Generasi Puskesmas

Masih ingat permainan klasik kita dulu waktu kecil?
Ada permainan bola bekel, petak umpet,  Domikado, loncat tali, tali ulay,bongkar pasang, hadangan, dakuan,  masak-masakan dan masih banyak lagi..


Remember this?










Di antara serbuan  tombol dan  GPRS, mungkin permainan di atas sudah lekang oleh waktu. Padahal kita sendiri mungkin masih merasakan sampai sekarang betapa kuat kesan 'menyenangkan' saat bermain dulu. Sayang sekali masa kanak-kanak bila tidak dilewati dengan abundant of the the excitements. Dan yang jelas, permainan baheula itu lebih kreatif, lebih sehat, aktif dan kuat.

Tapi jangan khawatir, tenyata di desa masih lestari permainan-permainan asyik itu. Seperti di tempatku mengabdi.. Tiap siang sampai sore kadang istirahat kami terbangun dengan teriakan dan nyanyi-nyanyian riang sekelompok anak yang main atau berdebat siapa yang menang.

Di desa ini juga, aku baru tahu jenis ada satu jenis permainan baru. Kalau  main dokter-dokteran mungkin sudah kita tahu, tapi kalau main "Puskes-Puskesan" rasanya tidak pernah didengar ya...

Hehehe...Judul permainannya saja sudah seru.

Ternyata puskesmas sudah sangat akrab dengan anak-anak desa ini. Bagaimana tidak? dengan hiegenitas dan gizi seadanya, biasanya mereka paling tidak sekali sebulan ke puskesmas karena sakit. Pernah berantri-antrian panjang di puskes. Puskesmaslah komunitas kerja yang mereka lihat untuk pertama kali dalam hidupnya. Mungkin saat mereka dewasa, reuniannya di puskemas juga kali ya mengenang bersama puyer-puyer pahit yang telah dijejalkan ke mulut mereka ..

Pada suatu sore, anak-anak itu mulai ribut lagi dan aku juga diam-diam curi-curi mendengarkan.. Mereka
tampak sudah memainkan beberapa permainan favorit mereka sampai mereka memutuskan untuk main puskes-puskesan lagi.

"Kita main puskes-puskesan yuk!" Ajak seorang anak

"Ayukkkkk" Yang lain mengiyakan.

"Aku jadi dokternya!" seseorang mengajukan diri

"Aku jadi pasiennya" yang lain menimpali


Setelah itu mereka terlibat dalam perdebatan lagi. Akhirnya didapatkanlah salah satu keputusan yang rupanya paling penting dalam permainan itu. Karena ada satu pernyataan penutup dari seorang anak yang dikatakannya dengan bangga nan jumawa :

"AKULAH YANG AKAN JADI TUKANG PANGGIL!"



Ternyata puskesmas tidak hanya sebatas tempat si sakit yang berharap dapat obat gratis dan petugas medis yang menunggu gaji. Tapi ternyata juga menjadi tempat awal peradaban bermula. Saat cita-cita sangat mulia itu, menjadi "tukang panggil pasien" dapat dikenal.. *A tribute to Adis, si pemanggil pasien Kami*




Permainan ini juga membuatku harus tambah hati-hati saat mau mendelik atau merengut ke pasien anak-anak..
Ntar ada lagi line di kalangan mereka seperti ini:

"Aku tidak mau jadi dokter. Pokoknya tidak mau. Bu dokter di puskesmas itu galak"

Hwaaaa.. Digosipin di kalangan anak-anak is obviously a very nightmare!!


Thanks for reading,
and see ya, TS!

3 komentar:

Post a Comment