Melihat animo masyarakat dan banyaknya permintaan untuk mempublishnya, maka akhirnya direlakanlah cerpen ini ditampilkan di blog. Tapi mohon maaf, bila ada yang muntah-muntah setelah membaca karena saking hancur cerpennya, itu di luar tanggung jawab penulis lhoo ya……:D
Nama Gue Dian Sastro
Hai…eh, Assalamu’alaikum. Nama gue Dian Sastro. Tapi maap mengecewakan hadirin sekalian, gue bukan Dian Sastrowardoyo yang di tipi–tipi itu. Nama lengkap gue Dian Sastro Purnomo. Nama belakang gue Purnomo karena gue dilahirin pas bulan purnama, bukan bulan wardaya hehe…
Untuk lebih menjelaskan perbedaan gue dan Dian Sastro supaya tidak ada kekisruhan berlarut-larut yang bisa menghancurkan integritas dan moral bangsa, izinkan gue mendeskripsikan perawakan gue. Tubuh gue subur gemah ripah loh jinawi alias tambun agak-agak masak (apaan sih?), mata gue lebar tapi ngga belo, pipi gue super big size, terus hidung gue hampir gede lubangnya daripada batangnya. Kulit gue? Warna kulit gue sawo matang deket-deket busuk. Untuk memperindahnya adalah bertaburannya bintik-bintik merah lucu alias jerawat yang laksana bintang kejora di gelapnya malam. Nah, tampak jelas kan perbedaan gue as Dian Sastro dengan Dian Santro as Dian Sastro?(?????) Kalo ketemu gue, elo-elo bakal yakin lagi bahwa gue sama Dian Sastro ngga ada kaitan sama sekali. Bahkan tetap ngga ada kaitan walau ditarik tujuh turunan ke atas sekalipun.
Kata orang, eh okay…okay...gue benerin, kata orang-orang-orang-orang-orang (maksudnya, orangnya banyak betul, gitu loh), nama gue emang mirip sama Dian Sastro, tapi menyesal sekali Dian Sastro hidup dengan 230 kali lebih kaya dan terancam kurang lebih 3 juta kali lebih cantik daripada gue.
Tapi bukannya gue membela diri nih, gue rasa parameter cantik itu berbeda-beda. Kalo banyak orang, -well, okay-orang sedunia mikir bahwa cantik itu adalah bermata bagus, hidung mancung, bibir kecil dan merah, ngga jerawatan , tubuh tinggi semampai, bukan berarti itu penilaian yang paling benar kan? Dan mereka ngga bisa maksa gue memandang dengan cara yang sama. Eh, ada juga lo di suatu suku di Kalimantan yang menganggap cewe paling cakep adalah cewe-cewe yang paling gede lubang telinganya. Nah lo?? So gue sok tenang wae lah… karena Allah, Tuhan gue bilang Dia ngga ngeliat hambaNya dari bentuk dan rupanya. Yang penting cantik imannya. Doo…gue kaya yang jadi berasa cakep iman aja ya? Ngga juga coy, berterimakasih sama Dia dan do the best as Allah wish kan hak setiap manusia. Aduuhhhh nyokap gue bakalan terharu dan nangis Bombay Calcutta India deh kalau tahu anaknya bisa ngomong sepinter ini.
***
Gue paling tersiksa kalau film Dian Sastro baru keluar. Soalnya temen-temen kelas gue mempunyai kesepakatan yang telah dilegalkan oleh dewan kelas dan sangat disahkan semua penghuni SMA Pelita Bangsa lainnya untuk menemukan pasangan buat gue. Dari zaman AADC, dengan zalimnya gue dijodoh-dijodohin sama Rico, yang mirip sama Nicolas Saputra namanya doing.. Penampakannya? Weleh..weleh..silahkan pemirsa bayangkan sendiri. Dia juga kesenengan dan cenderung ngga tahu malu ketika dinobatkan dan diganti nama menjadi Rico Sapu Ijuk. Rambut yang lurus kaya jalan tol itu dimirip-miripin sama Nico dan kabarnya perut gendutnya itu dipakein korset. Dengan begitu, muncullah di hadapan kita seorang Nicolas Saputra yang kayanya ngga makan lima hari, sedang diare dan baru kesetrum listrik. Idih!!
Gue jadi bulan-bulanan diledekin ma Rico mulai di kelas, di kantin, di atap sekolah (apa coba?) bahkan saat gue kebelet pipis pun mereka masih menyempatkan diri menjadi cheerleaders yang kompak bersorak “Cie… yang janjian di WC, Cinta ngga tahan lagi ya ?? Hu Huu….Huuuu……..
Temen-temen tercinta gue itu terus istiqomah sampai sekarang, saat film Ungu Violetnya Dian Sastro sedang rame-reme diputar. Tapi gue kaget banget kali ini karena yang dijadiin pasangan gue “sangat beres” dibandingkan sebelum-belumnya. Ozan, anak 3 IPA 4 itu emang mirip banget sama Rizky Hanggono, lawan main Dian Sastro di film itu. Tinggi, tegap, putih, kelihatan cool dan cara tertawanya…..O Ow… barulah gue sadar kenapa mereka dengan rela memasangkan gue dengan Ozan. Saat tertawa, nampaklah dua lubang gigi ompong di depannya. Bye bye Rizky Hanggono.
Pengalaman buruk gue terus berlanjut.
Hari itu hari Sabtu, gue baru pulang dari sekolah. Habis mentoring Agama Islam. Karena materi yang dikasih tentang ukhuwwah tadi masih fresh di otak, gue semangat banget pengen mengaplikasikannya secepat-cepatnya. Makanya ketika di dalam bis, gue langsung kenalan sama cewe di samping gue. Rencananya sih, mau melatih ta’aruf. Cewe itu pake T-shirt ngatung, jins ketat dan megang buku. Tipikal anak kuliahan.
“Assalamualaikum.. mau ke mana, Mba? Gue berusaha sopan.
“Mau kuliah” Ugh. Ketus juga.
“Boleh kenalan ngga. Nama Mba siapa?” Gue menjulurkan tangan.
“Intan” Jawabnya pendek.
“Gue Dian Sastro” Aku memperkenalkan diri walau dia ngga nanya.
Tiba-tiba dia menarik tangannya dari jabatan kami. Dahinya berkerenyit, mukanya memerah, sebelah biji matanya melotot... (iiihh gimana coba melotot cuma dengan sebelah mata?). Dan semerta-merta dia ngomelin gue:
“WAHAI DIKAU MANUSIA YANG DIMABUK PUJI DAN PUJA, JANGAN MEMBOHONGI DUNIA DENGAN DARAH BUSUK KESOMBONGANMU!.. DIAN SASTRO ADALAH DEWI DALAM BUKIT HATIKU, BULAN DI MALAMKU DAN BIDADARI DI MIMPIKU.. JANGAN HANCURKAN JIWAKUKU DENGAN KEHADIRANMU. DIKAU DAN DIAN SASTRO BAK PANTAI DENGAN UBUR-UBUR, SEPERTI PAKAIAN DENGAN JEPITAN JEMURAN DAN LAKSANA AWAN PUTIH DENGAN PETIR…..!!”
Hah? Gue megap-megap dengerin omelan fans Dian Sastro yang kayanya dedengkot sastra ini. Seumur-umur, gue ngga pernah membayangkan bakal dipermalukan di bis umum dan dibentak-bentak dengan bahasa planet asing seperti ini. Dan itu karena gue ngga melakukan apa-apa! Gue kan hanya ngenalin diri?
Bahkan ketika gue mo turun , kernek bis juga sempat berpantun:
“Buah kesturi, buah nangka, buah semangka, buah kedondong
Nyadar diri doooong……”
Gue manyun semanyun-manyunnya. Emang gue pasar buah?
Jangan kira gue ngga meminta pertanggungjawaban bokap nyokap sebagai orangtua yang tidak ada kreatifnya sama sekali memilih nama anaknya. Berkali-kali surat protes gue layangkan. Ortu gue bilang apa? Nyokap gue bilang “Mami ngga niru-niru kok. Tapi yah, kayanya nama itu kebagusan banget buat kamu. Mami kan ngga tahu gimana bentukmu pas udah besar. Kalo udah tahu begini kan lebih baik dikasih nama Didin Sosro aja kemarin..”
Tuuuuhhkann.. Engga membantu sama sekali..!
Bokap lain lagi. Beliau bilang supaya gue ngga usah kesal sama orang-orang yang ngeledekin. Belum tentu mereka ngerti tentang rumus algoritma. Apalagi Pilkada banyak ngga jujur, trus yang menang main catur di siskamling malam tadi siapa?
HA??? Apa hubungannya?!!
Hiks..hiks..Begitulah hidup gue.
***
Di siang bolong (apanya yang bolong ya?), telpon di ruang tengah berdering. Kukuruyukkkkk…. Eh itukan suara si Janggut, ayam Jago gue.
“Kring..kring…” Nah, ini nih baru bunyi standar telpon.
“Assalamu’alaikum”
“”Wa’alaikumsalam, eh, elo ngangkat telpon ke Singapur ya ? Lama banget!”
Suara khas yang ngga ada bagus-bagusnya sama sekali. Suara Boni.
“Yan, elo harus nonton Oprah winfrey show besok. Besok kan libur. Guru-guru rapat kan? Inget jam 10 teng. Lo harus nonton sampe habis”
“Ada apa emang?”
“Elo jangan banyak tanya. Pokoknya harus nonton, titik. Ngga pake koma en sambal tapi pake tanda seru seratus biji”
Tanpa menunggu tanggapan gue dan tanpa bernafas, Boni melanjutkan terornya..” Kalo elo ngga nonton, gue habisin bakwan di kantin!”
Waaah….ancaman serius nih kalo sudah menyinggung-nyinggung perut gue yang terdalam.
Sebelum kita menuju adegan berikutnya, biarkan gue jelasin siapa Boni. Boni adalaaah kisah cinta duaa duniaa… (Lohh..lo…? Isabella, maap ye..). Boni itu temen gue dari ucrit sampe mencret ha..ha... Maksud gue temen dari kecil sampai tua begini. Padahal gue en Boni beda banget karakternya. Gue yang lembut, manis ini (maap harus berkata jujur hehe..) kok bisa bersama-sama terus Boni yang kuat, galak dan judes. Preman perempatan aja keder sama dia. Ga tau ya, tapi mungkin kalian pernah merasakan “Klik” dengan seseorang tanpa tahu alasannya. Tapi di dalam kasus gue, persahabatan yang gue jaga ini tidak lain karena satu hal yang tak bisa diperselisihkan lagi: Boni banyak ngutang sama gue. Mulai dari duit, penghapus, pulpen, kerudung, sampe tali guling. Tak ada cara lain, dia harus gue untit sampe kemanapun. Iya duuung, dia kan investasi masa depan gue. Jadi begitulah kami. Selalu ke mana-mana berdua. Seperti mawar dengan tangkainya, bulan dengan langitnya, ikan mujair dengan airnya dan seperti hidung dengan upilnya hehe...
***
Karena gue baik hati, rajin belajar, rajin nabung, rajin nyiram kembang (??), maka di sinilah gue, rebahan di depan TV. Pantengin Oprah Show seperti suruhan Boni. Walo sejujurnya nih, untuk gue yang rada-rada lemot, acara Oprah Winfrey terlalu berat bagi gue. Dan ngga heran, ngga sampai lima menit, gue udah molor dengan suksesnya. Dalam molor itu sepoi-sepoi gue mendengar suara Boni. Boni Seram eui.. sampe ke mimpi gue didatengin juga. Demi itu, gue terbangun terus gosok gigi.. eh, maksudnya trus kucek-kucek mata. Terpampanglah di teve seseorang yang tidak pernah gue bayangin bakal muncul di sana. Hah? Ngapain Boni mejeng gigi di situ? Rupanya inilah acara yang dimaksud Boni. Sebuah sayembara cerita-cerita sahabat dan Boni pemenang minggu ini. SStt...Boni mo ngomong tuh. Gue punya perasaan kuat nama gue bakal disebut nih (GR banget..!Wee..biarin!).
“Gue punya sahabat dekat dari kecil sampai sekarang. Namanya Dian Sastro”
Tuuhhh bener kan? Gue mesem-mesem sendirian.
” Walo dia bukan Dian Sastro yang bintang film itu, bagi gue dia lebih berarti daripada Dian Sastro manapun. Orangnya manis, lembut dan baik hati. Walo gue lebih sering ribut sama dia, tapi gue akan merasa kehilangan banget kalo dia ngga ada. Dan asyiknya lagi, Dian itu ngga ragu-ragu untuk ngingetin gue sholat atau kalo gue salah. Top pisan lah pokoknya. Gue sayang dia”
Hiks..hiks.. Jadi terharu nih. Elo emang bestfren gue. Oh Boni...I love you!
“Yah, walau ada juga sih kekurangannya. Kaya ini nih, dia suka mencetin jerawat, suka ngiler kalo liat cowo cakep, suka cacingan, suka… “
Jeklek. TV langsung gue matiin. Boni Jelek!!!
***
Gimana ya sambutan temen-temen habis ngeliat Boni di TV dan menyebut-nyebut nama gue? Ngga sabar nih nunggu Senin. Sekarang gue bisa tertawa lebar Ho…ho…ho…pada mereka yang ngejek gue. Sekarang mereka tahu gue yang sebenarnya. Hmm..mungkin juga ada yang mulai ngefans sama gue. Gue kan patut dijadiin panutan? Atau mungkin ada produser yang tertarik sama pribadi gue, dan menawari gue main sinetron,nyanyi atau apalah.. Thanks to Boni deh. Gue ga bakalan lupain dia kalo gue terkenal nanti.
Mumpung hari minggu dan Boni dapat hadiah, gue todong Boni traktiran makan-makan di mall. Tumben, dia ngga nolak. Bisanya kan dia pelit? Benar persangkaan Anda, dia mau mentraktir hanya karena gue ancem ngelaporin dia ke polisi karena telah memberi keterangan palsu pada publik dan perbuatan tidak menyenangkan. Siapa suruh bohong di depan TV bahwa gue suka ngiler liat cowo cakep? Itu kan sejenis pembunuhan karakter. Gue ngga ngiler kok. Palingan dua-tiga tetes aja kalo Ridwan, ketua umum Rohis sekolah yang cakep banget itu lewat. Atau yah setetes lah kalo yang lewat Fauzi, sekretarisnya. Tapi pokokna ketu lah,..akhirnya dia mengalah juga.
Lagi asyik-asyiknya ngiter-ngiter cari tempat makan,”Yan, gue mau ke toilet dulu” Boni berkata dengan tampang kebelet.
“Elo Bon...pengendalian diri kok lemah banget. Iya deh, tapi jangan lama-lama ya!”
Beberapa saat nunggu Boni, segerombolan cewe ABG berlari-lari ke arah gue sambil berteriak-teriak..DIAN SASTRO…DIAN SASTRO…SERBU!!! Ya Allah.. gue ngga nyangka secepat ini gue terkenal. Terus terang,gue belum siap mental. Gerombolan itu makin mendekat dan gue ngeri banget meliat muka mupeng-mupeng mereka. Gue jadi ikutan lari. Hosh…hosh.. Tapi mereka kenceng banget larinya dan sekarang tinggal satu meter jarak tertinggal antara kami. Gue pasrah deh. Gue ambil keputusan untuk menghadapi mereka. Mudah-mudahan mereka cuma minta tandatangan dan foto bareng, ngga minta yang lain-lain. Tapi…lo? Kenapa gue dilewatin? Masa gue yang besar begini ngga keliatan? Apalagi kerudung, baju dan rok gue dari atas ke bawah warna orange jreng-jreng bo.?.
Kok mereka ngga… O…OW! Gue tau jawabnya. Di ujung sana lah sumber malapetaka ini. Berdiri seorang sosok yang begitu dekat dengan gue, yang baru saja membuat gue GR setengah jongkok. Yup, Anda benar, Dian Sastrowardoyo! Dia tampak cantik sekali di antara gerombolan cewe-cewe itu di sekelilingnya. Gue ngerasa terhempas ke lubang semut. Ga punya semangat lagi..Hik..hik..
“Yan, elo kemana aja, tega lo ya ninggalin gue…. Eh, kenapa lo?” Boni ngga jadi melanjutkan semprotannya demi melihat muka prihatin gue.
“Sekarang kita pulang aja nyok. Gue ngga laper lagi”
“Ada apa sih lo? Eh…Yan, ada artis siapa tuh banyak banget yang ngerubungi..” Boni nunjuk gerombolan tadi yang sekarang makin banyak orangnya.
“Dian Sastro” Gue jawab lemah.
“ Hah, Dian Sastro??Beneran?? Gue mau minta foto bareng ah… lo tungguin di sini dulu ye.. ato elo pulang sendiri sono gih..” Boni berlalu dengan tampang muka tidak bersalahnya.
AARGGGHHHHH!!!
***
Banjarmasin,2005
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
About MeBlog Archive
Recent CommentsLabels
Annyyeong! |
0 komentar:
Post a Comment