DI TEPI SUNGAI RHEIN

Sebuah perahu
mengalir

Mengikuti air
Menguatkan dirinya
terus menopang manusia yang juga renta di dalamnya

Kau di sampingku
ketika ku harumi bunga mawar di tepi sungai Rhein



Kau mengernyit
“Mengapa dunia penuh darah? Mengapa selalu saja ada riak berontak?”


Sahabat, ketika diam
bearti kematian

Tak sempat lagi kita bertanya apakah peluru
menyakitkan

Ketika Iman harus
diserahkan dengan tebusan perdamaian,

Bukankah itu suatu
kehinaan?


Tak ada yang suka
duka

Tak ada yang suka air
mata

Namun jika bagi dunia
tertawa berarti menyerahkan bangsanya

Itu kegilaan yang
nyata!


Kau benar,
Nampak Indah sungai
Rhein yang tenang

Tapi kurindui deburan
ombak putih yang memecah karang




*Untuk Dunia yang sunyi dalam jeritan dan desingan 

 

**Published In Annida, lupa tanggal dan tahunnya:)

0 komentar:

Post a Comment