BAWANG BOMBAY DAN MASA DEPAN




          Wanita memang harus selalu memilih dalam hidupnya. Memilih baju apa untuk hari ini. Bros apa yang serasi. Warna lipstik apa yang pas dengan sepatu. Dan menurutku yang paling susah adalah memilih menu masakan. Aku lebih baik menulis berlembar-lembar naskah daripada harus memikirkan menu makan malam. Apalagi ketika membuka lemari es, hanya tampak bawang bombay dan telur berlinang-linang. Apa yang bisa kulakukan dengan dua benda mati ini? Berfikir. Laptop. Koneksi. Google. Dan wangsit itu pun datang berwujud deretan-deretan nama situs masakan. Salah satu situs yang paling sering kukunjungi adalah dapurnya mba’ asri di sini. Voila! Telur masak kecap disiram bawang bombay untuk makan malam ini.
          Bayiku demam tinggi. Sebenarnya, aku adalah seorang dokter. Tapi dalam keadaan sekarang, aku hanyalah seorang dokter yang panik. Ternyata semua ilmu dan kepercayaan diri bisa menguap menghadapai anak sendiri yang sakit. Harus apa sekarang? Obat apa yang tepat? Kompres dingin atau hangat? Berapa dosis ibuprofen? Alhamdulillah masih ingat situs penyelamat, MIMS di mana kita bisa bertanya obat apapun. Dan percayalah, bila kau terpaksa memerlukan "cara manual membantu persalinan" pun (walau aku tidak bisa membandingkan proses persalinan dengan memasang antena TV baru), tidak kurang dari seratus ribu alamat situs akan menemanimu. 
           Aku sangat percaya lagu Nina-Bobo-kalau-tidak-tidur-digigit-nyamuk sebagai pengantar tidur sudahlah sangat kuno. Karena dengan lagu itu yang sudah berbuih-buih kuulang-ulang, sang bayi tetap segar bugar karena mungkin sangat teriritasi mendengar “nada ancamanya”. Iseng kucari topik dengan hashtag (#) childsong di twitter.com. Miraculously, akhirnya aku menemukan topik #mylullaby dan menemukan senandung menenteramkan miliknya Sarah McLachlan:“Pulled from the wreckage of your silent reverie,you’re in the arms of the angel.. May you find some comfort, here..”.
Setelah dinyanyikan bait itu sekali, bayiku sukses tertidur. Mungkin dia tipe bayi yang senang les bahasa inggris.
          Aku mencintai suamiku. Sangat. Tapi ada saat-saat sebal di momen-momen autis dan ketidaksensitifannya. Sehingga diam adalah senjata termudah yang kuhunuskan. Namun diam itu malah melengkapi konflik karena dia akan datang dengan wajah datar dan apatis sambil bertanya singkat “Ada apa? Everything’s okay? Dari kemarin kok manyun?”. Grrrhhhh! Kuberitahu ya, bila ditanya seperti itu, sampai kiamat pun wanita tak akan bercerita penyebab ngambeknya. Seringkali satu-satunya jembatan kebisuan saat ini adalah lewat e-greeting yang kukirimkan ke emailnya. Lewat itu aku bisa bebas ‘ngomel’ agar dia tahu bahwa everything is NOT okay. Namun kemudian hati kerasku pun meleleh perlahan –lahan setelah e-greeting balasan masuk ke emailku. 
My days are dull without you.
My heart is bleeding when you turn your face.
I know your heart is paining as well.
Honey, I am sorry. 




Wew…And I could smile again.


              Itulah kiranya gambaran hidupku ke depan. Karena nyatanya sekarang aku masih belum punya bayi yang dapat dikhawatirkan. Karena sekarang aku masih istri yang diizinkan mengandalkan warung makan sehingga tidak harus memikirkan diapakan bawang bombay dan telur tiap harinya. Karena sekarang aku masih belum lelah mengekspresikan perasaanku secara langsung dan panjang lebar di depan suami. Masa depanku, bawang bombay  dan internet ternyata akan sangat dekat hubungannya. It's always about being connected,mom!

2 komentar:

Post a Comment