Sepenggal Cerita Biasa0 komentar Monday, December 7, 2009Oleh : Martina RahmiLANGIT malam diukiri goresan kilat dan angin dingin, memberitakan hujan akan segera menyapa. Gara duduk meringkuk di sudut dinding kayu yang telah lapuk mencari sedikit kehangatan dari tubuhnya sendiri. Bila malam dan hujan, ia punya alasan pada dunia untuk tidak membentang tubuh kecilnya di jalanan terik berdebu. Dengan begitu, berarti perutnya malam ini akan kosong tak terisi. Sudah biasa, kekosongan adalah karibnya. Di sisinya tergolek tubuh kurus lemah tak berdaya. Tangan dan kaki kecilnya tersusun dari tulang-tulang menonjol yang hanya terbungkus kulit. Tak bisa bergerak bila tidak digerakkan. Bagian tubuh yang paling besar hanyalah kepalanya, tapi kepala itu pun tidak dapat digunakan selain untuk menggeleng dan mengangguk. Dadanya naik turun dengan berat, terlihat berusaha menarik nafas semampunya. Gara menatap lekat pada Abas, adiknya. Menatap satu-satunya sahabatnya itu dengan sedih. Mendengar cerita lelahnya menjual koran seharian, dukanya saat pemalak merampas semua uangnya. Abas mendengarkan segalanya walau cuma bisa mengerjapkan sinar mata. Tapi setidaknya Gara tahu, dia tidak sendirian. Entah apa penyakit Abas, Gara tak mengerti. Kata Pak Mantri yang dulu berbaik hati pernah singgah, Abas mengidap penyakit kekurangan makanan yang parah. Dia harus segera dibawa ke rumah sakit, tapi tak mungkin karena tak ada biaya. Tak boleh mengeluh. Kalimat itu berulang kali dihantamkannya ke dada agar kekuatan menelikung, menopang jiwanya, mempertahankan semangat hidupnya. Untuk dia, dan untuk adiknya. Gara tahu, mengeluh pun tak akan mengubah apa-apa. Dia harus bersyukur saat budhe berkenan memberi tumpangan sepetak atap bernaung. Tak perlu menangis atau merengek walau budhe tak pernah memberi makan cukup kepadanya dan adiknya. "Setidaknya, budhe lebih baik dari ibu" batin Gara berbicara. Ibu yang membawa mereka dari kampung dan meninggalkan dengan paksa di rumah budhe begitu saja. Kata orang-orang, ibunya tidak punya uang untuk mengasuh anak-anaknya, terlebih saat suaminya meninggalkan tanpa kabar. Apakah Gara rindu ibu dan bapaknya? Entahlah. Gara merasa tidak perlu merindukan siapa-siapa karena saat kerinduan mencabik, mereka juga tak akan datang. Gara memahami tak mudah mencari uang, bagaimana lelahnya mencari rupiah demi rupiah di antara bus-bus, di sudut-sudut jalan, di perempatan padat lampu merah. Jadi tak ada kesal saat budhe yang hanya bekerja sebagai tukang cuci itu tidak pernah memberinya nasi. Budhe juga punya anak kecil yang harus dirawat. Tak boleh ada iri saat melihat sepupu-sepupunya melahap susu dengan nikmat walau ingin sekali rasanya Gara mencicipkan susu itu ke Abas. Tapi cukuplah air tajin untuk Abas. Anggaplah seperti susu putih, Abas juga tidak tahu bagaimana rasanya susu. Getir. Gara menunduk dan berbisik lirih di telinga adiknya, "Bila kamu sembuh, aku berjanji kita akan jalan-jalan sepuasmu sambil bawa kerenceng tutup botol yang dibuatkan Mang Dodon. Kita bisa bernyanyi, tertawa bersama di dalam bus atau di depan kaca mobil-mobil mewah itu. Kau suka menyanyi, bukan?" Abas tetap tak bergerak. Tapi sudut bibirnya yang tertarik lebar dan matanya bersinar-sinarnya saja berbicara. Hanya Tuhan yang mengerti percakapan dua jiwa itu. *** "Gar, di halaman rumah Haji Abu ada pembagian beras murah, ‘Ncing elo tau ga?" Suara keras Iyong menghentak Gara. Beras murah? Otak gara serasa berlari lebih cepat dari biasanya. Bila kubeli beras itu, mungkin budhe mau menukarnya dengan segelas susu. Abas pasti akan senang sekali. Asyik! Gara melompat bahagia. Dia bahagia sekali dengan pemikirannya itu, seolah telah mendapat harta karun yang tak bernilai. Siang itu ditelannya. Matahari yang menyengat tak mampu mengejeknya. Aku harus dapat uang hari ini! Semangatnya berkobar-berkobar mengingat adiknya. Dibawanya kotak semir sepatu itu ke pertokoan mewah. Dia terus berjalan menawarkan semirannya, tak ia perdulikan sandal tipis yang semakin tipis, wajah-wajah keras yang menghina atau kibasan tangan yang mengusirnya. Dan sunggingan senyum pun terlintas setelah beberapa recehan rupiah bergerincing di kotaknya. Digenggamnya uang itu erat-erat. *** Halaman haji Abu sudah dikerumuni banyak orang ketika ia datang. Dengan menyelipkan tubuh ringkihnya sekuat tenaga, akhirnya dia dapat membeli satu tas kresek beras. Segera setelah melepaskan desakan dari gerobolan itu, dia langsung melangkah pulang ke rumah. Entah mengapa siang yang panas tiba-tiba berubah menjadi titik-titik air yang semakin banyak dan besar. Gara berlari secepatnya, dimasukkanya beras itu ke dalam baju kaos putihnya yang tipis dan kian transparan terkena basah hujan. Sandalnya yang putus pun tak dipedulikanya. Langkah-langkah kecil tak beralas itu terus melawan tapak tanah yang keras di bawah guyuran hujan. Memprihatinkan. Tapi tidak bagi Gara. Dia tersenyum paling bahagia dalam hidupnya. Senyum seorang pahlawan yang telah memenangkan perang. Sampai di depan rumah budhe, dilihatnya beberapa orang berkumpul. Budhe menyongsongnya dengan muka gusar " Gar, cepat ke pasar, beli kain". Gara berkerinyit. "Kain apa?" Mpok Rohida, tetangga sebelah rumah menepuk pundak Gara pelan ‘Kain kafan Gar, Adik elu meninggal tadi. Ga tau kenapa dia kena bengek parah banget ". Gara nanar. Tahukah siapa yang mereka sedang bicarakan? Mereka sedang bicara tentang adiknya. Satu-satunya penghibur laranya. Satu-satunya sumber sinarnya! "Abas..bangun Bas..! Mengapa kau tidak membuka mata? Bukankah kau berjanji bernyanyi denganku? Bangun, bas! Kau mau minum susu? Kau belum tau enaknya susu,bukan? Bangun Bas!" Airmata berjatuhan bercampur basah air hujan di pipinya. Gara mengguncangkan bahu adiknya dengan isak dan kemarahan. Marahnya pada budhe, tetangga, dirinya sendiri, pada Abas. Kepada semuanya. Sementara di luar deras hujan terus menghunjam dan diam. Seolah tak peduli apapun yang terjadi di bumi. *Published In Banjarmasin Post, 4 Desember 2007* selamat tinggal, Tu.....0 komentarDan air jatuh satu-satu ke bahuku yang sunyi kehilangan ternyata terlalu sepi.. karena hanya hati sendiri yang mengerti. Tak ada yang cukup mengetahui, keberadaannya yang terlalu berarti. bahkan tidak pula huruf-huruf di monitor ini. Sampai telapak tangan yang keriput namun hangat itu tak dapat kusentuh lagi. Aku mencintainya. tapi kutahu cintanya lebih dari itu. Itulah yang kutangisi: Cinta besarnya yang tak pernah sempurna terbalas oleh waktuku. Do'aku semi di taman bunga nan tenang. kuharap Allah terus mengirimkan wanginya ke jiwanya yang terang.. *saat kutak sanggup lagi mencerna luka ini* nge-Blog untuk apa?4 komentar Tuesday, November 24, 2009Wew....kok rasanya canggung ya untuk nulis di blog lagi. Berasa mencium terasi wangi stroberi. Ga ada chemistry,konon kata orang:). Selidik punya selidik, mungkin salah satu penyebabnya adalah situs-situs pertemanan yang kadang kusebut microblogging (untuk menyamarkan rasa bersalah hohoho) itu. Kalo pake istilah Bang Kambing, dalam blognya, orang-orang seperti aku niy disebutnya 'blogger murtad' alias blogger yang hobbynya ignoring blognya sendiri. *sigh* Sebenarnya teh bukan niat 'selingkuh', tapi update-update status itu memang memabukkan. Soalnya qt bisa 'ngeksis' hanya dengan sebait-dua bait kata. ga perlu susah-susah mikir seperti nulis di blog. yang setelah itu tak dibaca oranglain pula.. *not worthy* Tapi ternyata, yg instant-instan itu memang tidak akan bertahan lama. aq mulai eneg juga melihat status-status 'ga penting' yang ga memberi apapun ke pembacanya.menuh-menuhin layar lagi. Seperti ini niy: "gak sabar nunggu pagi..........." "judulnya : kenyang menunggu...." "Miss ... ......" "Cukup puas rasanya.Rasakan." Bener-bener ga penting kan? Mungkin orang lain juga begitu, merasa terganggu dengan status-statusku yang luar biasa.*narsis buww* Di lain itu, status ku yang kuanggap sangat penting itu, malah bisa menghilang tak tahu rimbanya setelah sekian lama....tak ada bukti sejarah bahwa aku telah menorehkan tulisan yang mengguncang dunia...*ampuunn...hiperbolis sejati* Ada sih,fasilitas notesnya...kadang aq juga make. Tapi fasilitas 'tag'nya itu yang bikin serbasalah. Ketika di 'tag' seseorang, kadang aq merasa 'dipaksa' membaca atau bahkan terheran-heran kenapa aq ditag ya? apa hubunganku? apa hanya karena dia pengen diperhatikan? Atau sebaliknya, kalau 'luput' dari tag temen, bisa jadi malah mau protes yang artinya akan ada topik baru lainnya. Cape deee.... So here i am.. mencoba menjumputi sisa-sisa semangat yang ada... sambil meratapi keterampilan nulis yang semakin menumpul. Kadang ada kekhawatiran siy, bagaimana kalau tak ada yang 'terperangkap' ke blogku ini dan jadi ga ada satupun yang baca. secara aq ga bisa ngetag-ngetag orang buat 'dipaksa' membaca tulisanku di blog kan?.J Juga aq agak-agak alergi ma blog yang biasanya jadi ajang iklan. Motif Nulis buat uang itu rasanya terlalu superfisial dan bikin apatis yang baca.Walaupun berulangkali aq tergoda melakukannya juga... ![]() aku sangat tertarik dengan pernyataan seorang Blogger: "I write coz i want to. I don't intend to entertain anyone. i don't expect 10 thousand readers. i write for my self" it really gave me an AHA! Yeah, emang sakit rasanya kalau tulisan yang qt buat cape-cape tidak dihargai, tidak diperhatikan en so on..en so on.. Harapan yang digantungkan pada reaksi orang lain bisa membuat kita berhenti berkarya. Tapi tidak sependapat dengan blogger tadi, aku merasa tidak cukup kalau menulis hanya untuk diriku sendiri. Tak adakah reward yang layak kuperoleh dari usaha mikir dan perjuangan menulis ini? Mungkin terdengar pragmatis sekali..Tapi realistis bukan? Dan saat pertanyaan ini muncul, maka kurasa saat ini juga aq harus mengembalikan niat suciku,temans... ![]() Menulis untuk Tuhan. "Sok mulia' banget ya? Biarlah tampak begitu. Karena aq yakin tak ada yang luput dari mata dan pembalasanNya. Walau semua orang tak peduli. bahkan walau diri kita sendiri tak peduli. jadi semoga yang kutulis -walau dengan gaya bahasa tidak sempurna- semoga selalu menyuarakan kebenaran-kebenaranNya. “Ya Tuhanku, berikanlah kepadaku hikmah dan masukan aku dalam golongan orang sholeh, dan jadikan aku buah tutur yang baik bagi generasi yang datang kemudian” (Qs. Asy-Syu’ara [26]: 83-84) p.s : Allah, aku tahu Kau pasti membaca ini. Maka jagalah Pena ini selalu di jalanMu,Aamiin.
Jadi,inti dari posting ini apa siy?huhuhu...ga jelas *cubit diri sendiri* hold on...0 komentar Saturday, October 31, 2009
kepaksa deh klinik yang baru dibuka,mesti ditinggal dulu bentar..
coz diri ini harus bertapa dulu sejenak... tapi teteuupp, tungguin aku ya... love you my invisible readers! LOVE IS...0 komentar Tuesday, October 27, 20091. "When my grandmother got arthritis, she couldn't bend over and paint her toenails anymore. So my grandfather does it for her all the time, even when his hands got arthritis too. That's love." - Rebecca - age 8
2. "When someone loves you, the way they say your name is different. You know that your name is safe in their mouth." - Billy - age 4 3. "Love is when a girl puts on perfume and a boy puts on shaving cologne and they go out and smell each other." - Karl - age 5 4. "Love is when you go out to eat and give somebody most of your French fries without making them give you any of theirs." - Chrissy - age 6 5. "Love is when someone hurts you. And you get so mad but you don't yell at them because you know it would hurt their feelings." - Samantha - age 6 6. "Love is what makes you smile when you're tired." - Terri- age 4 7. "Love is when my mommy makes coffee for my daddy and she takes a sip before giving it to him, to make sure the taste is OK." - Danny - age 7 8. "When you tell someone something bad about yourself and you're scared they won't love you anymore. But then you get surprised because not only do they still love you, they love you even more." - Matthew - age 7 9. "There are two kinds of love. Our love. God's love. But God makes both kinds of them." - Jenny - age 4 10. "Love is when you tell a guy you like his shirt, then he wears it everyday." - Noelle - age 7 11. "Love is like a little old woman and a little old man who are still friends even after they know each other so well." - Tommy - age 6 12. "During my piano recital, I was on a stage and scared. I looked at all the people watching me and saw my daddy waving and smiling. He was the only one doing that. I wasn't scared anymore." - Cindy - age 8 13. "My mommy loves me more than anybody. You don't see anyone else kissing me to sleep at night." - Clare - Age 5 14. "Love is when mommy gives daddy the best piece of chicken." - Elaine- age 5 15. "Love is when mommy sees daddy smelly and sweaty and still says he is handsomer than Richard Gere." - Chris - age 8 16. "I know my older sister loves me because she gives me all her old clothes and has to go out and buy new ones." - Lauren - age - 4 17. "I let my big sister pick on me because my Mom says she only picks on me because she loves me. So I pick on my baby sister because I love her." - Bethany - age 4 18. "You really shouldn't say 'I love you' unless you mean it. But if you mean it, you should say it a lot. People forget."- Jessica - age 8 [21 September, mengenang hari ketika do'a cinta ini melantun tak sendiri lagi. I love you Bi] ----P.S... baru tau, Cinta adalah kentang goreng??xixixi--- Aturan-aturan PRIA (understanding each other part two)0 komentar 1. Belajarlah untuk bekerja dengan toilet. You're a big girl. Bila terbuka, tutuplah. kami memerlukannya terbuka, kamu memerlukannya tertutup. Kamu tidak akan mendengarku mengeluh kalau itu tertutup. 1. Kami kadang tidak memikirkanmu --> belajarlah hidup dengan itu 1. Hari minggu samadengan olahraga. Seperti Bulan purnama atau air lau pasang. Biarkan saja. 1.Jangan pernah memotong rambutmu. Rambut panjang selalu lebih menarik daripada rambut pendek. salah satu alasan pria takut menikah adalah karena wanita yg sudah menikah selalu memotong rambutnya dan pria harus terperangkap dalam itu. 1. Shopping bukanlah olahraga dan kami tidak akan pernah berfikir seperti itu. 1. Crying is blackmail [tangisan adalah pemerasan] 1. Minta apa yang kamu inginkan. Petunjuk samar tidak akan berhasil. Petunjuk kuat tidak akan berhasil. Petunjuk jelas tidak akan berhasil. Katakan saja! 1. Kami tidak mengingat tanggal-tanggal. Tidak menandai hari ulang tahun di kalender. ingatkan kami sering-sering sebelumnya 1. Kebanyakan laki-laki hanya punya 3 pasang sepatu. apa yg membuatmu berfikir kami akan pandai memilih, dibanding 30 pasang gaunmu? 1. YA dan TIDAK adalah jawaban sempurna yg bisa diterima utuk hampi semua pertanyaan. 1. Datang pada kami dengan masalahmu HANYA bila kamu ingin bantuan menyelesaikannya 1. Periksa oli mu. Tolong. 1. Apapun yang kami katakan 6 bulan yang lalu dilarang dimasukkan dalam argumen. faktanya, semua comment menjadi tidak ada dan tidak sah setelah 24 jam. 1. Bila kamu berfikir bahwa kamu gemu, kamu mungkin begitu. Jangan tanya kami. Kami menolak untuk menjawab. 1. Bila kami berkata sesuatu yang dapat diinterpretasikan dua makna, dan satu makna membuat kamu sedih atau marah, berarti yang kami maksudkan adalah makna satunya. 1. Kapanpun memungkinkan, tolong katakan apa yang harus kamu katakan selama iklan. 1. Christopher columbus tidak memerlukan penunjuk arah. Kami juga. 1. Kamu memiliki cukup pakaian 1. Kamu memiliki terlalu banyak sepatu 1. I'm in shape. Round is a shape 1. Ketika kami harus pergi ke suatu tempat, apapun yang kamu pakai adalah pantas. Sungguh. 1. Jangan tanyakan apa yang kami fikirkan jika kamu tidak siap untuk berdiskusi tentang topik seperti formasi shotgun dan monster truck. 1. Jangan gosok lampu bila kamu tidak ingin jin keluar 1. Kamu bisa meminta kami melakukan sesuatu ATAU katakan bagaimana sesuatu harus dilakukan --jangan keduanya. 1. Wanita yang memakai baju pendek dan terbuka kehilangan hak untuk protes tentang pandangan-pandangan nakal ke arahnya 1. Tiap pria hanya melihat 16 warna. seperti windoes default settings. Peach is a fruit. Not a color. 1. Pumpkin is also a fruit 1. Kami bukanlah pembaca fikiran dan kami tidak akan pernah. Kekurangan kami dalam membaca fikiran bukanlah bukti sedikitnya kami peduli tentangmu 1. Terimakasih untuk membaca ini. Dan ya, aku tahu aku harus tidur di sofa malam ini :) --translated and edited from ejokes.net-- Aturan-aturan WANITA (understanding each other part one)0 komentar
1. Wanita selalu membuat peraturan
2. Peraturan dapat berganti sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan lebih dulu 3. Tidak ada pria yang mungkin mengetahui semua peraturan-peraturan itu. 4. Bila wanita mencurigai bahwa pria mengetahui peraturan itu, dia pasti segera mengubah peraturannya. 5. Wanita tidak pernah salah 6. Bila wanita salah, itu karena kesalahfahaman yang merupakan akibat langsung dari perkataan atau perbuatan salah dari pria. 7. Bila peraturan 6 diterapkan, pria harus meminta maaf segera karena menyebabkan kesalahfahaman. 8. wanita dapat mengubah fikirannya setiap saat. 9. Pria tidak boleh mengubah fikiran tanpa persetujuan tertulis dari wanita. 10. Wanita punya hak untuk marah dan kesal kapanpun. 11. Pria harus tetap tenang tiap saat bila wanita tidak menginginkannya marah atau kesal 12. Setiap usaha laki-laki untuk mendokumentasikan peraturan ini dapat berakibat pada bahaya kekerasan fisik yang berat. 13. Bila wanita mendapat PMS, semua peraturan dianggap tidak ada dan tidak sah. (translated and edited from ejokes.net) Di sinilah ketenangan itu..0 komentar
Totto Chan heran. Belum pernah dia mendengar ada orang berkata anak laki-laki harus menghargai anak perempuan. Setahunya anak laki-lakilah yang terpenting.
Dalam keluarga yang dia tahu anaknya banyak, anak laki-laki selalu dilayani lebih dahulu waktu makan dan saat minum teh sore. Kalau anak perempuan memprotes, ibu mereka akan berkata: “Anak perempuan hanya untuk dipandang, bukan untuk didengar!” Keheranan Toto Chan dalam buku yang ditulis Tetsuko Kuroyanagi itu menggambarkan suasana riil Jepang pada 1940-an. Coretan sejarah di mana perempuan dimarginalkan dengan sangat parah. Kiranya, trauma diskriminasi itu masih tertoreh di lembaran kekinian negara kita. Orang-orang berbicara mengenai menyatukan perempuan dalam pembangunan yang disebut dengan pendekatan perempuan di dalam pembangunan (women in development), yang bertujuan memenuhi kebutuhan perempuan dan menggunakan kemampuan dan keahlian tradisional perempuan untuk mencapai tujuan pembangunan. Namun ditemukan bahwa kebijakan dan programnya sebatas tertuju kepada subordinasi dan area penindasan perempuan, tidak mempertanyakan pemikiran dan program pembangunan. Perencana mengasumsikan, bahwa program pembangunan secara otomatis akan menguntungkan semua anggota masyarakat. Tetapi asumsi itu tampak tidak valid hampir di setiap tempat. Perempuan dianggap sebagai kaum terbelakang, kaum tertindas dan objek dari suatu pelaksanaan pembangunan. Perempuan lebih sering dijadikan sebagai pelengkap. Dengan demikian ketika terdapat subjek yang memang pas, cocok, maka tidak heran yang berstatus sebagai pelengkap tidak diperhitungkan eksistensinya. “Sesungguhnya perempuan adalah belahan tak terpisahkan dari lelaki.” (HR Ahmad dan Al baihaqi) Allah mengangkat dan menjadikan kaum perempuan setingkat kaum pria, karena itu keduanya memiliki identifikasi dalam kelahirannya. Adanya spesialisasi kodrat antara kaum perempuan dengan laki-laki, bukanlah sebentuk diskriminasi syariat Islam terhadap perempuan. Adanya perbedaan itulah, keduanya akan saling melengkapi dalam tanggung jawab mewujudkan tujuan luhurnya agar mereka rida terhadap apa yang telah ditetapkan Allah SWT. Sebagaimana firman Nya “Janganlah kalian iri hati dengan apa yang dikaruniakan Allah kepada sebagian kalian lebih banyak dari sebagian yang lain, (karena) bagi laki-laki ada bagian yang mereka usahakan dan bagi perempuan pun ada bagian dari apa yang mereka usahakan.” (QS An Nisa:3). Itulah kesetaraan terindah, kebersamaan paling tenang. Kebersamaan dalam kesalihan. Siapakah yang menafikan itu? Apakah mereka yang menyanjung perempuan, mengangkatnya sampai langit, pujian tanpa makna sekadar untuk memanfaatkan kecenderungan perempuan yang perlu ungkapan mesra? Sungguh berkilau dan menyilaukan istilah yang mereka sebut feminisme itu. Tetapi bahkan Kartini, yang didaulat --entah oleh siapa-- sebagai ‘ratu emansipasi’ sadar dalam kecerdasannya bahwa ada yang perlu diluruskan seperti suratnya kepada Ny abendanon, 27 oktober 1902. Surat itu menyatakan: Sudah lewat masanya. Tadinya kami mengira bahwa masyarakat Eropa itu benar-benar satu-satunya yang paling baik, yang tiada taranya. Maafkan kami, tetapi apakah ibu sendiri menganggap masyarakat Eropa itu sempurna? Dapatkah ibu menyangkal bahwa di balik hal yang baik dan indah dalam masyarakat ibu terdapat banyak hal yang sama sekali tidak patut disebut peradaban? Di manakah muslimah diperkenankan berkiprah? Perempuan bukan makhluk pingitan. Risalah Islam turun untuk meluruskan dua kutub ekstrem menyikapi perempuan. Menisbahkan perempuan sebagai sosok yang bisa dinikmati oleh pandangan syahwat lelaki di mana pun dan kapan pun, adalah kezaliman terhadap mereka. Sebagaimana memagari mereka di sudut ruangan yang sempit, tidak mengizinkannya keluar dan berpartisipasi dalam kehidupan publik sedikit pun. Itu juga kezaliman di sisi lain. Deretan shahabiyah seperti Syifa binti Abdullah yang berperan sebagai dokter, Ummul Ala sebagai perawat, Ummu Mubasyisyir al Anshariyyah yang seorang petani sukses dengan kebun kurmanya yang luas, Khadijah binti Khuwailid, seorang niagawati internasional cukuplah bukti untuk kita dari belasan abad lalu bahwa perempuan mempunyai potensi yang tak layak diredam. Ustad HM Anis Matta cukup utuh mendeskripsikan arti perempuan berikut: Dalam pola kehidupan nomaden, perempuan adalah bunga di tengah hutan belantara. Tapi dalam pola kehidupan kota, perempuan adalah bunga di tengah taman. Peradaban kita menjadi indah ketika kita berempu pada perempuan. Sebab perempuan, seperti kata HAMKA adalah per-empu-an peradaban atau tempat bersandar. Perempuan seperti kata Alquran, adalah tempat kita menemukan ketenangan. *Published in Banjarmasin Post, 4 september 2009
Subscribe to:
Posts (Atom)
![]() About MeRecent CommentsLabels
Annyyeong! |