahai penguat segala yang lemah
Mudah bagiMu memudahkan segala yang susah
Wahai yang tiada memerlukan penjelasan dan penafsiran
Hajat kami kepadaMu amatlah banyak
Engkau Maha Tahu dan melihatnya


ya Allah, kami takut kepada-Mu
selamatkan kami dari semua yang tak takut kepada-Mu
Jaga kami dengan Mata-Mu yang tiada tidur
Lindungi kami dengan perlindungan-Mu yang tak tertembus
Kasihi kami dengan kuasa-Mu atas kami
Jangan binasakan kami, karena Engkaulah harapan kami
Musuh-musuh kami dan semua yang ingin mencelakai kami tak akan sampai kepada kami, langsung atau dengan perantara
Tiada kemampuan pada mereka untuk menyampaikan bencana kepada kami


ya Allah, jangan kiranya Engkau cegahkan kami dari kebaikan yang ada pada-Mu karena kejahatan pada diri kami

ya Allah,ampunan-Mu lebih luas dari dosa-dosa kamidan rahmah kasih sayangMu lebih kami harapkan daripaa amal usaha kami sendiri



ya Allah, jadikan kami kebanggaan hamba dan nabi-Mu Muhammad SAW di padang mahsyar nanti
saat para rakyat kecewa dengan para pemimpin penipu yang memimpin dengan kejahilan dan hawa nafsu
saat para pemimpin cucui tangan dan berlari dari tanggung jawab
berikan kami pemimpin berhati lembut bagai Nabi yang menangis dalam sujud malamnya tak henti menyebut kami, ummati...ummati..
ummatku..ummatku..
Pemimpin bagai para khalifah yang rela mengorbankan semua kekayaan demi perjuangan
yang rela berlapar-lapar agar rakyatnya sejahtera
yang lebih takut bahaya maksiat daripada lenyanya pangkat dan kekayaan


"Ya Tuhan kami, tuangkanlah kesabaran atas diri kami dan kokohkanlah pendirian kami, dan tolonglah kami terhadap orang-orang kafir"(QS. Al-Baqarah 250)

"Ya Tuhan kami, berlah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, dan peliharalah kami dari siksa neraka"
(QS.Al-Baqarah:201)

Amiin Yaa Rabbal'Alamiin..
Read On

sayap yang tak akan pernah patah

0 komentar
oleh: ust. Anis matta,lc

Mari kita bicara tentang orang-orang yang patah hati. Atau kasihnya tak sampai,
atau cintanya tertolak. Seperti sayap-sayap Gibran yang patah. Atau kisah kasih
Zainuddin dan Hayati yang kandas ketika kapal Vanderwicjk tenggelam. Atau cinta
Qais dan Laila yang membuat mereka ‘majnun’, lalu mati. Atau, jangan-jangan ini
juga cerita tentang cintamu sendiri, yang kandas ditempa takdir, atau layu tak
berbalas.

Itu cerita cinta yang digali dari mata air air mata. Dunia tidak merah jambu
disana. Hanya ada Qais yang telah majnun dan meratap di tengah gurun kenestapaan
sembari memanggil burung-burung

"O burung, adakah yang mau meminjamkan sayap
Aku ingin terbang menjemput sang kekasih hati."

Mari kita ikut berbelasungkawa untuk mereka. Mereka orang-orang baik yang perlu
dikasihani. Atau, jika mereka adalah kamu sendiri, maka terimalah ucapan
belasungkawaku, dan belajarlah mengasihani dirimu sendiri.
Di alam jiwa, sayap cinta itu sesungguhnya tak pernah patah. Kasih selalu sampai
disana, Apabila ada cinta dihati yang satu, pastilah ada cinta di hati yang
lain,” kata Rumi, “Sebab tangan yang satu tak kan bisa bertepuk tanpa tangan
yang lain”. Mungkin Rumi bercerita tentang apa yang seharusnya. Sementara kita
menyaksikan fakta lain.

Kalau cinta berawal dan berakhir karena Allah, maka cinta yang lain hanya upaya
menunjukkan cinta pada-Nya, pengejawantahan ibadah hati yang paling hakiki:
Selamanya memberi yang bisa kita berikan, selamanya membahagiakan orang-orang
yang kita cintai. Dalam makna memberi itu posisi kita sangat kuat: kita tak
perlu kecewa atau terhina dengan penolakan, atau lemah atau melankolik saat
kasih kandas karena takdir-Nya. Sebab disini kita justru sedang melakukan sebuah
“pekerjaan jiwa” yang besar dan agung: mencintai.

Ketika kasih tak sampai, atau uluran tangan cinta tertolak, yang sesungguhnya
terjadi hanyalah “kesempatan memberi” yang lewat. Hanya itu. Setiap saat
kesempatan semacam itu dapat terulang. Selama kita memiliki cinta, memiliki
“sesuatu” yang dapat kita berikan, Maka persoalan penolakan atau
ketidaksampaian, jadi tidak relevan. Ini hanya murni masalah waktu. Para pecinta
sejati selamanya hanya bertanya: “Apakah yang akan kuberikan?” Tentang kepada
“siapa” sesuatu itu diberikan, itu menjadi sekunder.

Jadi tidak hanya patah atau hancur karena lemah. Kita lemah karena posisi jiwa
kita salah. Seperti ini: kita mencintai seseorang, lalu kita menggantungkan
harapan kebahagiaan hidup dengan hidup bersamanya! Maka ketika dia menolak untuk
hidup bersama, itu lantas menjadi sumber kesengsaraan. Kita menderita bukan
karena kita mencintai. Tapi karena kita menggantungkan sumber kebahagiaan kita
pada kenyataan bahwa orang lain mencintai kita.
unbroken wings..
Read On

dunia demokrasi

0 komentar
jika politik adalah sesuatu yang abu-abu
yang menjadi senjata para penguasa
yang menjadi sindikat pengejar harta dunia
maka aku bukanlah itu

Namun jika politik adalah pembelaan & perjuangan
yang membangunkan keberanian retorika
dan lantang meneriakkan keadilan
maka aku adalah politikus itu


Jika demokrasi adalah belenggu penjajahan
diramaikan oleh tangan-tangan gila jabatan
disetir untuk mengubur kepribadian anak bangsa
maka itu bukan tempatnya

Namun jika demokrasi adalah sebuah peluru pembebas
yang pengusungnya adalah teladan sejati
dan ideologinya menembus keangkuhan parlemen
maka itu adalah kendaraannya..

(forwarded by a friend)
i love this journey
Read On

SyurAA...anugerah yang dipertanyakan

0 komentar


“..Karena jiwa tidak akan pernah menang dalam semua kecamuk perang, kecuali setelah ia menang dalam pertempuran rasa, pertarungan akhlaq, dan pergulatan manhaj..”
-Sayyid Quthb, Fii Zhilaalil Quran 2/383-


“Apa makna sebuah kekalahan?”, begitu seorang kawan berbisik ketika menyeksamai penilaian hasil kerja da’wah kami. Saya helakan nafas panjang membersamainya. Lalu kata-kata saya berlayar ke kedalaman matanya. “Sebuah keyakinan akan kemenangan telah menggerakkan kita untuk berpeluh-peluh, bersicepat, dan mengikis harta, raga, serta jiwa. Lalu hasilnya membuat kita jerih, perih. Zhahirnya adalah kerugian, bukan?”


Tetapi tahukah engkau kawan, apa makna kerugian?
Saya cobakan senyum tercantik saya untuknya. Lalu kalimat berikut ini berhembus mesra di antara kami. “Kerugian tak jadi soal, jika ianya menumbuhkan segolongan yang terlatih, kelompok yang menyadari dan menghargai tanggungjawab. Tiadanya kesalahan, ketergelinciran, dan kerugian dalam kehidupan ini tidaklah bermakna keuntungan, jika hasilnya adalah jama’ah yang tetap kerdil, bagai bayi yang tak bertumbuh, tak berkembang, dan selalu menghajatkan penjagaan.”


Apakah saya sedang menghibur diri dengan mendusta jiwa? Semoga tidak. Kata-kata Sayyid Quthb yang saya kutip sebagai awalan adalah kerangka untuk memaknai kekalahan perang sebagai kemenangan jiwa. Sayyid menyebut tiga medan; pertempuran rasa, pertarungan akhlaq, dan pergulatan manhaj. Di kesempatan yang pendek ini, izinkan saya hanya bicara tentang yang ketiga; pergulatan manhaj. Dan kita ambil syuraa sebagai contoh tentang manhaj yang bergulat itu.


Kapankah syuraa –musyawarah- difirmankan dengan kalimat perintah oleh Allah, ‘Azza wa Jalla? Takjub saya di saat mendapatkan jawabnya. Tapi sebelum berbagi jawab ini, mari kita ingat lagi secercah kisah tentang Perang Uhud.


Dalam sidang menjelang perang, para sahabat bersikukuh untuk keluar menyambut musuh. Tapi Sang Nabi bermimpi ada lembu disembelih, mata pedang beliau tergigir, dan beliau memasukkan tangannya ke dalam baju besi kokoh. Beberapa ekor lembu yang dikayau itu beliau artikan akan ada sahabat-sahabat beliau yang terbunuh. Mata pedang yang rompal berarti anggota keluarga beliau akan mendapatkan mushibah. Dan baju besi yang kokoh itu adalah kota Madinah.


Kita sudah tahu kelanjutan kisah. Atas pendapat sahabat-sahabatnya, Sang Nabi mengalah. Mereka berangkat menghadang musuh di Uhud. ’Abdullah ibn Ubay, si munafik, yang dalam musyawarah habis-habisan mendukung mimpi Sang Nabi berkata, ”Sungguh celaka kalian yang menentang Rasulullah!” Lalu bersama sepertiga pasukan ia menyempal pergi, meninggalkan Sang Nabi. Dan hari Uhud terjadilah. Kemenangan dan kekalahan dipergilirkan. Tujuh puluh lelaki mulia menjadi syuhada’. Sang Nabi luka-luka, bahkan dikabarkan hilang nyawa.


Hm.. Izinkan saya bicara kali lain tentang keguncangan perasaan dan akhlaq dalam kekalahan ini. Kali ini, kita hanya akan bicara tentang pergulatan manhaj. Dan manhaj yang paling terguncang oleh kekalahan ini adalah prinsip syuraa.


Dulu, di Surat Asy Syuraa ayat ketigapuluh delapan, Allah memuji syuraa sebagai bagian dari urusan orang-orang yang mematuhi seruan Rabbnya, yang mendirikan shalat dan menafkahkan rizqi di jalanNya. Kini, bagaimana nasib syuraa setelah kekalahan Uhud? Bukankah dalam syuraa menjelang perang, mereka telah memenangkan pendapat mayoritas atas mimpi meyakinkan Sang Nabi? Lalu mereka kalah. Syubhat-syubhat berkerumuk. Syuraa-kah penyebab kekalahan itu? Bukankah ada serpih kebenaran dalam ocehan panas ’Abdullah ibn Ubay? Katanya, ”Aah.. Sudah kukatakan pada kalian jangan menentang mimpi Sang Nabi, jangan keluar dari Madinah, dan jangan mengikutinya menyongsong musuh!”


Syuraa.. Masihkah ia akan dilakukan jika hasilnya sebagaimana mereka rasakan; kekalahan yang memedihkan? Atau biarkanlah Sang Nabi yang kata-katanya suci mengatur segalanya dan mereka siap sedia bekerja tanpa kata? Subhanallah, inilah kalimat yang difirmankan oleh Allah Subhanahu wa Ta’alaa kepada RasulNya:

“..Maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan tetap bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu..” (Ali ‘Imran 159)

Ternyata, di saat syuraa diragukan dan dipertanyakan, justru Allah menjadikannya perintah. Di saat syuraa mereka maknai sebagai sebab kekalahan, Allah mengatakan, “Bukan! Dan tetaplah bermusyawarah!” Sebuah manhaj dalam agama ini telah Allah tegakkan dengan ayat ini. Bahwa Sang Nabi pendapatnya benar, tetapi syuraa adalah jalan yang lebih dekat pada ridhaNya. Bahwa memang ada kekalahan, tetapi pergulatan manhaj harus dimenangkan; syuraa! Dan bukankah kekalahan datang justru dari ketidaktaatan para pemanah di atas bukit atas hasil syuraa? Tegasnya, syuraa tak bersalah. Dia harus dimenangkan dalam pergulatan manhaj. Dan dilanjutkan.


Akhirnya, ada seorang lelaki Quraisy menyimpulkan tafsir ayat ini. “Keputusan yang salah dari sebuah musyawarah”, tulisnya, “Jauh lebih baik daripada pendapat pribadi, betapapun benarnya.” Wah, sejauh itukah? Ya. Lelaki ini sedang memberi kita sebuah kaidah tentang syuraa; manhaj agama Sang Nabi yang harus kita menangkan dalam pergulatan melawan syubhat dalam jiwa dan hati. Saya kira dia tidak asal memfatwa. Sebab dialah sang ‘alim, Imam Asy Syafi’i.
Read On

menyerahkah??

0 komentar
satu waktu, sudah lama sekali
seseorang berkata dengan wajah sendu
“alangkah beratnya.. alangkah banyak rintangan..
alangkah berbilang sandungan.. alangkah rumitnya.”
***

aku bertanya, “lalu?”
dia menatapku dalam-dalam, lalu menunduk
“apakah sebaiknya kuhentikan saja ikhtiar ini?”
“hanya karena itu kau menyerah kawan?”
aku bertanya meski tak begitu yakin apakah aku sanggup
menghadapi selaksa badai ujian dalam ikhtiar seperti dialaminya
“yah.. bagaimana lagi? tidakkah semua hadangan ini pertanda bahwa
Allah tak meridhainya?”
***

aku membersamainya menghela nafas panjang
lalu bertanya, “andai Muhammad, shallaLlahu ‘alaihi wa sallam berfikir
sebagaimana engkau menalar, akan adakah islam di muka bumi?”
“maksudmu?”, ia terbelalak
***

“ya. andai muhammad berfikir bahwa banyak kesulitan
berarti tak diridhai Allah, bukankah ia akan berhenti di awal-awal risalah?”
***

ada banyak titik sepertimu saat ini, saat muhammad
bisa mempertimbangkan untuk menghentikan ikhtiar
mungkin saat dalam ruku’nya ia dijerat di bagian leher
mungkin saat ia sujud lalu kepalanya disiram isi perut unta
mungkin saat ia bangkit dari duduk lalu dahinya disambar batu
mungkin saat ia dikatai gila, penyair, dukun, dan tukang sihir
mungkin saat ia dan keluarga diboikot total di syi’b Abi Thalib
mungkin saat ia saksikan sahabat-sahabatnya disiksa di depan mata
atau saat paman terkasih dan isteri tersayang berpulang
atau justru saat dunia ditawarkan padanya; tahta, harta, wanita..”
***

“jika muhammad berfikir sebagaimana engkau menalar
tidakkah ia punya banyak saat untuk memilih berhenti?
tapi muhammad tahu kawan
ridha Allah tak terletak pada sulit atau mudahnya
berat atau ringannya, bahagia atau deritanya
senyum atau lukanya, tawa atau tangisnya”
***

“ridha Allah terletak pada
apakah kita mentaatiNya
dalam menghadapi semua itu
apakah kita berjalan dengan menjaga perintah dan larangNya
dalam semua keadaan dan ikhtiar yang kita lakukan..”


*thanks to Salim*

the path may be diffiucult, but the final is certain..
Read On

IC

0 komentar
IC  FOREVA*


Idong  : PPDGJ nya sudah dilahap?
Tinong : belum
Idong :
udah sampe mana?
Tinong : belum satu halaman  pun
Idong :
kenapa?
Tinong  : cape
Idong  : Kenapa, IC mu kambuh lagi?
Tinong : Iya kurasa
Idong  :
Jelek, miskin, tidak menarik, apa lagi kali ini

Tinong  :
Bukankah itu sudah cukup?

Idong  :
Tidak.tidak.tidak.Semuanya tidak benar. Berhentilah membunuh diri

Tinong  :
Mereka yang ingin membunuhku

Idong :?
Tinong  :
Dengan kebencian..dengan ketidak pedulian..satu persatu menghantui

Idong : tidak
Tinong : aku memang tidak berharga
Idong  :
kau salah

Tinong  :
apakah ini afektive disorder?

Idong : Mungkin
Tinong : Bukan..bukan itu.. kupikir I
have NEUROSA!
Idong : oh please…
Tinong : Tapi bukan..bukan itu....PSIKOSA..! PSIKOSA!
Ya, PSIKOSA!

Idong : BUKAN
Tinong  : Should i take
that Haloperidol?

Idhong : BODOH!
Tinong  : hikszz….hikzzzz…hikzz
Idhong  :
Sudahlah, dunia tidak berubah dengan tangismu itu

Tinong : aku sendirian
Idong  :
lalu aku apa?



DM JIWA, KEMARII!!! (suara rutin dari
luar)

 
Idong  : Absorb it! Learn it. Untuk jiwamu
Tinong : hope so. Pray for me
Idhong  : for sure, I know there’s something
special Allah prepared 4 u
Tinong : Thanks, sis…



 ------Kotak kecil N6680
* dialog menyebalkan tapi diperlukan

Read On

DI TEPI SUNGAI RHEIN

0 komentar
Sebuah perahu
mengalir

Mengikuti air
Menguatkan dirinya
terus menopang manusia yang juga renta di dalamnya

Kau di sampingku
ketika ku harumi bunga mawar di tepi sungai Rhein



Kau mengernyit
“Mengapa dunia penuh darah? Mengapa selalu saja ada riak berontak?”


Sahabat, ketika diam
bearti kematian

Tak sempat lagi kita bertanya apakah peluru
menyakitkan

Ketika Iman harus
diserahkan dengan tebusan perdamaian,

Bukankah itu suatu
kehinaan?


Tak ada yang suka
duka

Tak ada yang suka air
mata

Namun jika bagi dunia
tertawa berarti menyerahkan bangsanya

Itu kegilaan yang
nyata!


Kau benar,
Nampak Indah sungai
Rhein yang tenang

Tapi kurindui deburan
ombak putih yang memecah karang




*Untuk Dunia yang sunyi dalam jeritan dan desingan 

 

**Published In Annida, lupa tanggal dan tahunnya:)

Read On

asking mind...

0 komentar


aku masih bertanya-tanya..
Bagaimana kesederhanaanmu bisa mengingatkanku pada kemegahan-NYA?

aku masih bertanya-tanya..
Mengapa diammu tetap berbicara lebih banyak dari semua kalimat dunia?

aku masih bertanya-tanya..
kekuatan apa yang membuatmu, dengan caramu sendiri, berhasil menyadarkanku bahwa aku bukan siapa-siapa
ah, ngga ngerti.
Read On

bilang..atau...ga??

0 komentar
hmmmm kalo q punya perasaan thdmu, mana yang kamu pilih, q nyatakan /tidak? tapi dari anamnesaq, sptnya itu tak perlu q lakukan. ehm..q tau itu.
tapi kalo boleh bagiq u/ ttp blg, q ingin bilang, q mengagumimu. q mengagumi pola fikirmu tentang hidup, ttg citamu. dan sekarang kekagumanku bertambah, mengagumi pola fikirmu sebagai calon dokter/dokter? q mengagumi kecerdasanmu, niatmu untuk belajar,skillmu..
q merasa ga mampu menjalani profesi ini sendirian. q perlu tempat bertanya, q plu orang yang mengingatkanq ttg sglnya dan kalo boleh aku bilang sekali lagi... q perlu kamu di jalan ini...
tapi mmg, q ga boleh bilang ya...:)





------huaaa...masa-masa kelam ini menyebalkan T_T----
Read On

Aku takut...

0 komentar
Ya Allah,
Apakah Engkau mendengar suara angin bertiup? Apakah Engkau melihat hujan yang turun? Mengapa badai hujan harus bising sekali seperti ini? Apakah Engkau melihat air mataku? Kurasa aku takut. Tolong aku untuk mengingat bunga-bunga yang cantik dan pohon-pohon yang akan tumbuh dari badai hujan ini. Tolong aku untuk ingat kepada pelangi yang akan muncul setelah hujan reda. Tolong aku untuk tidak takut.
Aamiin..
Birdlutu

………with all of my huge tears and fears, I know You’re there…
Read On

Dilema Hati

0 komentar
2461100092_1 Bangun pagi dini hari
Buru-buru sampai lupa mandi
Ingat janji mau ketemu murabbi
Dengan semangat tinggi
Juga bawa data diri


Dandanan rapi aromanya serba wangi
Sisirannya gaya sepuluh jari
Menata hati biar tidak nampak grogi
Terima tantangan dengan PD tinggi


Bxp38868 Terkejutnya tiada tara
Saat murabbi memberi data
Sekuntum bunganya serba mempesona
Hafalan Alqurannya sungguh luar biasa


Visi jihadnya menguntai indah sastra
Misi dakwahnya setara dengan S-3
Sedangkan diri Cuma pemateri LDK atau sekolah pagi
Paling Banternya hanya jadi MC
Jus ammanya pun bolong sana sini


Susahnya mengukur potensi di dalam hati
Jujur mana tahan hidup sendiri
Mudahkanlah segala pintu rizki
Dengan maisyah dan aisyah
Percayalah hidup jadi serba indah..



………………Gondes yang kocak, teteeeeepp^_^
Read On

A...

0 komentar

Taman sepi yang jingga itu..
Kuberjalan menyusur arah aliran pelan
Mencari entah pesona di mana
Bahkan saat kau bertanya
Aku masih tak berhasil mendefinisikannya

Mungkin karena biru yang kau goreskan di dinding jiwa
Atau lembutnya cahaya yang kau jaga agar tetap nyala
Atau pelangi keindahan di setiap rautnya

Ketundukan pada Tuhan yang kukagumi diam-diam
Kedamaian yang tak memerlukan nama,
Merambat menggenapkan senyum bermakna tiap harinya
Senyum kita sama!



------------------atas nama mimpi besarku,aku minta maaf---------
Read On

a peaceful question

0 komentar

Seindah kejaiban yang kau hadirkan tiba-tiba..
Semurni warna mutiara yang kau lukiskan begitu mempesona
Secerah pualam kesholehan yang kau ejakan pelan-pelan

Selaksa jiwaku telah kau bawa serta


Aku ingin bertanya,
Selama apapun itu,
Bolehkah…ku menunggumu?

...........................Kamar biru,kangen pangeranku wannabe....


Read On

Khilafah adalah...

0 komentar
Eh ada lagi yang menarik dari bukunya Salim A.fillah, semoga jadi wawasan yang mencerahkan…

Berdebat tanpa amal sungguh saya benci. Tetapi saya berharap slogan itu diganti. “Khilafah is the only solution”, tidaklah menggambarkan cita perjuangan peradaban Islam. Bagi ummat ini, khilafah adalah system terbaik, cara-bukan solusi, apalagi tujuan- untuk merumuskan dan menjalankan solusi-solusi besar bagi permasalahan ummat, bahkan dunia. Maka khilafah bukanlah sesuatu yang instant menyelesaikan persoalan. Tak ada serta merta di sini. Kerja-kerja itu harus dimulai sejak sekarang. Tak hanya menyiapkan perangkat system tapi juga sumberdaya pengelolanya. Seorang muslim yang mu’min lagi muttaqin. Seorang professional yang muhsin, seorang shalih yang mushlih.

Nah,jika saya ringkas,agaknya sikap kita terhadap khilafah ada dalam empat poin berikut:
  1. khilafah itu adalah satu keniscayaan Nubuwwat, realistis dan bukan utopia.
  2. khilafah itu memerlukan sebab, maka kewajiban kita adalah berpartisipasi dalam mengikhtiyarkan sebabnya, bukan menunggu berpangku tangan.
  3. khilafah itu bukan “solusi jadi” atas permasalahan ummat, tetapi alat yang dipakai untuk merumuskan dan menjalankan solusi, maka dia membutuhkan banyak sekali perangkat.
  4. sumberdaya yang akan mengelola perangkat-perangkat dalam khilafah haruslah:
    1. kapabel dan kredibel. Maka dibutuhkan tarbiyah yang membuat mereka tumbuh, berkembang, berdaya, terjaga dan terkokohkan.
    2. Kompeten. Maka dibutuhkan banyak kader da’wah yang terdidik ahli, spesialis berwawasan luas untuk mengisi kualifikasi di berbagai bidang pelayanan ummat.
    3. Professional dan well-trained. Maka dibutuhkan banyak eksperimen, latihan dan pembelajaran yang diperoleh melalui pengelolaan public dalam organisasi da’wah, lembaga pelayanan, dan terlebih lagi institusi pemerintahan derah maupun pusat.
    4. Terorganisasi. Maka dibutuhkan satu ‘amal jama’i yang menopang segala akitivitas persiapan menuju khilafah.

Begitulah. Hingga nantinya, kata Hasan Al Banna, kita menyelesaikan tahap tugas Ustadziyatul ‘Alaam. Khilafah itu bukan berdiri angkuh atau berteriak nyaring di atas tahta dan mahkota, tetapi bekerja keras dan tersenyum ramah menjadi teladan semesta. Hingga nantinya, kata Anis Matta, ada satu titik di mana manusia tak bisa lagimembedakan pesona kebenaran islam dengan pesona keagungan seorang muslim. Itulah kemenangan dan Allah tempat memohon pertolongan...





-----belum puas? Baca aja bukunya ya…^_^----

Read On

islamic marriage

0 komentar



Salah satu fragmen menarik dari buku “Saksikan Bahwa Aku Seorang Muslim”  by my most favorite writer, Salim A.fillah:


…Amat heran saya mendengar kata-kata yang dipakai sebagai alasan untuk untuk menunda pernikahan. “Akhi..”, dengan penuh lembut seorang ikhwan pernah berkata, “saya kira antum berbicara tentang pernikahan bukan dengan orang yang tepat. Saya ingin menikah,insyaAllah nanti, setelah mengoptimalkan produktivitas da’wah saya. Ada banyak hal yang belum saya lakukan. Kontribusi da’wah saya masih terlalu kecil. Saya masih jauh dari kualifikasi pemuda yang digambarkan sebagai jundi da’wah. Apa kita ngga malu, bahwa yang kita bicarakan pernikahan, pernikahan dan pernikahan? Lihatlah pemuda-pemuda seperti Usamah ibn Zaid yang menjadi panglima besar di usia 18 tahun. Lihatlah Mush’ab ibn ‘Umair yang di usia duapuluhan menjadi duta untuk membuka da’wah di madinah. Lihatlah ‘Ali ibn Abi Thalib..”

            Allahu Akbar! Secara pribadi, saya terkagum pada ghirah da’wah beliau yang setegar gunung dan sekukuh karang. Semoga Allah menguatkannya selalu. Hanya saja, saya menganggap bahwa cara berfikir beliau ini berbahaya. Mungkin saya subjektif. Tetapi tersirat dalam kalimat beliau,seolah ada pertentangan antara produktivitas da’wah dengan pernikahan. Sepertinya, kalau sudah menikah maka kita tidak bisa meneladani Usamah, Mush’ab dan Ali. Sepertinya sesudah menikah, tidak termungkinkan untuk menjadi aktivis dengan kemuliaan sebagaimana ketika kita belum menikah. Seolah-olah, puncak prestasi da’wah selalu kita raih sebelum menikah.
            Dalam pengamatan saya, cara berfikir ini bermula dari persepsi bahwa “menikah dengan seorang akhwat yang shalihah adalah buah dari da’wah”. Pernikahan dipersepsikan sebagai salah satu terminal perhentian, tempat memetik manfaat. Pernikahan tidak dianggap sebagai bagian dari da’wah. Pernikahan tidak dianggap sebagai episode tempat dua orang saling menguatkan untuk lebih berkontribusi dan berprestasi dalam da’wah. Seakan pernikahan adalah episode baru yang kasarnya,menjadi tujuan dari da’wahnya selama ini.
            Syukurlah, argument yang beliau bangun sekaligus menolak cara berfikir beliau. Kok bisa?Iya. Beliau, -‘afwan,saya jadi sok tahu- kurang lengkap mengutip sirah sahabat. Sefaham kita, sebelum menjadi panglima di usia 18 tahun, Usamah ibn Zaid telah menikah dengan Fathimah binti Qais di usia 16 tahun. Sebelum menjadi duta ke madinah, Mush’ab ibn ‘Umair Al Khair telah menikah dengan Hamnah binti Jahsyi. Dan sebelum mengambil peran-peran besar di sisi Rasulullah, ‘Ali ibn Abi Thalib Radhiyallahu ‘Anhu telah menjadi menantu beliau. Mereka telah berjibaku memimpin keluarga sebelum sukses memimpin da’wah.
            Nah,mari kita bersedih ketika pernikahan memutus keterlibatan saudara-saudara kita dari da’wah. Mari kita bersedih ketika pernikahan menumpulkan. Mari menitikkan air mata jika dengan menikah orang terhalang menjadi Usama, Mush’ab dan ‘ali. Mari kita menangis di hadapan Allah jika pernikahan telah melenakan manusia dari tugas agung untuk berda’wah dan berjihad di jalanNya…






------------renungan untuk diri dan diri-diri yang mau merenungi-------

Read On

goin' down!

0 komentar Monday, October 26, 2009

maka biarkan hari-hari ini teriringi
dengan kedamaian...
dengan ketegasan...
dengan kelembutan...
sedikit kelucuan boleh juga...:)
......selama ini aku lalai, menutup mata rapat-rapat untuk sahabat terbaik..
dan ketika semuanya menghilang, barulah jelas..
dialah yang selalu ada...
ikhwah fillah,
semoga selalu kubersamai engkau dalam perniagaan surga dengan Allah..
Read On

Maaf, tuan

0 komentar
Cakrawala baru saja mengabur Back_1
Membaur dalam kaca-kaca bening mata
Haruskah kau meninggalkanku sepagi ini?
Maaf, Tuan
Aku harus menangis



Sebiru bulan yang menggamit celah jendela
Dedaunan pun menggigil berisik
Haruskah kau lupakan  aku buru-buru?
Maaf, Tuan
Walau dengan enggan,
Kulihat kau anggukkan kepala



Katamu: Kemana hari-hari merah kau angkut, gadis?
Untuk damai yang kuhidangkan di bawah lentera
Untuk sepi yang kuiriskan di tiap sisinya
Haruskah begini kita berjumpa?
Maaf, Tuan,
Aku tak peduli kelam mana menawarkan cahaya



Malam itu,
dia membisu. Terluka.
Lagi
Pada sujudku yang  tersimpuh kaku,
Aku meminta maaf.
Lagi.

                                              Banjarmasin, kamar biru, 2007
Read On

Adegan Berbahaya

0 komentar
Adegan Berbahaya I

“apa yang kau temukan pada pemeriksaan fisiknya dek?”

“Suhunya.…Tekanan darah….bla..bla..bla… kepala…mesosefali, rambut hitam, tebal, distribusi merata, alopesia tidak ada, dokter….”

“dek..dek… kalo mau bohong tuh liat-liat dikit, ngga nyadar kamu pasien ini pasien NHL relaps pro sitostatika?? Mana ada rambutnya??”

Tuinggggg!!!
Wakakakakakqkqkq


Adegan berbahaya II

Visite @ perinatologi:

“Ini Bayi M dokter, usia 5 hari, hari perawatan ke 5..Usi gestasi…Usia koreksi…berat badan lahir…berat badan sekarang... GIRnya..”

“dek..dek.. kalau follow up itu jangan copy paste doang.. GIR??? Coba,tiang infusnya aja mana?”

Lho..lho… tiang infus…di mana engkau??

Tuingggg lagi!!


Monkey ---duet konyol K’ dafi et K’ Echa ngerti banget cerita ini, hehehehe--
Read On

ma fezztttt buuuukkk....

0 komentar
Akwt20modis

AKHWAT MODIS
Agar Engkau Lebih Cantik

(Martina Rahmi) “Awan kelabu itu mungkin cuma sepetak
dari birunya langit nan maha luas,
namun semoga ia menumpahkan hujan
yang menumbuhkan seribu hikmah
yang bisa kita petik masing-masing...”

Jika kita bercermin pada berpuluh-puluh kaca, maka kita akan melihat wajah kita yang senantiasa sama. Cobalah sejenak meletakkan kaca itu pada sudut yang berbeda, pada posisi yang tak sama, maka kita akan berada di dunia yang berbeda. Mungkin itu yang bisa menggambarkan buku ini, mengantarkan kita pada sisi yang berbeda dari kuatnya ghirah dakwah, teguhnya azam diri, dan gelisahnya hijab hati.
“Cermin wanita shalehah yang terefleksi dari kemilau mutiara hatinya.” Teddy Snada, Artis Presenter, Munsyid, Penyair.
“Catatan Harian Muslimah telah banyak ditulis orang, tapi yang ini ada greget yang menyejukkan. Terutama mengingatkan kita tentang makna kerendahan hati. Selamat, ya dinda.”
Pipiet Senja, Novelis Senior Indonesia .
“Cerdas dan energik, sekaligus menampar! Dengan memikat, kita diajak mengakui sesuatu yang paling rahasia di kotak hati....”
Nostalgiawan, Editor, Penulis Buku
  9.5 x 17.5cm
  134 + x hal.
Read On

i pray...

0 komentar
llah…Blueheart1024
Aku berdo’a untuk seseorang yang akan menjadi bagian dari hidupku
Seseorang yang sungguh mencintaiMu lebih dari segala sesuatu
Seseorang yang akan meletakkanku pada posisi ke dua di hatinya setelah Engkau
Seorang pria yang hidup bukan untuk dirinya sendiri tetapi untukMu

Wajah tampan dan daya tarik fisik tidaklah penting
Yang penting adalah sebuah hati yang sungguh mencintai dan dekat dengan Engkau
Dan ia haruslah mengetahui bagi siapa dan untuk apa ia hidup

sehingga hidupnya tidaklah sia-sia
Seseorang yang memiliki hati yang bijak, tidak hanya otak yang cerdas
Seseorang yang tidak hanya mencintaiku tapi juga menghormatiku
Seseorang yang tidak hanya memujaku tetapi juga
dapat menasihatiku ketika aku berbuat salah

Seseorang yang mencintaiku bukan karena kecantikanku tapi karena hatiku
Seseorang yang dapat menjadi sahabat terbaikku
dalam setiap waktu dan situasi

Seseorang yang dapat membuatku merasa sebagai
seorang wanita ketika aku di sisinya

Ya Allah…
Aku tidak meminta seseorang yang sempurna namun
aku meminta seseorang yang tidak sempurna,
sehingga aku dapat membuatnya sempurna di mataMu
Seseorang yang membutuhkan dukunganku sebagai peneguhnya
Seseorang yang membutuhkan doaku untuk kehidupannya
Seseorang yang membutuhkan senyumku untuk mengatasi kesedihannya
Seseorang yang membutuhkan diriku untuk membuat
hidupnya menjadi sempurna

Ya Allah…
Aku juga meminta,
Buatlah aku menjadi wanita yang dapat membuatnya
Bangga

Berikan aku hati yang sungguh mencintaiMu sehingga
aku dapat mencintainya dengan sekedar cintaku

Berikanlah sifat yang lembut sehingga kecantikanku datang dariMu
Berikanlah aku tangan sehingga aku selalu mampu berdoa untuknya
Berikanlah aku penglihatan sehingga aku dapat
melihat banyak hal baik dan bukan hal buruk dalam dirinya
Berikanlah aku lisan yang penuh dengan kata-kata bijaksana,
mampu memberikan semangat serta mendukungnya
setiap saat dan tersenyum untuk dirinya setiap pagi

Dan bilamana akhirnya kami akan bertemu, aku
berharap kami berdua dapat mengatakan:
“Betapa Maha Besarnya Engkau karena telah
memberikan kepadaku pasangan yang dapat membuat
hidupku menjadi sempurna.”

Aku mengetahui bahwa Engkau ingin kami bertemu pada waktu yang tepat
Dan Engkau akan membuat segala sesuatunya indah
pada waktu yang telah Engkau tentukan

Amin….
(nemu di a wedding invitation, duuuh Ya Allah, terus ingatkan Rahmi bahwa hidup, apalagi matiku hanya untukMu)
Read On

cinta??

0 komentar
Haley_joel_osment_a_1 hiksss.... hikss
"Apakah cinta selalu menyediakan air mata, mama?"
(Muhammad Faiz kepada Ibunya..)
Read On


Kadang pendidikan harus ditempuh dengan keras, keras sekali.
Dan Tuhan tahu, tapi Dia menunggu
-Leo Tolstoy-
         
1st, The Beneficent, The Sustainer :
Allah, segala puji bagi-Mu  wahai Pemilik Waktu, Engkau selalu memberikan  saat-saat terbaik untuk hamba-Mu dengan  cara-Mu sendiri. Terimakasih untuk memilihkan jalan ini untukku dan tidak pernah meninggalkanku sendirian menapakinya. Terimakasih selalu sabar menungguku untuk mengerti bahasa kasih sayang-Mu.
Shalawat dan salam semoga dilimpahkan kepada Sang Tegar  dari Mekkah, Rasulullah Muhammad Shallalallahu Alaihi wa Salam yang selalu memberiku inspirasi untuk memandang dunia dengan sudut sinar dan ketabahan yang berbeda. 
Salam ta’dzhim kepada kedua orangtuaku, Drs. H. Sarmidi, M.Kes dan Hj. Siti Rukiah, M.Pd.. gelar dokter ini sama sekali tidak cukup untuk membalas pengorbanan, kasih, cinta yang selalu kalian berikan. Namun semoga hari ini kalian bisa tersenyum, senyum yang selama ini membantu ananda teguh dalam air mata. Terimakasih Pah, Terimakasih Mah...  
            Rizki ”Patrick” Febrianoor, terimakasih untuk bertahan menjadi adikku yang baik dan kocak. I am a deep annoying ”squidward” sister, i bet? Hehehe.. Cepetan lulus dari Unpadnya, jangan bisnis melulu…
            Untuk my loveliest love ... dr.H.Muhammad Amin, lelaki yang kuhormati dan kagumi. Akhirnya Humaira-mu jadi dokter!  Terimakasih sayang, untuk kesabaran tidak bertepi, untuk cinta bermuara surga, untuk pengertian besar atas ketidaksempurnaanku, untuk setengah agamaku.. Semoga Allah menjaga kita bersama saling menguatkan dalam jalan panjang keimanan ini..  Forever and ever, bi.. lebih dari selamanya.
Terimakasih kepada Abah H. Mahliani dan Mama Hj.Siti Aisyah di Kotabaru untuk  Do’a, pengertian dan cintanya.. Terimakasih telah mengizinkan ananda mendampingi putra kalian..
Seluruh keluarga besar di Banjarmasin dan Kotabaru, terimakasih atas perhatian, do’a dan dukungannya selama ini...
Terimakasih untuk para guruku yang mengajarkan what truly doctor means:
dr. Ardik Lahdimawan, Sp.Bs )I(, Dr. Iwan Aflanie M.Kes, Sp.F )I(, Drs. Eko Suhartono, M.Si, dr Oentoeng Juwono, M.Sc,  dr. Andreas Siagian,Sp.OT, dr. Bambang Abimanyu, Sp.OG
Bagian Biokimia FK UNLAM, terimakasih atas kenangan indah bekerja bersama..
Kepada Murobbiyah-murobbiyah )I( yang kurindukan.. terimakasih mengajarkan kata indah ”tarbiyah” itu.. maafkan Rahmi yang sering bandel ini ya... kesabaran kalian selalu mengagumkan.
Buat saudara-saudaraku di lingkaran cahaya)I( (you know who you are), akhirnya aku tahu, hanya persaudaraan di jalan Allah yang bertahan dalam badai. Terimakasih untuk segalanya. Kita akan selalu saling mencintai dalam do’a rabithah itu, bukan?
Buat sahabat terbaikku Nur Alisah, S.ked, your unconditional support is awesome! I love you, sis.. 
Nor Hartini, S.Ked (Tin, terimakasih selalu ridho kurepotkan), dr. Risda Fitriyani (well, what more can i say? thanks for always being there), dr. Sri Purwatiningsih ( akhirnya kita bareng! Kamu memang soulmateku dalam per”koas”an dan diakhiri sangat indah dengan ujian penyakit Dalam, terimakasih Sri, i’m gonna miss you lotsss), dr. Yulisa Haslinda, (Icha.. terimakasih do’anya. you’re friend that i love, but i like,too..), dr. Agustinata Rahayu (terimakasih atas ngakak barengnya selama 7 tahun lebih ini) 
Untuk teman-teman tangis-tawa kelompok XV-F, dr.Agung, dr.Syaukani,  dr.Amelia, dr.Ivanna, dr. Taufik  Terimakasih atas bantuan dan pengertiannya selama ini. Esp. Yang tersayang Dr. Yuyun, terimakasih atas kesabaran dan kebaikanmu yang luar biasa.
My best partner Chairunnisa, S.ked dan dr. Didiek Pangestu Hadi.. Terimakasih...bersama kalian, segalanya menjadi lebih indah..lebih ringan..My best senior dr. Adi Suciatma dan dr. Rizky Taufan Firdaus, terimakasih untuk bahagia dan ilmu yang tak jemu kalian bagi.
Nina Mulyani, S.Ked, terimakasih telah susah-susah meminjamkan jas almameter di hari terpenting itu.. Riana Novitasari, S.Ked, terimakasih untuk pinjeman slide-slidenya…maafkan bila kakak pernah mengecewakanmu..i’d never meant to.. You’ll always be my best sister. Kakak do’akan semoga cepat kelar juga koassnya.
Penghargaan sebesar-besarnya untuk semua pasienku… terimakasih untuk semua ilmu yang tidak tertera di buku manapun.. Maafkan cemberutku… mungkin kadang aku terlalu lelah untuk sekedar tersenyum…
Dan untuk semua tangan-tangan tak terlihat yang menopangku dalam sunyi, keikhlasan kalian mungkin terlalu mulia untuk kuketahui, sehingga hanya Allah yang berhak melihatnya.. hanya bisa kuhaturkan do’a..
Jazakumullah khairan katsiran bi ahsanil jaza..Semoga Allah membalasnya dengan lebih banyak dan sebaik-baik pembalasan.
Amin..

-dr.Martina Rahmi-
Read On