Siapapun..., Aku Mencintaimu…

Kata banyak teman, saya termasuk orang yang cool, tenang dan sepertinya tidak bermasalah tentang ketertarikan terhadap lawan jenis. Kata mereka sepertinya saya tidak tertarik untuk jatuh cinta. Dan saya hanya tertawa kecil mendengarnya, sambil berlirik dalam bisik “wallahu ya’lam…” dan Allah saja yang mengetahui. Ya, hanya Allah saja yang tahu bagaimana hati ini.

Memang Fitrah seseorang untuk jatuh cinta, akan tetapi tinggal bagaimana kita menyikapi fitrah yang telah Allah anugrahkan kepada kita itu. Bagaimana penyikapan yang tepat? Dengan tidak mengeksresikan cinta (terhadap lawan jenis) tersebut. Karena pengeksresian itu tidak mendatangkan apa2, selain kerusakan hati dan amal. Dan pedih sekali, cinta itu akan menjadi tandingan cinta kepada Allah. Bukankah orang2 yang cintanya menandingi cinta kepada Allah adalah kaum kuffar? Bergidik saya, itu adalah dosa yang tak akan pernah diampuni.

Namun bila rasa itu tak terelakkan karena diri ini begitu lemah dan rapuh, ingin rasanya saya hinggapkan rasa itu pada tempat yang aman, tersembunyi dan berusaha terbangkan secepat2nya dari bilik hati. Biarlah sebagian ruang itu saya kosongkan untuk seseorang yang ditakdirkan Allah menjadi teman hidup saya. Jangan tegesa2, toh Allah sudah berjanji.

“… Dan wanita2 yang baik adalah untuk laki2 yang baik dan laki2 yang baik adalah untuk wanita2 yang baik (pula)” (An-Nuur 24: 26)

Dan demi Allah, maha benar Allah dengan segala janjinya.

Tak terhitung bila kita lihat, banyaknya pasangan2 yang bercerai dua-tiga bulan setelah menikah. Padahal masa pacarannya menghabiskan waktu begitu lama (2 tahun atau lebih). Apa yang didapat dari hubungan seperti itu selain rantai dosa2 dari tiap kata, tiap pertemuan, tiap pandangan mata, tiap sentuhan kulit???

Ada yang bimbang, bagaimana bisa menikah dengan orang yang tidak kita cintai? atau apakah tidak boleh menikah dengan orang yang kita cintai? Tidak maksud saya bukan begitu. Islam tidak memperbolehkan pergaulan tanpa sekat fisik maupun hati seperti yang banyak kita lihat di masa kini. Namun juga ia mengharamkan kerahiban.

Ada pernikahan yang merupakan solusi terbaik. Sangat saya hargai, bila ada sepasang manusia yang saling mencintai lalu bersegera untuk menikah. Itu jauh lebih baik dari pada luntang-lantung berduaan tanpa status halal. Namun, akan lebih tinggi maknanya bila kita belajar mencintai siapapun yang Allah takdirkan untuk kita. Itu adalah bentuk keyakinan dan penjagaan hati yang erat.

Saya juga belum merasakannya, tapi saya bisa membayangkan dan Andapun bisa merasakan betapa banyak sensasi2 mengejutkan, mendebarkan, menyenangkan dan tak terduga dalam proses belajar mencintai itu. Begitu indahnya pertemuan pertama, kerlingan pertama, dan sentuhan pertama. Ketika ada sesosok makhluk Allah yang asing namun tiba2 kita merasa sangat kenal dirinya. Tidakkah itu menawarkan kelezatan yang mengejutkan? Dan begitulah barokah Allah terhadap orang2 yang menjaga ketaatan dan hanya percaya pada-Nya.

Bila Anda sekarang sedang menunggu seseorang utk mjalani kehidupan menuju ridho-Nya, bersabarlah dengan keindahan. Demi Allah, dia datang tidak karena kecantikan, kepintaran ataupun kekayaan. Tapi Allahlah yang menggerakkan.

Janganlah tergesa untuk mengekspresikan cinta kepada dia sebelum Allah mengizinkan. belum tentu yang kau cintai adalah yang terbaik untukmu. Siapakah yang lebih mengetahui selain Allah? Simpanlah segala bentuk ungkapan cinta dan derap hati rapat2, Allah akan menjawabnya dengan lebih indah di saat yang tepat.

“Siapakah engkau yang dizinkanNya ku titipkan bunga di hatimu? Siapapun aku mencintaimu….



*Published in Akhwat Modis Book,2005*

4 komentar:

Post a Comment