MONOLOG* DUA LAUT

Monolog nomor satu.


Salam…hoahhhmmm…alhamdulillah….indahnya pagi ini….tasbih kudengar dibisikkan dedaunan…mengalir ke derak langkah semut yang berjalan dalam diam kemudian diteruskan oleh jendela-jendela yang sudah mulai terbuka dan dipantulkan karang-karang kukuh..Mereka semua menyucikan nama Tuhannya. Mereka semua..Kecuali yang tidur tentu saja.


Perkenalkan, namaku Galilea. Tapi mugkin banyak dari kalian tidak perduli akan nama ini...Siapa sih yang mau memusingkan kepala dengan mengingat nama laut? Ya, aku seorang laut. Atau sebuah laut? Dari dulu aku tidak pernah bisa memutuskannya… Tapi nama sangat penting menurutku sebagai simbolisasi agar komunikasi kita semakin cantik.


Galilea sudah sangat menggambarkan diriku dan sinar kebahagiaan di sekitarku. Seperti bahagiaku memiliki seorang sahabat baik bernama Sungai Yordan… biar kuberitahu betapa tampannya dia: Airnya tenang, jernih dan begitu indah berkilauan. Dia suka tertawa kalau tertimpa sinar matahari. Hampir setiap sore dia mengunjungiku ditemani pengawalnya yang setia, Angin selatan. Kami sering menghabiskan senja yang indah sambil saling bercerita dan menyantap manisan arbei.


Walau sungai Yordan adalah teman terbaikku..tapi aku punya sahabat-sahabat lain. Seperti pohon-pohon arbei yang ranum buahnya, yang menyediakan berapa saja buah yang kami inginkan berjejer di dekat Yordan. Atau burung Ibis berkepala botak yang dulu dipuja firaun…Burung-burung botak lucu itu berkecipak tak ragu dan membangun sarang-sarangya di pohon-pohon kurma nan megah. Setiap malam dia membawa teman burung yang berbeda. Kadang yang tampak perkasa, si Golden Aagle ikut mengintip-intip tapi terlalu angkuh untuk ikut bermain. Pemandangai yang ramai. Orang-orang juga banyak membangun rumah di sekitarku…ada pemuda Ali..seorang pembuat perahu yang selalu tampak sehat dan ceria. Ada Bibi fatimah yang suka memandikan buah hatinya,Rajbi di tepian sungai Yordan. Nah itu mereka berlari-lari ke pantai putihku! Sudah dulu ya, aku mau bermain bersama mereka.


***

Monolog nomor dua


Huh! Siapa pagi-pagi ini yang membangunkanku?! Okey…okey… selamat pagi…atau selamat malam..

Siapa peduli? Kalau kau mau tahu siapa aku, (sayangnya) aku adalah laut.
Kau mau tahu namaku? Ah, itu sangat tidak penting. Kau juga mau tahu kehidupanku? Apa yang bisa kuceritakan dari kehidupanku yang bisa membosankan ini. Kehidupan membosankan sedunia dengan pekerjaan membosankan sedunia. Tiap hari hanya diam menunggu dan menunggu sesuatu yang bahkan tidak kuketahui apa itu. Kalau mau jujur, inilah yg kurasa: SEPI dengan huruf besar. Kurasa Aku adalah laut yang paling sendiri di seluruh bumi ini. Tak ada yang berkicauan di sekitarku, tak ada daun-daun hijau yang melambai, tak ada yang berkeriapan, tak ada tawaria anak-anak. Para pelancong sering memilih jalur pelayaran lain, kecuali kalau urusannya mendesak. Udara di atasku terasa berat dan hampa. Kelam dan hitam.


Sungai Yordan memang sering berkunjung ke kediaman dinginku.. tapi dia selalu datang dengan wajah tololnya itu..wajah yang paling kubenci : Wajah bahagia. Wajah yang selalu berhasil memberi eksistensi pada kesedihanku. Dia sering mengundangku untuk bertamu ke rumah-rumah di samping sungainya, ke ladang teman-temannya yang sedang kekeringan...Katanya mereka sangat memerlukan airku untuk panen kali ini. Tapi apa peduliku? Bukankah kita sudah masing-masing diberi jatah oleh Tuhan..Kalau energi yang diberi padaku lebih banyak, bukan salahku kan? Mereka hanya terlalu malas besusah-payah menimba sumur.


Lalu kuusir Sungai Yordan pelan-pelan…takut dia akan menghabiskan seluruh biskuitku. Yordan pun pergi dengan hanya mengedikkan bahu. Fiuhh..Sekarang saatnya menarik selimut lagi dan tidur dalam mimpi-mimpi indahku..Semoga tak ada yang mengetuk pintuku lagi.

***

Aku tertegun mendengar monolog dua laut Palestina itu. Sangat mengesankan tapi membingungkan. Terlalu absurd. Apa sebenarnya yang membuat perbedaan besar di antara ke dua laut yang berdekatan ini? Apakah sungai Yordan? Bukan, bukan sungai Yordan. Sungai Yordan mengalirkan air yang sama baiknya ke dalam ke dua laut ini. Tanah? bukan pula kurasa, bukan negara di mana kedua laut ini berada.


Inilah bedanya.. Laut Galilea menerima tetapi tidak menahan air dari Sungai Yordan. Untuk setiap tetes yang mengalir ke dalamnya, ada setetes yang mengalir ke luar darinya. Galile menerima..tapi juga memberi.. sedang Laut yang satunya lebih cerdik, menimbun pemasukannya dengan serakah. Laut ini takkan tergoda oleh dorongan untuk bermurah hati. Setiap tetes yang diterimanya, hanya ditahannya. Laut Galilea memberi dan hidup. Laut yang satunya tidak memberi apa-apa. Karena itulah kita sebut ia Laut Mati.


Ah,sebenarnya sangat jelas, jelas sekali…
Ada dua tipe manusia di dunia. Ada dua laut di palestina**.


***


*Monolog: suatu ilmu terapan yang mengajarkan tentang seni peran di mana hanya dibutuhkan satu orang atau dialog bisu untuk melakukan adegan

**Terinspirasi oleh salah satu tulisan di buku the 7 habits of highly effective teens, karya Sean Covey


published in Banjarmasin Post, Juli 2009


0 komentar:

Post a Comment