Membaur  dalam kaca-kaca bening mata
Haruskah kau meninggalkanku sepagi ini? 
Maaf, Tuan 
Aku harus menangis
Sebiru bulan yang menggamit celah jendela
Dedaunan pun menggigil berisik
Haruskah kau lupakan  aku buru-buru? 
Maaf, Tuan
Walau dengan enggan,
Kulihat kau anggukkan kepala
Katamu: Kemana hari-hari merah kau angkut, gadis? 
Untuk damai yang  kuhidangkan di bawah lentera 
Untuk sepi yang kuiriskan di tiap sisinya 
Haruskah begini kita berjumpa? 
Maaf, Tuan, 
Aku tak peduli kelam mana menawarkan cahaya
Malam itu, 
dia membisu. Terluka. 
Lagi 
Pada sujudku yang  tersimpuh kaku,
Aku meminta maaf.
Lagi. 





0 komentar:
Post a Comment