Sebuah perahu
mengalir
mengalir
Mengikuti air
Menguatkan dirinya
terus menopang manusia yang juga renta di dalamnya
terus menopang manusia yang juga renta di dalamnya
Kau di sampingku
ketika ku harumi bunga mawar di tepi sungai Rhein
ketika ku harumi bunga mawar di tepi sungai Rhein
Kau mengernyit
“Mengapa dunia penuh darah? Mengapa selalu saja ada riak berontak?”
“Mengapa dunia penuh darah? Mengapa selalu saja ada riak berontak?”
Sahabat, ketika diam
bearti kematian
bearti kematian
Tak sempat lagi kita bertanya apakah peluru
menyakitkan
menyakitkan
Ketika Iman harus
diserahkan dengan tebusan perdamaian,
diserahkan dengan tebusan perdamaian,
Bukankah itu suatu
kehinaan?
kehinaan?
Tak ada yang suka
duka
duka
Tak ada yang suka air
mata
mata
Namun jika bagi dunia
tertawa berarti menyerahkan bangsanya
tertawa berarti menyerahkan bangsanya
Itu kegilaan yang
nyata!
nyata!
Kau benar,
Nampak Indah sungai
Rhein yang tenang
Rhein yang tenang
Tapi kurindui deburan
ombak putih yang memecah karang
ombak putih yang memecah karang
0 komentar:
Post a Comment