hold on...0 komentar Saturday, October 31, 2009
kepaksa deh klinik yang baru dibuka,mesti ditinggal dulu bentar..
coz diri ini harus bertapa dulu sejenak... tapi teteuupp, tungguin aku ya... love you my invisible readers! LOVE IS...0 komentar Tuesday, October 27, 20091. "When my grandmother got arthritis, she couldn't bend over and paint her toenails anymore. So my grandfather does it for her all the time, even when his hands got arthritis too. That's love." - Rebecca - age 8
2. "When someone loves you, the way they say your name is different. You know that your name is safe in their mouth." - Billy - age 4 3. "Love is when a girl puts on perfume and a boy puts on shaving cologne and they go out and smell each other." - Karl - age 5 4. "Love is when you go out to eat and give somebody most of your French fries without making them give you any of theirs." - Chrissy - age 6 5. "Love is when someone hurts you. And you get so mad but you don't yell at them because you know it would hurt their feelings." - Samantha - age 6 6. "Love is what makes you smile when you're tired." - Terri- age 4 7. "Love is when my mommy makes coffee for my daddy and she takes a sip before giving it to him, to make sure the taste is OK." - Danny - age 7 8. "When you tell someone something bad about yourself and you're scared they won't love you anymore. But then you get surprised because not only do they still love you, they love you even more." - Matthew - age 7 9. "There are two kinds of love. Our love. God's love. But God makes both kinds of them." - Jenny - age 4 10. "Love is when you tell a guy you like his shirt, then he wears it everyday." - Noelle - age 7 11. "Love is like a little old woman and a little old man who are still friends even after they know each other so well." - Tommy - age 6 12. "During my piano recital, I was on a stage and scared. I looked at all the people watching me and saw my daddy waving and smiling. He was the only one doing that. I wasn't scared anymore." - Cindy - age 8 13. "My mommy loves me more than anybody. You don't see anyone else kissing me to sleep at night." - Clare - Age 5 14. "Love is when mommy gives daddy the best piece of chicken." - Elaine- age 5 15. "Love is when mommy sees daddy smelly and sweaty and still says he is handsomer than Richard Gere." - Chris - age 8 16. "I know my older sister loves me because she gives me all her old clothes and has to go out and buy new ones." - Lauren - age - 4 17. "I let my big sister pick on me because my Mom says she only picks on me because she loves me. So I pick on my baby sister because I love her." - Bethany - age 4 18. "You really shouldn't say 'I love you' unless you mean it. But if you mean it, you should say it a lot. People forget."- Jessica - age 8 [21 September, mengenang hari ketika do'a cinta ini melantun tak sendiri lagi. I love you Bi] ----P.S... baru tau, Cinta adalah kentang goreng??xixixi--- Aturan-aturan PRIA (understanding each other part two)0 komentar 1. Belajarlah untuk bekerja dengan toilet. You're a big girl. Bila terbuka, tutuplah. kami memerlukannya terbuka, kamu memerlukannya tertutup. Kamu tidak akan mendengarku mengeluh kalau itu tertutup. 1. Kami kadang tidak memikirkanmu --> belajarlah hidup dengan itu 1. Hari minggu samadengan olahraga. Seperti Bulan purnama atau air lau pasang. Biarkan saja. 1.Jangan pernah memotong rambutmu. Rambut panjang selalu lebih menarik daripada rambut pendek. salah satu alasan pria takut menikah adalah karena wanita yg sudah menikah selalu memotong rambutnya dan pria harus terperangkap dalam itu. 1. Shopping bukanlah olahraga dan kami tidak akan pernah berfikir seperti itu. 1. Crying is blackmail [tangisan adalah pemerasan] 1. Minta apa yang kamu inginkan. Petunjuk samar tidak akan berhasil. Petunjuk kuat tidak akan berhasil. Petunjuk jelas tidak akan berhasil. Katakan saja! 1. Kami tidak mengingat tanggal-tanggal. Tidak menandai hari ulang tahun di kalender. ingatkan kami sering-sering sebelumnya 1. Kebanyakan laki-laki hanya punya 3 pasang sepatu. apa yg membuatmu berfikir kami akan pandai memilih, dibanding 30 pasang gaunmu? 1. YA dan TIDAK adalah jawaban sempurna yg bisa diterima utuk hampi semua pertanyaan. 1. Datang pada kami dengan masalahmu HANYA bila kamu ingin bantuan menyelesaikannya 1. Periksa oli mu. Tolong. 1. Apapun yang kami katakan 6 bulan yang lalu dilarang dimasukkan dalam argumen. faktanya, semua comment menjadi tidak ada dan tidak sah setelah 24 jam. 1. Bila kamu berfikir bahwa kamu gemu, kamu mungkin begitu. Jangan tanya kami. Kami menolak untuk menjawab. 1. Bila kami berkata sesuatu yang dapat diinterpretasikan dua makna, dan satu makna membuat kamu sedih atau marah, berarti yang kami maksudkan adalah makna satunya. 1. Kapanpun memungkinkan, tolong katakan apa yang harus kamu katakan selama iklan. 1. Christopher columbus tidak memerlukan penunjuk arah. Kami juga. 1. Kamu memiliki cukup pakaian 1. Kamu memiliki terlalu banyak sepatu 1. I'm in shape. Round is a shape 1. Ketika kami harus pergi ke suatu tempat, apapun yang kamu pakai adalah pantas. Sungguh. 1. Jangan tanyakan apa yang kami fikirkan jika kamu tidak siap untuk berdiskusi tentang topik seperti formasi shotgun dan monster truck. 1. Jangan gosok lampu bila kamu tidak ingin jin keluar 1. Kamu bisa meminta kami melakukan sesuatu ATAU katakan bagaimana sesuatu harus dilakukan --jangan keduanya. 1. Wanita yang memakai baju pendek dan terbuka kehilangan hak untuk protes tentang pandangan-pandangan nakal ke arahnya 1. Tiap pria hanya melihat 16 warna. seperti windoes default settings. Peach is a fruit. Not a color. 1. Pumpkin is also a fruit 1. Kami bukanlah pembaca fikiran dan kami tidak akan pernah. Kekurangan kami dalam membaca fikiran bukanlah bukti sedikitnya kami peduli tentangmu 1. Terimakasih untuk membaca ini. Dan ya, aku tahu aku harus tidur di sofa malam ini :) --translated and edited from ejokes.net-- Aturan-aturan WANITA (understanding each other part one)0 komentar
1. Wanita selalu membuat peraturan
2. Peraturan dapat berganti sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan lebih dulu 3. Tidak ada pria yang mungkin mengetahui semua peraturan-peraturan itu. 4. Bila wanita mencurigai bahwa pria mengetahui peraturan itu, dia pasti segera mengubah peraturannya. 5. Wanita tidak pernah salah 6. Bila wanita salah, itu karena kesalahfahaman yang merupakan akibat langsung dari perkataan atau perbuatan salah dari pria. 7. Bila peraturan 6 diterapkan, pria harus meminta maaf segera karena menyebabkan kesalahfahaman. 8. wanita dapat mengubah fikirannya setiap saat. 9. Pria tidak boleh mengubah fikiran tanpa persetujuan tertulis dari wanita. 10. Wanita punya hak untuk marah dan kesal kapanpun. 11. Pria harus tetap tenang tiap saat bila wanita tidak menginginkannya marah atau kesal 12. Setiap usaha laki-laki untuk mendokumentasikan peraturan ini dapat berakibat pada bahaya kekerasan fisik yang berat. 13. Bila wanita mendapat PMS, semua peraturan dianggap tidak ada dan tidak sah. (translated and edited from ejokes.net) Di sinilah ketenangan itu..0 komentar
Totto Chan heran. Belum pernah dia mendengar ada orang berkata anak laki-laki harus menghargai anak perempuan. Setahunya anak laki-lakilah yang terpenting.
Dalam keluarga yang dia tahu anaknya banyak, anak laki-laki selalu dilayani lebih dahulu waktu makan dan saat minum teh sore. Kalau anak perempuan memprotes, ibu mereka akan berkata: “Anak perempuan hanya untuk dipandang, bukan untuk didengar!” Keheranan Toto Chan dalam buku yang ditulis Tetsuko Kuroyanagi itu menggambarkan suasana riil Jepang pada 1940-an. Coretan sejarah di mana perempuan dimarginalkan dengan sangat parah. Kiranya, trauma diskriminasi itu masih tertoreh di lembaran kekinian negara kita. Orang-orang berbicara mengenai menyatukan perempuan dalam pembangunan yang disebut dengan pendekatan perempuan di dalam pembangunan (women in development), yang bertujuan memenuhi kebutuhan perempuan dan menggunakan kemampuan dan keahlian tradisional perempuan untuk mencapai tujuan pembangunan. Namun ditemukan bahwa kebijakan dan programnya sebatas tertuju kepada subordinasi dan area penindasan perempuan, tidak mempertanyakan pemikiran dan program pembangunan. Perencana mengasumsikan, bahwa program pembangunan secara otomatis akan menguntungkan semua anggota masyarakat. Tetapi asumsi itu tampak tidak valid hampir di setiap tempat. Perempuan dianggap sebagai kaum terbelakang, kaum tertindas dan objek dari suatu pelaksanaan pembangunan. Perempuan lebih sering dijadikan sebagai pelengkap. Dengan demikian ketika terdapat subjek yang memang pas, cocok, maka tidak heran yang berstatus sebagai pelengkap tidak diperhitungkan eksistensinya. “Sesungguhnya perempuan adalah belahan tak terpisahkan dari lelaki.” (HR Ahmad dan Al baihaqi) Allah mengangkat dan menjadikan kaum perempuan setingkat kaum pria, karena itu keduanya memiliki identifikasi dalam kelahirannya. Adanya spesialisasi kodrat antara kaum perempuan dengan laki-laki, bukanlah sebentuk diskriminasi syariat Islam terhadap perempuan. Adanya perbedaan itulah, keduanya akan saling melengkapi dalam tanggung jawab mewujudkan tujuan luhurnya agar mereka rida terhadap apa yang telah ditetapkan Allah SWT. Sebagaimana firman Nya “Janganlah kalian iri hati dengan apa yang dikaruniakan Allah kepada sebagian kalian lebih banyak dari sebagian yang lain, (karena) bagi laki-laki ada bagian yang mereka usahakan dan bagi perempuan pun ada bagian dari apa yang mereka usahakan.” (QS An Nisa:3). Itulah kesetaraan terindah, kebersamaan paling tenang. Kebersamaan dalam kesalihan. Siapakah yang menafikan itu? Apakah mereka yang menyanjung perempuan, mengangkatnya sampai langit, pujian tanpa makna sekadar untuk memanfaatkan kecenderungan perempuan yang perlu ungkapan mesra? Sungguh berkilau dan menyilaukan istilah yang mereka sebut feminisme itu. Tetapi bahkan Kartini, yang didaulat --entah oleh siapa-- sebagai ‘ratu emansipasi’ sadar dalam kecerdasannya bahwa ada yang perlu diluruskan seperti suratnya kepada Ny abendanon, 27 oktober 1902. Surat itu menyatakan: Sudah lewat masanya. Tadinya kami mengira bahwa masyarakat Eropa itu benar-benar satu-satunya yang paling baik, yang tiada taranya. Maafkan kami, tetapi apakah ibu sendiri menganggap masyarakat Eropa itu sempurna? Dapatkah ibu menyangkal bahwa di balik hal yang baik dan indah dalam masyarakat ibu terdapat banyak hal yang sama sekali tidak patut disebut peradaban? Di manakah muslimah diperkenankan berkiprah? Perempuan bukan makhluk pingitan. Risalah Islam turun untuk meluruskan dua kutub ekstrem menyikapi perempuan. Menisbahkan perempuan sebagai sosok yang bisa dinikmati oleh pandangan syahwat lelaki di mana pun dan kapan pun, adalah kezaliman terhadap mereka. Sebagaimana memagari mereka di sudut ruangan yang sempit, tidak mengizinkannya keluar dan berpartisipasi dalam kehidupan publik sedikit pun. Itu juga kezaliman di sisi lain. Deretan shahabiyah seperti Syifa binti Abdullah yang berperan sebagai dokter, Ummul Ala sebagai perawat, Ummu Mubasyisyir al Anshariyyah yang seorang petani sukses dengan kebun kurmanya yang luas, Khadijah binti Khuwailid, seorang niagawati internasional cukuplah bukti untuk kita dari belasan abad lalu bahwa perempuan mempunyai potensi yang tak layak diredam. Ustad HM Anis Matta cukup utuh mendeskripsikan arti perempuan berikut: Dalam pola kehidupan nomaden, perempuan adalah bunga di tengah hutan belantara. Tapi dalam pola kehidupan kota, perempuan adalah bunga di tengah taman. Peradaban kita menjadi indah ketika kita berempu pada perempuan. Sebab perempuan, seperti kata HAMKA adalah per-empu-an peradaban atau tempat bersandar. Perempuan seperti kata Alquran, adalah tempat kita menemukan ketenangan. *Published in Banjarmasin Post, 4 september 2009 dokterku sayang : dokterku karang0 komentar
Delayed…
Tapi tak seperti wajah-wajah kesal di sekelilingku, aku menghembuskan nafas lega. Aku jadi punya alasan untuk menunda sebentar penderitaan yang akan kuterima. Mereka yang marah akibat tertundanya keberangkatan pesawat ini, pasti punya alasan-alasan kuat untuk itu. Misalnya karena harus tertundanya perjumpaan dengan anak yang lama tak ditemuinya atau seorang cucu yang membawakan obat untuk neneknya yang sedang sekarat atau seseorang yang sedang dikejar-kejar debt collectors yang bercokol di bandara atau banyak alasan lainnya. Tidak bagiku, karena aku harus akan menghadapi Pak Win lagi, tentu dalam momen yang tidak menyenangkan. Apalagi ketika kumengingat kumis sangarnya, kumis lebat hitam tak berjeda itu, dengan kerapian sempurna yang menggambarkan perfeksionisme pemiliknya, yang berjingat-jingat ekspresif saat mulutnya mengeluarkan semburan-semburan garangnya, tak bisa kupungkiri aku bersyukur dengan penundaan pesawat ini. Dan aku sangat berharap dalam waktu delay ini, pak Win mendapat kejutan yang mengharuskan dia pergi dari Jakarta misalnya tiba-tiba istrinya ngidam mau buang air kecil di gurun Sahara, atau tiba-tiba kumisnya tumbuh gondrong sehingga ia harus mengguntingnya satu persatu atau..apalah.. Hmm…bukan salahku target penjualan tak terpenuhi bulan ini. Bawahanku banyak yang direkrut dari divisi lain jadi mereka harus beradaptasi dengan keras lebih dulu. Tapi aku tahu, semua alasan dan tetek bengek itu itu tak akan dia ambil peduli. Bos divisiku di kantor pusat itu hanya menginginkan Seratus persen!..Seratus persen! Sebenarnya aku lelah juga harus kerja di bawah target begini. Seperti dikejar hantu. Dan hantu itu menjelma tiap bulan menjadi lembaran-lembaran kumis Pak Win. Sembari mengkhayalkan kejadian-kejadian aneh yang kuharapkan menimpa pak Win, kulirik seorang laki-laki berusia empat puluhan di sebelahku di deretan bangku ruang tunggu Bandara Djuanda ini. Tampangnya yang gagah kontradiktif dengan kesan letih yang dipancarkannya. Kacamata elegan tak berbingkainya mengesankan orang ini cukup cerdas. “Mau ke mana Mas” Kusapa iseng. “ Ke desa…. (aku lupa namanya) Tapi lewat Banjarmasin dulu” Dia menjawab agak pelan. Aku berfikir dalam hati. Ke desa? Seorang petani atau pedagang terlalu rapi dengan dandanannya seperti ini. Baju kemeja Polo biru tua dengan celana kain berbahan bagus. “Hmm..punya sawah di sana?” Aku memberanikan bertanya. “Tidak..saya dokter” Dia menjawab sambil tersenyum kecil. Mungkin fikirnya aku konyol sekali mengira semua yang ada di desa hanya hamparan sawah. Dan itu memang konyol. Aku merutuk menyesal. “Oh” selaku terperanjat Aku lebih terperanjat lagi saat mengetahui untuk mencapai desa –apalah namanya- itu, si dokter harus naik bus lagi selama 10 jam dan kemudian memakai perahu bermotor selama 3 jam.. Jadi sekitar empat belas jam perjalanan dari Bandara melewati jalan berhutan belantara. Kemudian harus tinggal di desa tak berlistrik, jauh dari keluarga, jauh dari infotainment. “Gajinya tak banyak, biasa saja” Seolah membaca fikiranku, dia bergumam. Ya, siapapun pasti akan menanyakan dibayar berapa dia sudi mencemplung ke dunia antah berantah itu? “Benar dok, Dokter memang diperlukan banyak di desa-desa… jangan cuma mau cari duit di ibukota” Tapi aku tetap mencerocos sok tahu. Dokter itu tersenyum kalem. Dan aku melanjutkan cerocosanku. “Saya salut dokter mau pergi ke pelosok mengabdi. Saya malah ingat dengan seorang dokter oknum yang tidak mau menolong ibu saya. Waktu itu, asma ibu saya kambuh, dokter kejam itu tidak mau mau datang ke rumah saya. Kok ada ya yang bahkan dipanggil ke rumah saja tidak mau?” Raungku berapi-api. “Saya juga tidak” sahut si dokter. Penyataannya barusan jelas membuatku terperangah. Seolah-olah setelah asyik menggosipkan seseorang, ternyata seseorang itu melambai-lambaikan tangannya tepat di depan mata kita! “Saya ceritakan sesuatu” Dokter itu tampaknya telah memaafkan kebodohanku. Dia bercerita dengan mata yang mengelam. Ceritanya ini tampak tidak pernah ia lupakan. “Satu malam lewat dini hari, pintu rumah dinas saya digedor-gedor seseorang, yang ternyata utusan dari sebuah keluarga untuk menjemput saya. Dia bilang, ada kakak iparnya yang tiba-tiba meracau dan tak sadarkan diri. Walau dengan berat hati, karena saya sudah lelah seharian lebih bekerja, mau tak mau, atas tuntutan nama profesi dokter, saya berangkat juga. Kami kemudian ke rumahnya yang di atas gunung dan berjarak sekitar satu jam perjalanan. Setelah saya periksa pasiennya, tampak tak ada kelainan selain terjadi gangguan kesadaran dan bau alkohol dari mulutnya. Lalu saya terangkan kepada keluarganya, bahwa dia tidak menderia penyakit apa-apa, hanya mabuk karena alkohol. Tampaknya mereka tidak bisa terima keterangan dari saya dan ,mereka memaksa saya memberi obat. Tetapi saya tidak mau dan berbalik ingin pulang. Belum sampai di pintu keluar, saya merasakan ada sensasi dingin, cepat dan perih yang teramat sangat di pinggang saya. Seseorang dari mereka ternyata telah menikamkan pisau ke belakang saya. Untunglah ada tetangga lain yang mendengarkan teriakan saya dan membawa kerumah sakit. Nyawa saya dapat terselamatkan, tapi tidak dengan ginjal kanan saya. Sekarang saya hidup hanya dengan satu ginjal” “Jadi” sambungnya sambil menoleh ke arahku. "Apakah kami , dokter, yang juga manusia, tidak boleh memikirkan keselamatan diri? Siapa yang bersedia melindungi kami saat berjalan ke sudut-sudut rumah yang penghuninya tak satupun kami kenal? Itulah risiko profesi dokter, kalian bilang. Padahal selama ini kami diajari bahwa risiko kami adalah menyelamatkan sebanyak-banyaknya nyawa. Saya tidak pernah tahu bahwa risiko pekerjaan kami ternyata termasuk dipaksa mengorbankan nyawa saya untuk satu nyawa orang lain". Dia membetulkan kacamatanya dengan tegas sebelum berdiri dari bangku tunggu. “itu pesawat saya.. Saya harus pergi” Dia mengemasi barangnya. Aku hanya bisa tertegun saat memandang langkahnya yang berat semakin menjauh. Memandang punggungnya yang lelah. Memandang empat belas jam perjalanannya yang akan sangat tidak mewah. Memandang pertempurannya ke depan dalam kehidupan tanpa film Transformer dua atau ke berapapun. Dan Segera kumis pak Win tidak menakutkan lagi. *** * terinspirasi dari kisah nyata * terimakasih untuk Abi-ku, dokter-ku, yang membuatkan mie goreng dan telur ceplok super enak saat aku menulis cerpen ini. teruntuk dokter-dokter yang berhak dikagumi itu.. MONOLOG* DUA LAUT0 komentarMonolog nomor satu.
Salam…hoahhhmmm…alhamdulil Perkenalkan, namaku Galilea. Tapi mugkin banyak dari kalian tidak perduli akan nama ini...Siapa sih yang mau memusingkan kepala dengan mengingat nama laut? Ya, aku seorang laut. Atau sebuah laut? Dari dulu aku tidak pernah bisa memutuskannya… Tapi nama sangat penting menurutku sebagai simbolisasi agar komunikasi kita semakin cantik. Galilea sudah sangat menggambarkan diriku dan sinar kebahagiaan di sekitarku. Seperti bahagiaku memiliki seorang sahabat baik bernama Sungai Yordan… biar kuberitahu betapa tampannya dia: Airnya tenang, jernih dan begitu indah berkilauan. Dia suka tertawa kalau tertimpa sinar matahari. Hampir setiap sore dia mengunjungiku ditemani pengawalnya yang setia, Angin selatan. Kami sering menghabiskan senja yang indah sambil saling bercerita dan menyantap manisan arbei. Walau sungai Yordan adalah teman terbaikku..tapi aku punya sahabat-sahabat lain. Seperti pohon-pohon arbei yang ranum buahnya, yang menyediakan berapa saja buah yang kami inginkan berjejer di dekat Yordan. Atau burung Ibis berkepala botak yang dulu dipuja firaun…Burung-burung botak lucu itu berkecipak tak ragu dan membangun sarang-sarangya di pohon-pohon kurma nan megah. Setiap malam dia membawa teman burung yang berbeda. Kadang yang tampak perkasa, si Golden Aagle ikut mengintip-intip tapi terlalu angkuh untuk ikut bermain. Pemandangai yang ramai. Orang-orang juga banyak membangun rumah di sekitarku…ada pemuda Ali..seorang pembuat perahu yang selalu tampak sehat dan ceria. Ada Bibi fatimah yang suka memandikan buah hatinya,Rajbi di tepian sungai Yordan. Nah itu mereka berlari-lari ke pantai putihku! Sudah dulu ya, aku mau bermain bersama mereka. *** Monolog nomor dua Huh! Siapa pagi-pagi ini yang membangunkanku?! Okey…okey… selamat pagi…atau selamat malam.. Siapa peduli? Kalau kau mau tahu siapa aku, (sayangnya) aku adalah laut. Kau mau tahu namaku? Ah, itu sangat tidak penting. Kau juga mau tahu kehidupanku? Apa yang bisa kuceritakan dari kehidupanku yang bisa membosankan ini. Kehidupan membosankan sedunia dengan pekerjaan membosankan sedunia. Tiap hari hanya diam menunggu dan menunggu sesuatu yang bahkan tidak kuketahui apa itu. Kalau mau jujur, inilah yg kurasa: SEPI dengan huruf besar. Kurasa Aku adalah laut yang paling sendiri di seluruh bumi ini. Tak ada yang berkicauan di sekitarku, tak ada daun-daun hijau yang melambai, tak ada yang berkeriapan, tak ada tawaria anak-anak. Para pelancong sering memilih jalur pelayaran lain, kecuali kalau urusannya mendesak. Udara di atasku terasa berat dan hampa. Kelam dan hitam. Sungai Yordan memang sering berkunjung ke kediaman dinginku.. tapi dia selalu datang dengan wajah tololnya itu..wajah yang paling kubenci : Wajah bahagia. Wajah yang selalu berhasil memberi eksistensi pada kesedihanku. Dia sering mengundangku untuk bertamu ke rumah-rumah di samping sungainya, ke ladang teman-temannya yang sedang kekeringan...Katanya mereka sangat memerlukan airku untuk panen kali ini. Tapi apa peduliku? Bukankah kita sudah masing-masing diberi jatah oleh Tuhan..Kalau energi yang diberi padaku lebih banyak, bukan salahku kan? Mereka hanya terlalu malas besusah-payah menimba sumur. Lalu kuusir Sungai Yordan pelan-pelan…takut dia akan menghabiskan seluruh biskuitku. Yordan pun pergi dengan hanya mengedikkan bahu. Fiuhh..Sekarang saatnya menarik selimut lagi dan tidur dalam mimpi-mimpi indahku..Semoga tak ada yang mengetuk pintuku lagi. *** Aku tertegun mendengar monolog dua laut Palestina itu. Sangat mengesankan tapi membingungkan. Terlalu absurd. Apa sebenarnya yang membuat perbedaan besar di antara ke dua laut yang berdekatan ini? Apakah sungai Yordan? Bukan, bukan sungai Yordan. Sungai Yordan mengalirkan air yang sama baiknya ke dalam ke dua laut ini. Tanah? bukan pula kurasa, bukan negara di mana kedua laut ini berada. Inilah bedanya.. Laut Galilea menerima tetapi tidak menahan air dari Sungai Yordan. Untuk setiap tetes yang mengalir ke dalamnya, ada setetes yang mengalir ke luar darinya. Galile menerima..tapi juga memberi.. sedang Laut yang satunya lebih cerdik, menimbun pemasukannya dengan serakah. Laut ini takkan tergoda oleh dorongan untuk bermurah hati. Setiap tetes yang diterimanya, hanya ditahannya. Laut Galilea memberi dan hidup. Laut yang satunya tidak memberi apa-apa. Karena itulah kita sebut ia Laut Mati. Ah,sebenarnya sangat jelas, jelas sekali… Ada dua tipe manusia di dunia. Ada dua laut di palestina**. *** *Monolog: suatu ilmu terapan yang mengajarkan tentang seni peran di mana hanya dibutuhkan satu orang atau dialog bisu untuk melakukan adegan **Terinspirasi oleh salah satu tulisan di buku the 7 habits of highly effective teens, karya Sean Covey published in Banjarmasin Post, Juli 2009 hmmm..wahai cerminku...0 komentarPada kami, syaithan membisikkan
kalimat-kalimat pemisah gemuruh bagai lebah keakraban dibakar rasa, sergapan kecewa tapi di saat seperti inilah kami paksa hati untuk melawan katakan tidak pada sang syaithan setiap mukmin adalah cermin satu bagi yang lain maka tiap aib adalah kaca diri “maafkan saudaraku, adalah rombeng imanku yang membuatmu diserbu gelombang pilu” tapi di saat seperti inilah kami paksa hati untuk melawan jangan sampai satu sama lain membantu syaithan membawakan jerumus karena bahkan dalam segala ketakindahan hidupmu kau masih hadirkan persaudaraan terindah untukku karena dalam tiap prasangka di antara kita masih tersimpan cinta mari kita berjanji hari ini, untuk kesekian kali telah kita perbarui sebuah ikatan suci dan izinkan aku melihat kembali senyum itu ruku’ yang lurus sempurna kopiah putih bersahaja dan mujahid mujahidah gigih yang melangkah gagah merengkuh tanganku, menjemput syahid dalam padu *** aku takut..0 komentar
Siang ini....
membaca tulisan seorang kawan dan aku ingat ibnul jauzy *** “Andai seseorang berma’shiat”, kata beliau “disebab syahwat aku masih punya harapan tinggi bahwa Allah akan mengampuni tapi dia yang sombong dan keras kepala berdosa dan merasa diri baik-baik saja aku takut..” *** “sebab adam dan hawa berma’shiat karena syahwatnya dan Allah mengampuni mereka sebab iblis berdosa dan durhaka karena sombongnya dan ia dilaknat sepanjang masa.” *** aku lalu menangis.. membaca ayatNya terasa begitu miris “maukah kukabarkan padamu tentang ia yang paling merugi ‘amalnya?” andai boleh ya Allah, aku tak ingin tahu karena aku takut, aku termasuk di situ tapi Engkau telah berfirman, “yaitu orang yang telah sesat upayanya dalam kehidupan dunia, lalu dia menyangka bahwa dia telah berbuat sebaik-baiknya.” *** semoga tiap langkahku ya Allah tidak sedang menyuruk ke sana karena aku tahu dalam tiap dosaku tersimpan bahaya saat aku memakluminya, menganggapnya biasa *** ^credit to salim a. fillah ^ victory plea0 komentarya Allah, berikan taqwa kepada jiwa-jiwa kami dan sucikan dia. Engkaulah sebaik-baik yang mensucikannya Engkau pencipta dan pelindungnya ya Allah, perbaiki hubungan antar kami Rukunkan antar hati kami Tunjuki kami jalan keselamatan Selamatkan kami dari kegelapan kepada terang Jadikan kumpulan kami jama'ah orang muda yang menghormati orangtua Dan jama'ah orang tua yang menyayangi orang muda Jangan Engkau tanamkan di hati kami kesombongan dan kekasaran terhadap sesama hamba beriman Bersihkan hati kami dari benih-benih perpecahan, pengkhianatan dan kedengkian ya Allah, wahai yang memudahkan segala yang sukar Wahai yang menyambung segala yang patah Wahai yang menemani semua yang tersendiri Wahai pengaman segala yang takut Wahai penguat segala yang lemah Mudah bagiMu memudahkan segala yang susah Wahai yang tiada memerlukan penjelasan dan penafsiran Hajat kami kepadaMu amatlah banyak Engkau Maha Tahu dan melihatnya ya Allah, kami takut kepada-Mu selamatkan kami dari semua yang tak takut kepada-Mu Jaga kami dengan Mata-Mu yang tiada tidur Lindungi kami dengan perlindungan-Mu yang tak tertembus Kasihi kami dengan kuasa-Mu atas kami Jangan binasakan kami, karena Engkaulah harapan kami Musuh-musuh kami dan semua yang ingin mencelakai kami tak akan sampai kepada kami, langsung atau dengan perantara Tiada kemampuan pada mereka untuk menyampaikan bencana kepada kami ya Allah, jangan kiranya Engkau cegahkan kami dari kebaikan yang ada pada-Mu karena kejahatan pada diri kami ya Allah,ampunan-Mu lebih luas dari dosa-dosa kamidan rahmah kasih sayangMu lebih kami harapkan daripaa amal usaha kami sendiri ya Allah, jadikan kami kebanggaan hamba dan nabi-Mu Muhammad SAW di padang mahsyar nanti saat para rakyat kecewa dengan para pemimpin penipu yang memimpin dengan kejahilan dan hawa nafsu saat para pemimpin cucui tangan dan berlari dari tanggung jawab berikan kami pemimpin berhati lembut bagai Nabi yang menangis dalam sujud malamnya tak henti menyebut kami, ummati...ummati.. ummatku..ummatku.. Pemimpin bagai para khalifah yang rela mengorbankan semua kekayaan demi perjuangan yang rela berlapar-lapar agar rakyatnya sejahtera yang lebih takut bahaya maksiat daripada lenyanya pangkat dan kekayaan "Ya Tuhan kami, tuangkanlah kesabaran atas diri kami dan kokohkanlah pendirian kami, dan tolonglah kami terhadap orang-orang kafir"(QS. Al-Baqarah 250) "Ya Tuhan kami, berlah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, dan peliharalah kami dari siksa neraka" (QS.Al-Baqarah:201) Amiin Yaa Rabbal'Alamiin.. sayap yang tak akan pernah patah0 komentaroleh: ust. Anis matta,lc Mari kita bicara tentang orang-orang yang patah hati. Atau kasihnya tak sampai, atau cintanya tertolak. Seperti sayap-sayap Gibran yang patah. Atau kisah kasih Zainuddin dan Hayati yang kandas ketika kapal Vanderwicjk tenggelam. Atau cinta Qais dan Laila yang membuat mereka ‘majnun’, lalu mati. Atau, jangan-jangan ini juga cerita tentang cintamu sendiri, yang kandas ditempa takdir, atau layu tak berbalas. Itu cerita cinta yang digali dari mata air air mata. Dunia tidak merah jambu disana. Hanya ada Qais yang telah majnun dan meratap di tengah gurun kenestapaan sembari memanggil burung-burung "O burung, adakah yang mau meminjamkan sayap Aku ingin terbang menjemput sang kekasih hati." Mari kita ikut berbelasungkawa untuk mereka. Mereka orang-orang baik yang perlu dikasihani. Atau, jika mereka adalah kamu sendiri, maka terimalah ucapan belasungkawaku, dan belajarlah mengasihani dirimu sendiri. Di alam jiwa, sayap cinta itu sesungguhnya tak pernah patah. Kasih selalu sampai disana, Apabila ada cinta dihati yang satu, pastilah ada cinta di hati yang lain,” kata Rumi, “Sebab tangan yang satu tak kan bisa bertepuk tanpa tangan yang lain”. Mungkin Rumi bercerita tentang apa yang seharusnya. Sementara kita menyaksikan fakta lain. Kalau cinta berawal dan berakhir karena Allah, maka cinta yang lain hanya upaya menunjukkan cinta pada-Nya, pengejawantahan ibadah hati yang paling hakiki: Selamanya memberi yang bisa kita berikan, selamanya membahagiakan orang-orang yang kita cintai. Dalam makna memberi itu posisi kita sangat kuat: kita tak perlu kecewa atau terhina dengan penolakan, atau lemah atau melankolik saat kasih kandas karena takdir-Nya. Sebab disini kita justru sedang melakukan sebuah “pekerjaan jiwa” yang besar dan agung: mencintai. Ketika kasih tak sampai, atau uluran tangan cinta tertolak, yang sesungguhnya terjadi hanyalah “kesempatan memberi” yang lewat. Hanya itu. Setiap saat kesempatan semacam itu dapat terulang. Selama kita memiliki cinta, memiliki “sesuatu” yang dapat kita berikan, Maka persoalan penolakan atau ketidaksampaian, jadi tidak relevan. Ini hanya murni masalah waktu. Para pecinta sejati selamanya hanya bertanya: “Apakah yang akan kuberikan?” Tentang kepada “siapa” sesuatu itu diberikan, itu menjadi sekunder. Jadi tidak hanya patah atau hancur karena lemah. Kita lemah karena posisi jiwa kita salah. Seperti ini: kita mencintai seseorang, lalu kita menggantungkan harapan kebahagiaan hidup dengan hidup bersamanya! Maka ketika dia menolak untuk hidup bersama, itu lantas menjadi sumber kesengsaraan. Kita menderita bukan karena kita mencintai. Tapi karena kita menggantungkan sumber kebahagiaan kita pada kenyataan bahwa orang lain mencintai kita. dunia demokrasi0 komentarjika politik adalah sesuatu yang abu-abu
yang menjadi senjata para penguasa yang menjadi sindikat pengejar harta dunia maka aku bukanlah itu Namun jika politik adalah pembelaan & perjuangan yang membangunkan keberanian retorika dan lantang meneriakkan keadilan maka aku adalah politikus itu Jika demokrasi adalah belenggu penjajahan diramaikan oleh tangan-tangan gila jabatan disetir untuk mengubur kepribadian anak bangsa maka itu bukan tempatnya Namun jika demokrasi adalah sebuah peluru pembebas yang pengusungnya adalah teladan sejati dan ideologinya menembus keangkuhan parlemen maka itu adalah kendaraannya.. (forwarded by a friend) SyurAA...anugerah yang dipertanyakan0 komentar“..Karena jiwa tidak akan pernah menang dalam semua kecamuk perang, kecuali setelah ia menang dalam pertempuran rasa, pertarungan akhlaq, dan pergulatan manhaj..” -Sayyid Quthb, Fii Zhilaalil Quran 2/383- “Apa makna sebuah kekalahan?”, begitu seorang kawan berbisik ketika menyeksamai penilaian hasil kerja da’wah kami. Saya helakan nafas panjang membersamainya. Lalu kata-kata saya berlayar ke kedalaman matanya. “Sebuah keyakinan akan kemenangan telah menggerakkan kita untuk berpeluh-peluh, bersicepat, dan mengikis harta, raga, serta jiwa. Lalu hasilnya membuat kita jerih, perih. Zhahirnya adalah kerugian, bukan?” Tetapi tahukah engkau kawan, apa makna kerugian? Saya cobakan senyum tercantik saya untuknya. Lalu kalimat berikut ini berhembus mesra di antara kami. “Kerugian tak jadi soal, jika ianya menumbuhkan segolongan yang terlatih, kelompok yang menyadari dan menghargai tanggungjawab. Tiadanya kesalahan, ketergelinciran, dan kerugian dalam kehidupan ini tidaklah bermakna keuntungan, jika hasilnya adalah jama’ah yang tetap kerdil, bagai bayi yang tak bertumbuh, tak berkembang, dan selalu menghajatkan penjagaan.” Apakah saya sedang menghibur diri dengan mendusta jiwa? Semoga tidak. Kata-kata Sayyid Quthb yang saya kutip sebagai awalan adalah kerangka untuk memaknai kekalahan perang sebagai kemenangan jiwa. Sayyid menyebut tiga medan; pertempuran rasa, pertarungan akhlaq, dan pergulatan manhaj. Di kesempatan yang pendek ini, izinkan saya hanya bicara tentang yang ketiga; pergulatan manhaj. Dan kita ambil syuraa sebagai contoh tentang manhaj yang bergulat itu. Kapankah syuraa –musyawarah- difirmankan dengan kalimat perintah oleh Allah, ‘Azza wa Jalla? Takjub saya di saat mendapatkan jawabnya. Tapi sebelum berbagi jawab ini, mari kita ingat lagi secercah kisah tentang Perang Uhud. Dalam sidang menjelang perang, para sahabat bersikukuh untuk keluar menyambut musuh. Tapi Sang Nabi bermimpi ada lembu disembelih, mata pedang beliau tergigir, dan beliau memasukkan tangannya ke dalam baju besi kokoh. Beberapa ekor lembu yang dikayau itu beliau artikan akan ada sahabat-sahabat beliau yang terbunuh. Mata pedang yang rompal berarti anggota keluarga beliau akan mendapatkan mushibah. Dan baju besi yang kokoh itu adalah kota Madinah. Kita sudah tahu kelanjutan kisah. Atas pendapat sahabat-sahabatnya, Sang Nabi mengalah. Mereka berangkat menghadang musuh di Uhud. ’Abdullah ibn Ubay, si munafik, yang dalam musyawarah habis-habisan mendukung mimpi Sang Nabi berkata, ”Sungguh celaka kalian yang menentang Rasulullah!” Lalu bersama sepertiga pasukan ia menyempal pergi, meninggalkan Sang Nabi. Dan hari Uhud terjadilah. Kemenangan dan kekalahan dipergilirkan. Tujuh puluh lelaki mulia menjadi syuhada’. Sang Nabi luka-luka, bahkan dikabarkan hilang nyawa. Hm.. Izinkan saya bicara kali lain tentang keguncangan perasaan dan akhlaq dalam kekalahan ini. Kali ini, kita hanya akan bicara tentang pergulatan manhaj. Dan manhaj yang paling terguncang oleh kekalahan ini adalah prinsip syuraa. Dulu, di Surat Asy Syuraa ayat ketigapuluh delapan, Allah memuji syuraa sebagai bagian dari urusan orang-orang yang mematuhi seruan Rabbnya, yang mendirikan shalat dan menafkahkan rizqi di jalanNya. Kini, bagaimana nasib syuraa setelah kekalahan Uhud? Bukankah dalam syuraa menjelang perang, mereka telah memenangkan pendapat mayoritas atas mimpi meyakinkan Sang Nabi? Lalu mereka kalah. Syubhat-syubhat berkerumuk. Syuraa-kah penyebab kekalahan itu? Bukankah ada serpih kebenaran dalam ocehan panas ’Abdullah ibn Ubay? Katanya, ”Aah.. Sudah kukatakan pada kalian jangan menentang mimpi Sang Nabi, jangan keluar dari Madinah, dan jangan mengikutinya menyongsong musuh!” Syuraa.. Masihkah ia akan dilakukan jika hasilnya sebagaimana mereka rasakan; kekalahan yang memedihkan? Atau biarkanlah Sang Nabi yang kata-katanya suci mengatur segalanya dan mereka siap sedia bekerja tanpa kata? Subhanallah, inilah kalimat yang difirmankan oleh Allah Subhanahu wa Ta’alaa kepada RasulNya: “..Maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan tetap bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu..” (Ali ‘Imran 159) Ternyata, di saat syuraa diragukan dan dipertanyakan, justru Allah menjadikannya perintah. Di saat syuraa mereka maknai sebagai sebab kekalahan, Allah mengatakan, “Bukan! Dan tetaplah bermusyawarah!” Sebuah manhaj dalam agama ini telah Allah tegakkan dengan ayat ini. Bahwa Sang Nabi pendapatnya benar, tetapi syuraa adalah jalan yang lebih dekat pada ridhaNya. Bahwa memang ada kekalahan, tetapi pergulatan manhaj harus dimenangkan; syuraa! Dan bukankah kekalahan datang justru dari ketidaktaatan para pemanah di atas bukit atas hasil syuraa? Tegasnya, syuraa tak bersalah. Dia harus dimenangkan dalam pergulatan manhaj. Dan dilanjutkan. Akhirnya, ada seorang lelaki Quraisy menyimpulkan tafsir ayat ini. “Keputusan yang salah dari sebuah musyawarah”, tulisnya, “Jauh lebih baik daripada pendapat pribadi, betapapun benarnya.” Wah, sejauh itukah? Ya. Lelaki ini sedang memberi kita sebuah kaidah tentang syuraa; manhaj agama Sang Nabi yang harus kita menangkan dalam pergulatan melawan syubhat dalam jiwa dan hati. Saya kira dia tidak asal memfatwa. Sebab dialah sang ‘alim, Imam Asy Syafi’i. menyerahkah??0 komentarsatu waktu, sudah lama sekali seseorang berkata dengan wajah sendu “alangkah beratnya.. alangkah banyak rintangan.. alangkah berbilang sandungan.. alangkah rumitnya.” *** aku bertanya, “lalu?” dia menatapku dalam-dalam, lalu menunduk “apakah sebaiknya kuhentikan saja ikhtiar ini?” “hanya karena itu kau menyerah kawan?” aku bertanya meski tak begitu yakin apakah aku sanggup menghadapi selaksa badai ujian dalam ikhtiar seperti dialaminya “yah.. bagaimana lagi? tidakkah semua hadangan ini pertanda bahwa Allah tak meridhainya?” *** aku membersamainya menghela nafas panjang lalu bertanya, “andai Muhammad, shallaLlahu ‘alaihi wa sallam berfikir sebagaimana engkau menalar, akan adakah islam di muka bumi?” “maksudmu?”, ia terbelalak *** “ya. andai muhammad berfikir bahwa banyak kesulitan berarti tak diridhai Allah, bukankah ia akan berhenti di awal-awal risalah?” *** ada banyak titik sepertimu saat ini, saat muhammad bisa mempertimbangkan untuk menghentikan ikhtiar mungkin saat dalam ruku’nya ia dijerat di bagian leher mungkin saat ia sujud lalu kepalanya disiram isi perut unta mungkin saat ia bangkit dari duduk lalu dahinya disambar batu mungkin saat ia dikatai gila, penyair, dukun, dan tukang sihir mungkin saat ia dan keluarga diboikot total di syi’b Abi Thalib mungkin saat ia saksikan sahabat-sahabatnya disiksa di depan mata atau saat paman terkasih dan isteri tersayang berpulang atau justru saat dunia ditawarkan padanya; tahta, harta, wanita..” *** “jika muhammad berfikir sebagaimana engkau menalar tidakkah ia punya banyak saat untuk memilih berhenti? tapi muhammad tahu kawan ridha Allah tak terletak pada sulit atau mudahnya berat atau ringannya, bahagia atau deritanya senyum atau lukanya, tawa atau tangisnya” *** “ridha Allah terletak pada apakah kita mentaatiNya dalam menghadapi semua itu apakah kita berjalan dengan menjaga perintah dan larangNya dalam semua keadaan dan ikhtiar yang kita lakukan..” *thanks to Salim* IC0 komentarIC FOREVA* Idong : PPDGJ nya sudah dilahap? Tinong : belum Idong : udah sampe mana? Tinong : belum satu halaman pun Idong : kenapa? Tinong : cape Idong : Kenapa, IC mu kambuh lagi? Tinong : Iya kurasa Idong : Jelek, miskin, tidak menarik, apa lagi kali ini Tinong : Bukankah itu sudah cukup? Idong : Tidak.tidak.tidak.Semuanya tidak benar. Berhentilah membunuh diri Tinong : Mereka yang ingin membunuhku Idong :? Tinong : Dengan kebencian..dengan ketidak pedulian..satu persatu menghantui Idong : tidak Tinong : aku memang tidak berharga Idong : kau salah Tinong : apakah ini afektive disorder? Idong : Mungkin Tinong : Bukan..bukan itu.. kupikir I have NEUROSA! Idong : oh please… Tinong : Tapi bukan..bukan itu....PSIKOSA..! PSIKOSA! Ya, PSIKOSA! Idong : BUKAN Tinong : Should i take that Haloperidol? Idhong : BODOH! Tinong : hikszz….hikzzzz…hikzz Idhong : Sudahlah, dunia tidak berubah dengan tangismu itu Tinong : aku sendirian Idong : lalu aku apa? DM JIWA, KEMARII!!! (suara rutin dari luar) Idong : Absorb it! Learn it. Untuk jiwamu Tinong : hope so. Pray for me Idhong : for sure, I know there’s something special Allah prepared 4 u Tinong : Thanks, sis… ------Kotak kecil N6680 * dialog menyebalkan tapi diperlukan DI TEPI SUNGAI RHEIN0 komentarSebuah perahu mengalir Mengikuti air Menguatkan dirinya terus menopang manusia yang juga renta di dalamnya Kau di sampingku ketika ku harumi bunga mawar di tepi sungai Rhein Kau mengernyit “Mengapa dunia penuh darah? Mengapa selalu saja ada riak berontak?” Sahabat, ketika diam bearti kematian Tak sempat lagi kita bertanya apakah peluru menyakitkan Ketika Iman harus diserahkan dengan tebusan perdamaian, Bukankah itu suatu kehinaan? Tak ada yang suka duka Tak ada yang suka air mata Namun jika bagi dunia tertawa berarti menyerahkan bangsanya Itu kegilaan yang nyata! Kau benar, Nampak Indah sungai Rhein yang tenang Tapi kurindui deburan ombak putih yang memecah karang *Untuk Dunia yang sunyi dalam jeritan dan desingan**Published In Annida, lupa tanggal dan tahunnya:)asking mind...0 komentaraku masih bertanya-tanya.. Bagaimana kesederhanaanmu bisa mengingatkanku pada kemegahan-NYA? aku masih bertanya-tanya.. Mengapa diammu tetap berbicara lebih banyak dari semua kalimat dunia? aku masih bertanya-tanya.. kekuatan apa yang membuatmu, dengan caramu sendiri, berhasil menyadarkanku bahwa aku bukan siapa-siapa ah, ngga ngerti. bilang..atau...ga??0 komentarhmmmm kalo q punya perasaan thdmu, mana yang kamu pilih, q nyatakan /tidak? tapi dari anamnesaq, sptnya itu tak perlu q lakukan. ehm..q tau itu. tapi kalo boleh bagiq u/ ttp blg, q ingin bilang, q mengagumimu. q mengagumi pola fikirmu tentang hidup, ttg citamu. dan sekarang kekagumanku bertambah, mengagumi pola fikirmu sebagai calon dokter/dokter? q mengagumi kecerdasanmu, niatmu untuk belajar,skillmu.. q merasa ga mampu menjalani profesi ini sendirian. q perlu tempat bertanya, q plu orang yang mengingatkanq ttg sglnya dan kalo boleh aku bilang sekali lagi... q perlu kamu di jalan ini... tapi mmg, q ga boleh bilang ya...:) ------huaaa...masa-masa kelam ini menyebalkan T_T---- Aku takut...0 komentarYa Allah, Apakah Engkau mendengar suara angin bertiup? Apakah Engkau melihat hujan yang turun? Mengapa badai hujan harus bising sekali seperti ini? Apakah Engkau melihat air mataku? Kurasa aku takut. Tolong aku untuk mengingat bunga-bunga yang cantik dan pohon-pohon yang akan tumbuh dari badai hujan ini. Tolong aku untuk ingat kepada pelangi yang akan muncul setelah hujan reda. Tolong aku untuk tidak takut. Aamiin.. ………with all of my huge tears and fears, I know You’re there…
Dilema Hati0 komentarBuru-buru sampai lupa mandi Ingat janji mau ketemu murabbi Dengan semangat tinggi Juga bawa data diri Dandanan rapi aromanya serba wangi Sisirannya gaya sepuluh jari Menata hati biar tidak nampak grogi Terima tantangan dengan PD tinggi Saat murabbi memberi data Sekuntum bunganya serba mempesona Hafalan Alqurannya sungguh luar biasa Visi jihadnya menguntai indah sastra Misi dakwahnya setara dengan S-3 Sedangkan diri Cuma pemateri LDK atau sekolah pagi Paling Banternya hanya jadi MC Jus ammanya pun bolong sana sini Susahnya mengukur potensi di dalam hati Jujur mana tahan hidup sendiri Mudahkanlah segala pintu rizki Dengan maisyah dan aisyah Percayalah hidup jadi serba indah.. ………………Gondes yang kocak, teteeeeepp^_^
A...0 komentarTaman sepi yang jingga itu.. Kuberjalan menyusur arah aliran pelan Mencari entah pesona di mana Bahkan saat kau bertanya Aku masih tak berhasil mendefinisikannya Mungkin karena biru yang kau goreskan di dinding jiwa Atau lembutnya cahaya yang kau jaga agar tetap nyala Atau pelangi keindahan di setiap rautnya Ketundukan pada Tuhan yang kukagumi diam-diam Kedamaian yang tak memerlukan nama, Merambat menggenapkan senyum bermakna tiap harinya Senyum kita sama! ------------------atas nama mimpi besarku,aku minta maaf---------
a peaceful question0 komentarSeindah kejaiban yang kau hadirkan tiba-tiba.. Semurni warna mutiara yang kau lukiskan begitu mempesona Secerah pualam kesholehan yang kau ejakan pelan-pelan Selaksa jiwaku telah kau bawa serta Aku ingin bertanya, Selama apapun itu, Bolehkah…ku menunggumu? Khilafah adalah...0 komentarEh ada lagi yang menarik dari bukunya Salim A.fillah, semoga jadi wawasan yang mencerahkan… Berdebat tanpa amal sungguh saya benci. Tetapi saya berharap slogan itu diganti. “Khilafah is the only solution”, tidaklah menggambarkan cita perjuangan peradaban Islam. Bagi ummat ini, khilafah adalah system terbaik, cara-bukan solusi, apalagi tujuan- untuk merumuskan dan menjalankan solusi-solusi besar bagi permasalahan ummat, bahkan dunia. Maka khilafah bukanlah sesuatu yang instant menyelesaikan persoalan. Tak ada serta merta di sini. Kerja-kerja itu harus dimulai sejak sekarang. Tak hanya menyiapkan perangkat system tapi juga sumberdaya pengelolanya. Seorang muslim yang mu’min lagi muttaqin. Seorang professional yang muhsin, seorang shalih yang mushlih. Nah,jika saya ringkas,agaknya sikap kita terhadap khilafah ada dalam empat poin berikut:
Begitulah. Hingga nantinya, kata Hasan Al Banna, kita menyelesaikan tahap tugas Ustadziyatul ‘Alaam. Khilafah itu bukan berdiri angkuh atau berteriak nyaring di atas tahta dan mahkota, tetapi bekerja keras dan tersenyum ramah menjadi teladan semesta. Hingga nantinya, kata Anis Matta, ada satu titik di mana manusia tak bisa lagimembedakan pesona kebenaran islam dengan pesona keagungan seorang muslim. Itulah kemenangan dan Allah tempat memohon pertolongan... -----belum puas? Baca aja bukunya ya…^_^---- islamic marriage0 komentarSalah satu fragmen menarik dari buku “Saksikan Bahwa Aku Seorang Muslim” by my most favorite writer, Salim A.fillah: …Amat heran saya mendengar kata-kata yang dipakai sebagai alasan untuk untuk menunda pernikahan. “Akhi..”, dengan penuh lembut seorang ikhwan pernah berkata, “saya kira antum berbicara tentang pernikahan bukan dengan orang yang tepat. Saya ingin menikah,insyaAllah nanti, setelah mengoptimalkan produktivitas da’wah saya. Ada banyak hal yang belum saya lakukan. Kontribusi da’wah saya masih terlalu kecil. Saya masih jauh dari kualifikasi pemuda yang digambarkan sebagai jundi da’wah. Apa kita ngga malu, bahwa yang kita bicarakan pernikahan, pernikahan dan pernikahan? Lihatlah pemuda-pemuda seperti Usamah ibn Zaid yang menjadi panglima besar di usia 18 tahun. Lihatlah Mush’ab ibn ‘Umair yang di usia duapuluhan menjadi duta untuk membuka da’wah di madinah. Lihatlah ‘Ali ibn Abi Thalib..” Allahu Akbar! Secara pribadi, saya terkagum pada ghirah da’wah beliau yang setegar gunung dan sekukuh karang. Semoga Allah menguatkannya selalu. Hanya saja, saya menganggap bahwa cara berfikir beliau ini berbahaya. Mungkin saya subjektif. Tetapi tersirat dalam kalimat beliau,seolah ada pertentangan antara produktivitas da’wah dengan pernikahan. Sepertinya, kalau sudah menikah maka kita tidak bisa meneladani Usamah, Mush’ab dan Ali. Sepertinya sesudah menikah, tidak termungkinkan untuk menjadi aktivis dengan kemuliaan sebagaimana ketika kita belum menikah. Seolah-olah, puncak prestasi da’wah selalu kita raih sebelum menikah. Dalam pengamatan saya, cara berfikir ini bermula dari persepsi bahwa “menikah dengan seorang akhwat yang shalihah adalah buah dari da’wah”. Pernikahan dipersepsikan sebagai salah satu terminal perhentian, tempat memetik manfaat. Pernikahan tidak dianggap sebagai bagian dari da’wah. Pernikahan tidak dianggap sebagai episode tempat dua orang saling menguatkan untuk lebih berkontribusi dan berprestasi dalam da’wah. Seakan pernikahan adalah episode baru yang kasarnya,menjadi tujuan dari da’wahnya selama ini. Syukurlah, argument yang beliau bangun sekaligus menolak cara berfikir beliau. Kok bisa?Iya. Beliau, -‘afwan,saya jadi sok tahu- kurang lengkap mengutip sirah sahabat. Sefaham kita, sebelum menjadi panglima di usia 18 tahun, Usamah ibn Zaid telah menikah dengan Fathimah binti Qais di usia 16 tahun. Sebelum menjadi duta ke madinah, Mush’ab ibn ‘Umair Al Khair telah menikah dengan Hamnah binti Jahsyi. Dan sebelum mengambil peran-peran besar di sisi Rasulullah, ‘Ali ibn Abi Thalib Radhiyallahu ‘Anhu telah menjadi menantu beliau. Mereka telah berjibaku memimpin keluarga sebelum sukses memimpin da’wah. Nah,mari kita bersedih ketika pernikahan memutus keterlibatan saudara-saudara kita dari da’wah. Mari kita bersedih ketika pernikahan menumpulkan. Mari menitikkan air mata jika dengan menikah orang terhalang menjadi Usama, Mush’ab dan ‘ali. Mari kita menangis di hadapan Allah jika pernikahan telah melenakan manusia dari tugas agung untuk berda’wah dan berjihad di jalanNya… ------------renungan untuk diri dan diri-diri yang mau merenungi------- goin' down!0 komentar Monday, October 26, 2009maka biarkan hari-hari ini teriringi dengan kedamaian... dengan ketegasan... dengan kelembutan... sedikit kelucuan boleh juga...:) ......selama ini aku lalai, menutup mata rapat-rapat untuk sahabat terbaik.. dan ketika semuanya menghilang, barulah jelas.. dialah yang selalu ada... ikhwah fillah, semoga selalu kubersamai engkau dalam perniagaan surga dengan Allah..
Maaf, tuan0 komentarMembaur dalam kaca-kaca bening mata Haruskah kau meninggalkanku sepagi ini? Maaf, Tuan Aku harus menangis Sebiru bulan yang menggamit celah jendela Dedaunan pun menggigil berisik Haruskah kau lupakan aku buru-buru? Maaf, Tuan Walau dengan enggan, Kulihat kau anggukkan kepala Katamu: Kemana hari-hari merah kau angkut, gadis? Untuk damai yang kuhidangkan di bawah lentera Untuk sepi yang kuiriskan di tiap sisinya Haruskah begini kita berjumpa? Maaf, Tuan, Aku tak peduli kelam mana menawarkan cahaya Malam itu, dia membisu. Terluka. Lagi Pada sujudku yang tersimpuh kaku, Aku meminta maaf. Lagi. Adegan Berbahaya0 komentarAdegan Berbahaya I “apa yang kau temukan pada pemeriksaan fisiknya dek?” “Suhunya.…Tekanan darah….bla..bla..bla… kepala…mesosefali, rambut hitam, tebal, distribusi merata, alopesia tidak ada, dokter….” “dek..dek… kalo mau bohong tuh liat-liat dikit, ngga nyadar kamu pasien ini pasien NHL relaps pro sitostatika?? Mana ada rambutnya??” Tuinggggg!!! Wakakakakakqkqkq Adegan berbahaya II Visite @ perinatologi: “Ini Bayi M dokter, usia 5 hari, hari perawatan ke 5..Usi gestasi…Usia koreksi…berat badan lahir…berat badan sekarang... GIRnya..” “dek..dek.. kalau follow up itu jangan copy paste doang.. GIR??? Coba,tiang infusnya aja mana?” Lho..lho… tiang infus…di mana engkau?? Tuingggg lagi!! ma fezztttt buuuukkk....0 komentarAKHWAT MODISJika kita bercermin pada berpuluh-puluh kaca, maka kita akan melihat wajah kita yang senantiasa sama. Cobalah sejenak meletakkan kaca itu pada sudut yang berbeda, pada posisi yang tak sama, maka kita akan berada di dunia yang berbeda. Mungkin itu yang bisa menggambarkan buku ini, mengantarkan kita pada sisi yang berbeda dari kuatnya ghirah dakwah, teguhnya azam diri, dan gelisahnya hijab hati. |