surat cinta (cerpen)

Perhatian!Perhatian!
INI CUMA FIKTIF BELAKA
BILA ADA KESAMAAN NAMA,TEMPAT ATAU RASA INSYAALLAH TIDAK DISENGAJA.
DON’T TRY THIS AT HOME..HEHE..


SURAT CINTA

7 April, 1996.
Untuk Bon-bon di kelas 2-C
Hai, apa kabar?
Sebelumnya aku minta maaf karena mengganggumu dengan suratku ini. Pertama dulu, kenalkan namaku Arini kelas 2-A. Mungkin kamu pernah melihatku tapi ngga tahu namaku. Hmmm…Hmmm..to the point aja ya.. lewat surat ini aku mau bilang…aku mau bilang…bahwa…(maaf, kaya orang gagu aja soalnya aku gugup setengah mati nih) bahwa… you are my first love! (fiuh…akhirnya kukatakan juga).
Sejak pertama kali melihatmu, aku langsung suka. Kau tahu di mana pertama kali aku melihatmu (Atau pertama kali aku mulai terkesan sama kamu)?. He…he… sebenarnya bukan tempat yang terlalu menyenangkan sih soalnya saat itu kita lagi punya nasib sama: dijemur di tengah lapangan! Ingat ngga waktu kemarin waktu kita terlambat upacara bendera itu lho… Aku juga masih inget dengan jelas bayangan kamu dijewer pak Rianto (Maaf ya harus membuka luka lamaJ).
Tapi pasti kamu ngga ingat aku. Mana ada yang inget sama cewe kaya ini. Ngga cantik, nggak kaya juga pinter. Biasanya kan cowo suka sama standar-standar gitu.
Tapi ngga pa-palah, aku terima aja. Bukan salahmu kok.
Nah, kalau kamu tanya kenapa aku suka kamu, sebenarnya aku juga bingung. Kenapa ya? Pokoknys tiba-tiba di matsku, kamu menjelma jadi cowo yang paling “sweet” deh. Taylor Hanson aja kalah deh sama kamu (doo..jangan ge-er yah). Kemarin-kemarin mah aku cuek banget sama yang namanya cowo sampai teman-temanku menggelariku “the most cuexx girl” .Tapi sekarang segalanya berubah…
Trus aku mau nanya nih.. mau ngga kamu jadi temenku? Kupikir akan sangat menyenangkan bisa berbagi sesuatu denganmu… Curhat bareng, ke kantin bareng..deesbe. Itu namanya pacaran ngga ya? Ngga tahu deh, pokoknya aku cuma mau kenal lebih dekat denganmu.
Tapi kalau kamu ngga mau, aku juga ngga bisa memaksa. Itu kan hak semua orang. Aku berhak untuk menyukaimu, kamu juga berhak untuk ngga. Ya kan? (deeh..sok dewasa betul!). Kamu bisa jawab pake surat juga. Titipin aja sama Memet, yang keriwil-keriwil di kelasmu itu loh.. Dia temenku yang paling dekat.
Ohya, kamu ngga usah bilang ini ke siapa-siapa yah.. only you and me deh… Kalau ada yang tau, pasti satu es-em-pe bakal heboh! ntar kamu juga yang malu..
Tapi aku percaya, orang yang kusuka ngga bakal menghinaku dengan cara itu. Benar kan?
Da..dah…
Salam dari boneka tazmaniaku…
n.b Terus tersenyum yah,
Kamu manis sekali dengan lesung pipitmu itu
Persis kaya permen bon-bon hehe…
***
2 Maret 1999
Every time I see your face, my heart does begin to race
One half wants me to go, one half wants me to stay
I just get so all confused.
I’m so scared to fall in love (Every time, Janet Jackson)
Dear Eko…
Mungkin ini surat dari cewe yang ke sekian kamu terima. Tapi entahlah, kenapa saja aku masih berbaik sangka kamu punya satu ruang untuk memperhatikan suratku ini.
Surat ini tak akan pernah kutulis andai saja kamu tidak pernah didatangkan Tuhan di depanku. Dan juga pasti sekarang duniaku baik-baik saja. Aku tidak harus rusuh begini. Dan juga bodoh. Kamu ngga pernah tahu kan aku pernah makan banyak bakwan yang sama sekali ngga kusuka hanya karena ingin duduk di sampingmu. Saat itu piring bakwan itu ada di dekatmu waktu kita di kantin Bu santoso itu. Atau ketika aku ngga mau makan seharian hanya karena meliat kamu boncengan di depan SMU sama anak cewe kelas lain? Kamu ngga tau kan? Dan kamu juga ngga tau kan itu sangat menyakitkan?
Aku sampai bertanya pada Tuhan mengapa bisa cinta yang seharusnya menyenangkan menjadi sangat menyengsarakan ketika bertemu dengan kata “ingin memiliki”?
Tapi sayangnya, aku rela membeli semua penderitaan itu hanya dengan kebahagiaan sebentar melihat wajahmu. Very silly, isn’t it?
Eko, aku ingin nanya, apakah kamu pernah merasakan sakit ini? Menyukai seseorang yang terlalu jauh. Kau ingin terbang meraihnya tapi kamu harus sadar bahwa kau sama sekali tidak punya sayap. Kau menyayangi seseroang tapi kau terlalu takut untuk mengakuinya karena kau sadar kau akan sangat terluka. Kau menyayangi seseorang yang sama sekali tidak tahu bahwa kau ada di dunia ini? KAlau pernah, kenapa kau membiarkan aku merasakannya? Dengan pesonamu itu…
Kenapa aku harus mengagumimu dengan cara ini?
By the way. Aku tetap berterimaksih dengan rasa ini.
Aku tahu , dengan ini aku bisa belajar lebih tegar .
And I know, tomorrow, I will get better.
***
9 Mei 2002
Assalamu’alaikum, akhi Rizki…
Apakah gadis berjilbab tidak boleh jatuh cinta? Pertanyaan naïf, kurasa karena hanya si buta yang menganggap kami adalah malaikat berwujud manusia.
Pun ketika kini, ketika umurku sudah berkepala dua dan sudah jadi mahasiswa tingkat enam. I can feel it, too. Karena bukankah itu memang fitrah dari Allah yang sia-sia sekali untuk disangkal?
Tapi tidak, sama sekali aku bukan manusia yang pantas untuk menghalalkan aktivitas hubungan dua jenis berbeda tanpa ikatan menikah yang dibenci Allah. Semoga aku tidak sesombong itu.
Aku hanya ingin bilang bahwa tindak-tandukmu, akhi… membuat akhwat-akhwat sangat berpotensi untuk jatuh. Belum lagi harus kusebut wajahmu yang manis, bersih putih, kepintaranmu yang di atas rata-rata dan penampilanmu yang berkharisma. Kuakui, You’ve got something inside!!
Dan aku, Astaghfrullah salah satu yang terperangkap di dalamnya.
Do’a-do’aku di pertengahan malam mulai terisi namamu. Bahkan dengan agak sedikit ’memaksa”, aku ingin Allah menjadikan kamu jodohku. Betapa bersemangatnya aku datang ke syuro bila kamu jadi ketuanya… Semoga Allah mengampuniku.
Kadang aku senyum-senyum sendiri bila mengingat ketika kamu memanggilku ukhti…walau aku tahu yang akhwat lain juga kamu panggil begitu. Tapi Ah, ada saja bedanya terasa. Apalagi senyum yang mungkin dengan ikhlas kamu kembangkan, membuatku merasa jadi sarden beku. Terpaku.
Ada apa ini, akhi? Apakah syaitan sedang bermain-main denganku? Mengapa dia berhasil?
Tolong akhi, bantu aku melupakanmu. Aku ingin hari-hari damai kembali lagi. Hari-hari yang hanya ada aku dan Allah, tanpa ada satu nama pun terselip di antaranya
Tolong jangan terlalu banyak muncul di depan gerombolan-gerombolan akhwat atau menebar senyum ke semua orang atau dengan sengaja me miscallku walau itu hanya untuk membangunkan sholat malam. Terlalu berat akhi, menjaga hati dalam keadaan hati berbunga-bunga diharumi nafsu.
Baiklah, kuakhiri saja surat ini dan kuakhiri segalanya. Sungguh, ini bukan hal yang mudah untuk bangkit lagi setelah terperosok terlalu jauh. Tapi aku tidak ingin kalah darimu. Kau selalu punya izzah itu, masa aku akhwat yang harusnya punya malu lebih besar, malah menurunkan harkat diri sendiri?
Semoga kamu tetap terjaga dari rasa-rasa yang menyesatkan ini.
Aku yakin, Allah menyayangimu.
Salam.

***
Kulirik jam berbingkai coklat di dinding kamar. Sudah jam 11 malam. Tapi Mas Yos tampaknya tidak menunjukkan tanda-tanda akan mengakhiri kerjaannya mengetik laporan kegiatan seminar Islam di kampus Ahad tadi. Siluet wajahnya sangat menyenangkan untuk dipandang. Wajah hitam manis yang bersih. Kacamata kecil berbingkai hitam bertengger di batang hidung yang lurus dan mata bening bergerak-gerak di dalamnya mengikuti langkah kursor. Ah, Mas Yos. Masku yang sholeh, Mas yang cerdas dan sopan, Mas yang selalu bersemangat untuk perbaikan umat, Mas yang tak pernah ada di dalam hatiku sebelum ia datang dengan kebulatan tekad mengkhitbahku.
Degan senyum dikulum, kulipat kembali surat-surat itu. Surat yang tak pernah kukirimkan kepada siapapun. Nama-nama itu pun tersimpan rapi di dalamnya. Aku hanya mempercayakannya pada Allah. Dan aku tahu sekarang, Allah telah membalasnya dengan cara yang lebih indah.
***
Banjarmasin, 15 Mei 2006
Di tengah hening, mentertawakan “kenekatan”ku sendiri
Sambil menangis.
Allah, kumohon..dengarlah…

0 komentar:

Post a Comment